Sementara itu Peter yang menerima panggilan Aiden, melirik ke arah Kelly yang duduk di kursi kerjanya sambil memainkan ponsel. Mereka sudah menunggu kedua bos yang entah sedang melakukan apa selama satu jam lebih di kantor dan mencegah karyawan yang datang mengantar laporan.“Ya, Tuan. Nona Kelly masih menunggu di sini,” balas Peter.“Suruh dia membeli gaun untuk istriku dalam dua puluh menit.” Setelah itu Aiden menutup telepon.Baju ganti?Mata Peter bersinar dengan pemahaman. Dia menatap Sekretaris Iris dengan tatapan aneh.“Apa?” Kelly mengangkat alis melihat Peter menatapnya dengan tatapan aneh.“Presdir menyuruhmu membeli gaun untuk Nyonya Muda.””Ah, jadi mereka bercinta di kantor?” Kelly bertanya sembrono.Peter mengerut keningnya menegur wanita itu. “Jaga mulutmu. Jangan membicarakan kejadian ini di luar kantor,” bisiknya memperingatkan Kelly dan melirik Royid yang terpuruk di mejanya.Pria itu masih mengkhawatirkan nasib pekerjaannya setelah membuat marah Aiden karena membia
Dia terdiam di kursinya, berpikir dengan ekspresi serius.Bukti apa yang dibuat Felicia untuk menghentikan kerja sama proyek Big Island? Masalah ini cukup besar karena melibatkan perusahaan besar seperti WLT Group. Felicia harus memiliki bukti kuat untuk melawan perusahaan besar itu.Atau ... seseorang dari WLT Group juga ingin melawan perusahaan itu? atau ingin menjatuhkan Iris?Iris yang bertanggung di proyek Big Island ini, dia yang akan kena dampak jika terbukti WLT Group melakukan kecurangan dana proyek. Aiden percaya Iris tidak akan melakukan kecurangan dana proyek Big Island.Tok, tok, tok.Suara ketukan pintu menarik Aiden dari pikirannya.“Presdir, aku datang mengantar gaun Nona Iris.” Suara Kelly terdengar dari luar pintu.Mata Aiden menyipit menatap pintu kantor. Dia tidak buru-buru memerintah Kelly masuk. Aiden melirik kantornya yang masih berantakan. Kertas-kertas dan bantal sofa berserakan di lantai.Dia memutuskan untuk membuka pintu sendiri.“Ini gaun Nona Iris.” Kel
“Ah baiklah, apa kamu lapar? Aku memesan kue kesukaanmu,” kata Hugo menyodorkan sepiring kue cake stoberi ke depan Iris dan jus alpokat.Iris tersenyum lega melihat Hugo tidak tersinggung dan menatap kue cake stroberi di depannya.“Terima kasih Hugo.” Dia berkata mengambil mengambil sendok kecil mencicip kue itu. Dia mengambil potongan besar. Iris merasa sangat lapar. Dia langsung kemari tanpa memakan apa pun setelah Aiden menguras tenaganya.“Hmm, ini enak. Lebih baik daripada yang di Negara S. ” Iris tersenyum menikmati kuenya dan memandang ke sekeliling interior kafe. “Dari mana kamu menemukan kafe ini?”“Ini dekat dengan kantor. Aku kebetulan menemukannya saat istirahat. Pesanlah dan bungkus Dimitri.” kata Hugo tersenyum memandang wajah cantik Iris.Iris menggelengkan kepalanya mengunyah kue di mulutnya. “Tidak perlu, Dimi sudah makan banyak kue saat kami bertemu dengan Nyonya Fuller. Gigi Dimitri akan rusak jika terlalu sering makan makan manis.”“Aa ....” Hugo mengangguk-anggu
“Tolong jangan menolakku lagi Iris. Itu hanya hadian yang ingin kuberikan padamu. Aku tidak berharap lagi kamu akan perasaanku. Aku hanya ingin melihatmu mengenakan gaun itu di pesta perusahaan. Kumohon jangan menolak hadiahku Iris ....” kata Hugo tenang. Iris mau tak mau menerimanya setelah mendengar ucapan Hugo. “Terima kasih Hugo, aku akan mengenakannya di pesta nanti,” ujar Iris tersenyum lebih tulus. “Aku akan menunggumu mengenakannya.” ... Aiden memasuki ruang tamu dalam keadaan lelah. Dasinya tergantung longgar dan tiga kancing terbuka. Tanggannya menggenggam sebuah paper bag cukup besar. Lampu ruang tamu sudah dimatikan, hanya menyisakan lampu kuning yang membuat ruang tamu dipenuhi cahaya remang-remang. Aiden tidak menyalakan lampu ruang tamu. Sekarang pukul 12 malam. Iris dan Dimitri seharusnya sudah tidur. Aiden melepas jasnya dan berjalan menaiki tangga ke lantai dua dengan sebuah paper bag besar di tangannya. Dia berhenti sejenak di depan pintu kamar Dimitri seb
