“Lalu apa yang kamu lakukan pada Aiden?”“Aku akan mengejarnya sampai dia mendapatkan kembali ingatannya. Aku tidak ingin diam membiarkan wanita lain mengambil suamiku dan ayah dari anak-anakku. Aiden juga menjadi seperti ini karenaku,” balas Iris tenang.Hugo ingin membalas bahwa Iris tidak perlu merasa bersalah. Jika Aiden mencintainya, dia akan mengorbankan dirinya untuk wanita itu. Tapi Hugo menutup mulutnya. Itu hanya membuat perasaan Iris pada Aiden semakin besar.Andai saat itu, dia tahu penculikkan Iris dan menyelamatkannya sebelum Aiden dan terluka karenannya, apa Iris akan memikirkannya seperti dia memikirkan Aiden?Hugo mendengus pada dirinya sendiri. Berandai-andai dan menyesal hanya dilakukan seorang pecundang.“Mommy, kenapa Mommy dan Paman diam di tangga?” Suara Dimitri terdengar di belakang mereka.Iris berbalik melihat putranya yang terlihat segar dengan baju ganti dan berbau harum turun dengan Bibi Marry menemaninya.“Mommy dan Paman Hugo hanya mengobrol.” Dia kemudi
Apa anak itu adalah ... putranya?“Dimitri, kamu harus menyapa dadd-mu dengan benarr ....” Suara lembut terdengar memanggil nama anak itu.Aiden mendongak dan melihat sosok anggun Iris mendekati mereka dengan senyum menawan di wajahnya.Dia berhenti di depan Aiden sambil mengangkat tangannya. “Halo, sayang. Apa kami mengganggumu?”Aiden mengerut keningnya ingin membalas tapi anak di bawahnya menarik-narik kain celananya.“Daddy, kenapa daddy tidak pulang kemarin? Daddy juga tidak menelepon Dimi selama ini.” Anak itu berkata dengan wajah cemberutnya yang menggemaskan dan marah.“Ah ....” Aiden tidak tahu bagaimana menanggapi seorang anak yang tiba-tiba muncul dan mengaku sebagai anaknya.“Daddy ... daddy sibuk kerja.” Aiden berkata secara naluriah untuk tidak menyakiti hati anak itu. “Daddy selalu berbohong berkata sibuk kerja. Daddy hanya tidak suka Dimi, dan tidak mau main sama Dimi lagi.” Dimitri berkata dengan wajah sedih dan marah.Aiden dibuat tak berkutik oleh anak itu.“Siapa
“Baiklah, tolong tangani masalah ini. kalian juga pergilah untuk makan siang,” kata Aiden lalu mengalihkan pandangannya pada Dimitri dan mengulurkan tangannya. “Dimi akan makan di mana?” Wajah cemberut anak itu langsung cerah meraih tangan Aiden agar digendong. Aiden tidak keberatan menggendongnya. “Daddy, Mommy membawa makan bekal,” kata Dimitri menunjuk kota bekal yang sedari tadi digenggam Iris. Iris tersenyum. “Tidak perlu jauh-jauh. Kita bisa makan di kantormu. Aku juga ingin membahas tentang proyek Big Island.” Aiden menatapnya dengan ekspresi menilai. Dia tidak bisa menoleh Iris di depan putranya. Dia hanya bisa cemberut dan berkata, “Baiklah, mari makan di kantorku.” “Daddy.” Dimitri menarik dasi Aiden meminta perhatian pria itu. “Daddy, sekarang aku dan Mommy sudah pindah di rumah baru. daddy harus pulang dan tidur di rumah.” ucapan Dimitri terdengar seperti Aiden seorang pria yang tidak bertanggung jawab dan gemar tinggal di luar rumah. Aiden memaksakan senyum saat m
Cahaya kamar mandi sangat terang menyinari tubuh putih dan berkilau seperti porselen di bawah pancuran air. Jejak tetesan air mengalir tubuhnya yang cantik dan bokongnya yang melengkung dengan indah. Aroma manis tubuh wanita itu bercampur dengan sabun mandi memabukkan indera Aiden, membuat darahnya berdesir dan mengalir ke bawah tubuhnya, di mana anggota tubuhnya mengeras.Menyadari penyusup di kamar mandinya adalah Aiden, Iris berbalik memelototi Aiden. dia tidak sadar telah memberikan pemandangan indah payudaranya yang kenyal dan pucuknya manis di mata Aiden.Aiden menelan ludah kering, merasakan sesak di celananya.“Aiden Ridley! Apa yang kamu lakukan di kamar mandiku, keluar!” Dia meraih kain terdekat yang bisa dijangkau dan melempar ke wajah pria itu untuk mengusirnya.Merasakan sesuatu menghantam wajahnya, Aiden langsung tersadar dan mengangkat kain di kepalanya di depan wajahnya. Bra hitam yang mungil di wajahnya mengeluarkan aroma semerbak dan keringat yang manis seperti aro
