Mata Iris memerah panik dan melihat grafik di mesin motitor EGK bergerak tidak stabil. Dia langsung menekan tombol darurat di samping tempat tidur Aiden.Dia berbalik memandang kakek Billy dan Felicia dengan pandangan dingin.“Felicia Hills, Tuan Tua jika sesuatu terjadi pada Aiden! Aku tidak melepaskan kalian! Lihat saja nanti!”“Perempuan kurang ajar! Aku akan memberimu pelajaran hari ini!” Kakek Billy menatapnya marah dan mengangkat tongkatnya untuk memukul Iris.Tapi tiba-tiba sekelompok dokter dan perawat masuk tergesa-gesa. Mereka terkejut melihat orang-orang berkerumun di ruang rawat Aiden.“Apa yang terjadi di sini? Kalian tidak boleh berkerumun di dalam kamar pasien!” tegur seorang dokter.“Dokter, dokter Philip! Telepon polisi! Orang-orang itu hendak membunuh suamiku dan menyakitiku! ” Iris berteriak berpura-pura menangis histeris dan ketakutan sambil menunjuk kakek Billy yang masih mengangkat tongkat. Dia sangat marah dengan tindakan Kakek Billy dan Felicia yang hampir menc
“Nyonya, Anda harus menghindari stress dan kegiatan yang dapat mengguncang emosimu. Kehamilanmu masih dalam tahap trimester pertama yang di mana kondisi yang mudah rentan keguguran. Belum lagi beberapa hari yang lalu hampir keguguran yang menyebabkan kandunganmu lemah. Tolong perhatikan lagi kondisi tubuh dan kesehatanmu, Nyonya.”Iris hanya bisa meringis dan mengangguk mendengar nasihat dokter di depannya.“Aku mengerti dokter, terimakasih.”“Apa kamu memiliki obat tonik untuk kandungan Anda?”Iris menggelengkan kepalanya. “Aku belum membelinya dokter. Tapi aku akan membelinya nanti.”Ketika mengandung Dimitri, Lilian dan Hugo selalu perhatian membelinya obat herbal untuk menjaga kesehatan kandungannya. Iris lupa membeli obat herbal yang selalu diminumnya ketika hamil.Karena hubungan tegangnya dengan Aiden dan kejadian beberapa hari yang lalu membuat Iris lalai menjaga kandungannya.“Apa ada keluargamu atau suamimu yang memperhatikanmu? Dari yang kulihat kamu selalu datang sendiri,
“Aku bertanya sekali, mengapa kamu ada di sini ... Letizia.” Suara Aiden sekali terdengar semakin dingin memandang Iris dengan ekspresi gelap.Iris tidak melepaskan pandangannya dari Aiden. Jantung berdebar kencang, tapi bukan perasaan menyenangkan seperti beberapa saat yang lalu ketika mendengar Aiden sudah sadar.Dengan suara tercekat, dia berkata dengan lirih. “Kamu ... kamu tidak mengenaliku?”Aiden masih menatapnya dingin.Peter memandang mereka cemas sebelum menjelaskan pada Aiden. “Presdir, Nyonya ini ... bukan Nona Letizia, tapi Nyonya Iris, istri kamu.”Aiden mengerutkan keningnya. “Konyol. Aku belum menikah. Apalagi dengan wanita itu. Wajahnya itu ... membuatku muak.”“Ini ....” Peter terlihat bingung dan stres bagaimana menjelaskan kondisi yang dialami Aiden.Mata iris memerah mendengar kebencian dalam suara Aiden. meski bukan ditujukan padanya, tapi hatinya tetap sakit menerima tatapan dingin dan benci dari pria itu.“Aku bukan Letizia,” ujar Iris menenangkan dirinya dan m
Iris membuka matanya dan menoleh menatap Bibi Lina.“Biarkan dia masuk,” balasnya kembali melakukan gerakan King pigeon di atas tikar.Bibi Lina menganguk sebelum kembali ke dalam rumah. Tak lama kemudian seorang pria datang menemui Iris di halaman kolam.“Nyonya, apa kabar,” Peter menundukkan kepalanya dengan ekspresi hormat di depan Iris.“Apa yang membuatmu ke sini?” tanya Iris tanpa membuka matanya.“Nyonya, kamu sudah lima hari tidak mengunjungi Presdir. Apa kamu baik-baik saja?” tanya Presdir berbasa-basi.“Aku sedang berusaha untuk tidak memikirkan pria itu agar tidak membuatku stres. Jadi jangan mengungkitnya di depanku.”Peter meringis. “Tapi tujuanku ke sini ... ini tentang Presdir.”Iris menghela napas dan menurunkan kakinya. Dia mengubah posisi duduknya bersila di atas tikar dan memandang pria itu.“Bukankah Felicia sedang merawat Aiden? Kenapa? Apa wanita itu melakukan sesuatu yang melecehkan suamiku hingga membuat suamiku marah dan memecatnya?” balas Iris tersenyum mence