“Mommy, mana Daddy?” Dimitri bertanya ketika Iris meletakkan roti tawar dengan selai cokelat di depan putranya. Aiden tidak sarapan bersama mereka membuat Dimitri kecewa. “Daddy, sudah berangkat pagi-pagi,” kata Iris melirik putranya yang manyun.“Maaf sayang, apa kamu masih marah sama Daddy?”Dimitri tidak menjawab sambil menundukkan kepala memainkan sendok di tangannya.Iris menghela napas mengerti perasaan putranya. Tapi Aiden sudah berangkat pagi-pagi sekali dengan tergesa-gesa, dia bahkan tidak sarapan atau pun membawa bekal.Iris penasaran masalah apa yang terjadi di perusahaan hingga membuat pria itu menjadi sangat sibuk. Dia belum melihat Aiden begitu tergesa-gesa ke kantor.“Sayang, Daddy lagi banyak pekerjaan. Daddy berangkat pagi-pagi sekali ke kantor, tapi Daddy sempat berpamitan dengan Dimi. Tapi sayang Dimi lagi tidur,” ujarnya menenangkan Dimitri dan meletakkan susu di depan putranya“Benarkah?” Dimitri mendongak menatap ibunya. Ekspresi manyun di wajahnya menghila
Tak lama kemudian mobil mereka berhenti di depan gedung perusahaan RDY Group.Iris keluar dari mobil dan memasuki lobi perusahaan diikuti Kelly di belakangnya.Iris tidak menghampiri meja resepsionis untuk bertanya seperti kemarin karena dia sudah tahu di mana kantor Aiden.Beberapa karyawan di lobi menoleh, sekali lagi tertarik dengan kedatangan Iris yang kedua kalinya di perusahaan. Mereka belum mengetahui identitas Iris.Saat melewati lobi menuju lift, kebetulan Iris bertemu dengan Felicia yang berjalan dengan rombongan orang di belakangnya. Keduanya bertatapan sesaat.Iris mencoba mengabaikan Felicia saat berjalan melewatinya.“Berhenti!” Felicia berhenti dan menghalangi jalannya. rombongan di belakangnya juga berhenti dan menatap Iris penasaran.“Minggir, aku tidak ada urusan denganmu,” kata Iris dingin karena Felicia menghadang jalan.Felicia tertawa. “Maaf saja, aku harus menghentikanmu. Kamu tidak urusan di sini dan tidak boleh masuk seenaknya ke perusahaan kami,” Dia berkata
“Presdir Ridley.”Aiden berjalan cepat menghampiri Iris. Kedua satpam masih menahan Iris dan sekretarisnya. Raut wajah Aiden muram dan dingin melihat tangan seorang satpam mencengkreram lengan Iris meninggalkan bekas merah di tangannya.“Aku sudah memerintahkanmu untuk melepaskan dia, apa kamu tuli!” Suara Aiden terdengar dingin dan marah melemparkan tatapan belati pada satpam yang menahan Iris.Satpam itu tersentak kaget buru-buru melepaskan lengan Iris, begitu pun dengan rekannya yang menahan Kelly.“Maafkan kami Tuan.” Mereka membungkuk meminta maaf.Aiden tidak menghiraukan permintaan maaf mereka dan memeluk pundak Iris protektif.“Sayang, kamu baik-baik saja? Apa yang kamu lakukan di sini?” Raut wajah berubah dua puluh derajat begitu berbicara pada Iris.Raut wajah Felicia berubah melihat sikap perhatian Aiden yang terlalu mencolok di depan karyawan.Wajah para karyawan di sekitar berubah heran melihat sikap Presdir mereka yang terkenal dingin langsung berubah lembut dan mencema
Iris menyentak tangannya yang digenggam Aiden begitu mereka tiba di dalam kantor pria itu.Aiden berbalik memandangnya. “Sayang, apa yang membuatmu datang ke sini?”Iris tersenyum dingin. “Kenapa? Aku sudah tidak berhak datang karena pemutusan kerja sama dengan WLT Group, begitu?”Ekspresi Aiden menjadi kaku. Dia meraih pundak Iris, “Bukan begitu—“Iris menepis tangan Aiden dan menjauh darinya, “Mengapa kamu tidak memberitahuku apa pun dan menuduh WLT Group melakukan kecurangan dana proyek dan membuatku menjadi orang bodoh yang tidak tahu apa pun?!”“Aku tidak ingin membuatmu khawatir. Aku sudah bilang akan mengurus masalah ini....”“Memangnya kamu siapa ?!” Iris menatapnya tajam.Aiden mengerjap dengan ekspresi serius. “Aku suamimu. Aku akan mengurus masalah ini untukmu.” Dia berkata dengan suara membujuk.“Aiden Ridley!” potong Iris menatap marah.“Dalam bisnis ini kamu dan aku bukan suami-istri. Aku adalah Direktur Utama yang akan memimpin WLT Group! WLT Group adalah tanggung jaw