Aiden menepis tangannya seolah tangannya terbakar.“Kediaman Ridley. Aku bodoh sudah ke sini,” ujarnya dengan nada kasar menatap Iris.Sakit hati dan kesedihan melintas di mata wanita itu. Aiden mengerut keningnya mengalihkan pandangan dari mata berkaca-kaca wanita yang menjadi istrinya.“Meski kamu amnesia, kamu harus ingat aku masih istrimu dan kita memiliki Dimitri. Jika kamu tidak ada di rumah, apa yang harus aku jelaskan pada Dimitri? Karena keegoisan kita berdua sudah membuat anak itu terluka.”Aiden mengerutkan keningnya. “Mengapa kita membuat Dimitri terluka?”Iris memandang selama beberapa saat. “Sebelum kamu amnesia, kita sempat bertengkar. Kamu meninggalkan rumah dan tinggal di hotel selama seminggu. Kamu dengar sendiri kata-kata Dimitri tadi siang di kantor?”Aiden mengerutkan keningnya. “Kupikir kamu mengajari anak itu untuk berkata seperti itu untuk memaksaku pulang ke sini dan mengais perhatianku.”Mata Iris berkedip selama beberpa saat sebelum kemudian mengangkat tanga
“Daddy dan Mommy selalu bilang begitu. Tapi daddy berbohong. Daddy makan dengan Bibi cantik dan tidak pulang-pulang,” kata anak itu dengan ekspresi sedih. “Daddy sudah lupa sama aku dan Mommy.”Aiden dibuat tak bisa berkata-kata. Apa sebelum amnesia dia memang melakukan itu? Apa dia tukang selingkuh?Aiden mengelus rambut hitam Dimitri. “Maaf, itu tidak akan terjadi lagi.” Hany a itu yang bisa Aiden katakan.Dia tidak mengingat apa pun yang membuatnya mengecewakan anak itu, tapi dia merasa perasaan bersalah dalam hatinya seolah dia benar-benar telah mengecewakan putranya.Ini sangat buruk untuk kesehatan mental anak ini jika benar dia melihatnya bersama dengan wanita lain.Ekspresi Aiden tampak kaku. Dimitri baru berusia lima tahun, usia yang sama dia melihat ayahnya membawa pulang seorang wanita setelah kematian ibunya.Dimitri seperti dirinya di masa kecilnya.“Dimitri ....” Aiden meraih wajah anak itu dan mencium wajahnya. “Daddy benar-benar minta maaf, daddy tidak melupakan kamu
Dimitri enggan melepaskan tangannya dari leher Aiden dan berbaring di tempat tidur. tapi tangannya mencengkeram ujung kemeja Aiden.“Ada apa?” Aiden memandang wajah kecilnya dengan penuh perhatian.“Daddy, apa daddy bisa antar aku ke sekolah besok?” Dia memandang Aiden dengan pandangan memohon.Aiden mengangguk sambil mengacak-acak rambutnya. “Iya. Daddy akan antar Dimitri ke sekolah. sekarang tidur.”Dimitri tersenyum lebar sebelum memejamkan matanya.Aiden mencium keningnya dan menarik selimut untuk menutupi tubuh kecilnya sebelum berdiri meninggalkan kamar itu. Dia menutup pintu kamar Dimitri di belakang punggungnya dan tiba-tiba merasa tidak tahu harus melakukan apa.Aiden melirik pintu kamar di sebelah kamar Dimitri, kamar Iris dan dirinya. Dia memikirkan ucapan Dimitri dan berjalan menuju kamar itu. Dia membuka pintu kamar itu dan menemukan bahwa pintu tidar terkunci.Aiden ragu-ragu sejenak sebelum membuka pintu kamar dan masuk. Kamar itu tampak remang-remang dengan cahaya mini
Iris tidur lebih awal karena kehamilannya hingga dia terbangun di tengah malam. Biasa Iris akan bangun karena haus, tapi kehangatan tempat tidur membuatnya enggan keluar dari kehangatan kasur. Dia membenamkan wajahnya di bantal dan meringkuk pada sumber kehangatan di punggungnya. Napas hangat menerpa lehernya membuatnya geli.Iris membuka matanya mengantuk merasakan tangan memeluk perutnya dan menarik tubuhnya ke kehangatan di belakang punggung. Iris sekejap membuka mata dengan kaku dan melirik ke belakang.“Aiden ....” Dia bergumam dengan mata menyipit melihat wajah tampan Aiden bersandar di lehernya dengan mata terpenjam.Kapan pria itu tidur di tempat tidurnya?Tubuh mereka saling menempel di bawah selimut dan hanya dipisah pakaian tipis di tubuh mereka. Iris bergerak ingin berbalik tapi pantatnya menggeser sesuatu yang keras di bawah sana.“Uhmm ....” Suara erangan Aiden terdengar seksi di telinganya. Hidung pria itu mengendus dan mengecup lehernya.“Ah ....” Iris tidak bisa berka