“Peter, aku lihat kamu semakin dekat dengan Iris selama beberapa hari ini. Kamu bahkan sering keluar masuk dari rumahnya. Jangan bilang padaku, kamu mulai menyukai istri bosmu? Aku mengerti Iris kesepian karena suaminya koma dan sakit, hingga dia melakukan tindakan tak bermoral dengan berselingkuh dengan asisten pribadi suaminya.”“Nona Hills jangan sembarangan menfitnah aku dan Nyonya Iris!” bentak Peter memelototi Felicia lalu menatap Aiden cemas.“Presdir, tolong jangan dengarkan ucapan Nona Hills yang tidak benar. Nyonya bukan orang yang seperti itu. Dia sangat setia padamu, Presdir.”Ekspresi Aiden acuh tak acuh. “Bagaimana aku bisa percaya dengan ucapamu? Felicia benar, kamu dekat wanita itu dan melaporkan kata-kata wanita itu padaku. Kamu juga selalu membelanya. Seberapa dekat kamu dengan wanita itu?”Aiden enggan menyebut wanita itu sebagai istrinya. Dia bahkan tidak ingat kapan dia menikah, apalagi memiliki anak dan istri. Sejauh ini hanya wanita itu yang dia lihat ketika ban
Aiden melihat daftar saham RDY Group dan tidak bisa berkata-kata melihat nama Iris Wallington di daftar pemegang saham pemegang. Dia mengambil saham yang dulu dimiliki ibu tirinya. “Jadi aku memberikan saham ini pada ‘istri’ku secara cuma-cuma?” Aiden mendongak menatap Peter dengan tatapan tidak percaya. Peter mengangguk. “Benar Presdir. Anda mengubah kepemiliki saham 20% atas nama Nyonya.” Aiden memegang dagunya dengan ekspresi berpikir. “Seberapa penting wanita itu bagiku?” “Sangat penting hingga Anda rela mengusir Nona Hills dan memenjarakan Nyonya Esme,” balas Peter dengan ekspresi tegas. Aiden mengangkat sebelah alisnya, memandangnya dengan wajah tanpa ekspresi. “Wanita itu hebat juga, tapi aku tidak suka hidupku di kendalikan oleh seseorang,” desisnya menggertakkan gigi. Tidak hanya wajahnya mirip dengan Letizia, wanita memiliki kemampuan untuk mengendalikan hatinya agar melakukan segalanya untuk wanita itu. Aiden sangat membenci ini. dia sudah meremehkan wanita itu. “Ap
“Keluar!” Aiden mendorong Iris keluar dari kantornya.Iris menancapkan kakinya dengan kuat di ambang pintu, menolak di usir keluar. “Kenapa kamu mangusirku? Memangnya aku salah? Jangan bilang kamu malu?” Iris menatapnya dengan mata lebar.Semburat merah tipis muncul di pipi Aiden. Dia memelototi wanita itu kesal,“Jangan berani—““Astaga kamu beneran malu? Ya, ampun padahal kamu sudah menjadi ayah dari dua anak.” Iris menutup mulutnya dengan menahan suara tawanya. Dia tidak menyangka suatu saat melihat Aiden yang malu-malu. Sebelumnya pria itu sangat tidak tahu malu dan berperilaku seperti pria hidung belang.Aiden mengerutkan keningnya dengan ekspresi gelap sebelum mendorong wanita keluar dari kantornya dan menutup pintu tepat di depan hidung wanita itu.Aiden memejamkan matanya menahan detak jantungnya berdebar tidak jelas.Mengapa wanita itu membuatnya berdebar?“Tidak masuk akal,” decak Aiden. dia seharusnya membenci wanita itu.Wajahnya itu mirip dengan mantan pacar yang mencam
Putranya pulang ketika Iris sedang berkemas untuk memindahkan barang-barangnya ke rumah baru.“Mommy, Dimi kangen!” Dimitri melompat ke pelukan Iris, hampir membuat Iris terjungkal ke belakang.Hugo dengan cemas ingin menarik Dimitri menjauh dari tubuh Iris.“Dimi, hati-hati dengan Mommy. Mommy sedang mengandu—““Aduh sayangku, kamu menjadi semakin besar.” Iris menepuk-nepuk punggung kecil putranya saat Dimitri memeluknya dengan erat dan menatap Hugo dengan penuh isyarat untuk tidak memberitahu putranya tentang kehamilannya.Hugo mengerut keningnya sebelum mengangguk meski wajahnya tampak enggan.“Mommy, mommy, aku bermain dengan kakek Alphard dan Nenek Gina. Mereka membawaku bermain salju dan mengunjungi banyak tempat! Ada banyak tempat seru Mommy! Seru sekali!” Dimitri bercerita dengan menggebu-gebu.“Benarkah? Dimi pasti bersenang-senang.” Iris mengusap rambut putranya sebelum memeluknya dengan penuh kerinduan.“Okey, sayangku. Kamu pasti lelah. Ayo mommy akan memandikanmu.” Iris b