Najwa menoleh ke arah suaminya dan Jacob tersenyum ke arahnya. Hati Najwa bergetar, ia tak mau melukai hati suaminya."Maaf, tapi aku tidak bisa," kata Najwa lalu ia mematikan sambungan teleponnya yang membuat Hamish terpaku di seberang sana. Belum sempat Hamish mengajukan permohonan pada Najwa tentang keinginannya, Najwa sudah menolaknya dan mematikan sambungan teleponnya. Hati Hamish terluka tapi tidak berdarah, ia menyadari memang kalau Najwa adalah perempuan setia, membatasi dirinya dengan pria manapun, berbicara seperlunya dan tidak menolong orang tanpa ijin darinya dulu jika itu seorang lelaki. Najwa tak berubah, ia masih menjunjung tinggi kesetiaan tak seperti dirinya yang terjebak pada masa lalu sampai sekarang.Najwa bergabung bersama mertua dan suaminya yang sedang bercengkrama di ruang keluarga."Najwa, sudah ada planning mau bulan madu ke mana?" tanya mama mertua dan Najwa menggeleng."Kayaknya yang deket-deket aja, Ma," sahut Jacob."Bali? Lombok?" tanya mama mertuanya la
Hamish masih menunggu kedatangan Mirna dengan tubuh yang menggigil kedinginan. Satpam yang berdiri di pos hanya menggeleng lemah, ingin kasihan tapi takut disalahgunakan. Belakangan ini kejahatan merajalela, sedikit saja lengah bisa jadi masalah besar, apalagi rumah yang dijaga olehnya bukanlah rumah orang biasa, dan pekerjaannya benar-benar beresiko besar.Sudah banyak maling yang ia tangkap dengan berkedok minta tolong atau hanya ingin singgah sebentar saja di posnya. Rekan kerja satpamnya di kompleks yang berbeda ditikam karena membiarkan seorang pria miskin berteduh di posnya sejenak, lalu pria miskin itu masuk rumah dan menyerang nyonya rumah, tujuannya adalah mengambil harta yang dibawa oleh nyonya rumah, setelahnya kabur. Pengalaman-pengalaman seperti itu kini membuatnya lebih siaga, ia kasihan melihat Hamish kedinginan, naluri manusianya keluar, hanya saja ia tak mau dimanfaatkan oleh penjahat, bukankah banyak orang berbuat nekat jika terdesak ekonomi? Jangankan kepada orang
"Ke mana mas Hamish, mbak?" tanya Mutia pada Aisyah yang menggeleng ke arahnya. Pikiran Aisyah penuh sekarang, ia memikirkan bagaimana ia akan hidup dengan Hamish setelah Hamish tahu bahwa Mufti bukan anaknya. Apakah Hamish akan bisa menerima Mufti?Aisyah meragu. Tapi, ia juga tak tahu harus kepada siapa ia berlabuh saat ini? Kepada Hans? Mungkinkah ia bisa merebut Hans dari Mirna, istrinya?Apakah aku bisa melakukannya?Aisyah bingung harus bagaimana sekarang. Ia sebatang kara. Sebenarnya ia masih memiliki saudara jauh dari ibunya, tapi entah dimana mereka berada sekarang, sudah puluhan tahun ia tak berkomunikasi dengan keluarga ibunya itu."Mbak? Kok melamun? Dari pada melamun, kenapa gak packing aja? Kita harus keluar dari rumah ini loh," kata Mutia mengingatkan Aisyah yang makin kalut dan bingung saja."Iya," jawab Aisyah sembari berdiri. Mufti telah terlelap dalam pelukannya dan ia masuk ke dalam kamarnya lalu meletakkan Mufti secara hati-hati di box bayi agar anaknya tak terban
Mobil yang dikendarai oleh sopir Mirna terus mengikuti mobil Hans yang ada di depannya. Baik Mirna dan Hamish masih bingung bagaimana Aisyah bisa tahu kalau Hans ada di hotel itu sedangkan ponsel Aisyah dia yang membawanya.Mirna bersumpah bahwa ia tak akan menolerir lagi perselingkuhan Hans kali ini, apalagi ucapan Hamish yang mengatakan kalau anaknya sangat mirip anak Mirna itu benar-benar mengganggu Mirna sekali. "Dari mana istrimu bisa tahu kalau Hans ada di hotel itu? Tapi baguslah, kita bisa tangkap mereka saat bersama kayak gini," kata Mirna pada Hamish. Hamish hanya diam, ia menahan amarah di dadanya karena rasa kesal dan cemburu bahwa Aisyah memilih Hans saat ini, saat ia sudah bisa menerima perlakuan Aisyah yang kelewatan."Jangan sampai kehilangan jejak, pak," perintah Mirna ke sopirnya. "Baik, bu," jawab sang sopir sopan pada Mirna. Sementara itu Aisyah dan Hans tak tahu kalau mereka sedang diikuti oleh Hamish dan Mirna. "Kita mau ke mana, mas?" tanya Aisyah. "Kit
"Mas ...." Aisyah merasa risih karena sikap Hans yang menginginkannya, sedangkan dirinya merasa tak tenang dan nyaman sama sekali hari ini. Aisyah kepikiran Hamish, bertanya-tanya dimana ia sekarang dan apa yang terjadi padanya saat Hamish tahu bahwa Hans sudah tak ada di hotel tempat mereka janjian bertemu. Hans tak peduli dengan penolakan halus dari Aisyah, hasratnya sudah tinggi dan ia tak bisa membendungnya lagi. Anehnya, kepada Mirna yang cantik dan masih memiliki tubuh indah, Hans tak seperti ini, apakah ini namanya menikmati hubungan haram, membuat manusia terlena hingga mengulanginya lagi dan lagi?"Mas, tunggu, bagaimana ..." Aisyah hendak menolak Hans kala Hans berusaha melucuti pakaiannya tapi Hans tak peduli, ia terus melancarkan aksinya dan mulai melepaskan pakaian Aisyah satu persatu sembari terus mencumbunya dan membuat Aisyah akhirnya tak berkutik dengan permintaan Hans tersebut.Mata Hans makin berkilat penuh nafsu kala ia melihat tubuh polos Aisyah di hadapannya. Ia
Hamish pulang bersama Mirna ke rumah Mirna lebih dulu baru ia pulang ke rumahnya dengan naik motor.“Kamu gak mau masuk buat obatin luka di tanganmu?” tawar Mirna dan Hamish menggeleng ke arahnya. Sepanjang perjalanan tadi ia terus melamun, membayangkan adegan dimana ia harus melihat istrinya sendiri bercumbu dengan pria lain, itu sangat memalukan buatnya.Mirna menatap kepergian Hamish dengan hati yang juga hancur, pasalnya setelah hari ini, ia tahu bahwa ia akan menjadi single mom untuk anak-anaknya. Mirna masuk rumah dan sebelum masuk ia berpesan pada satpam rumah.“Jangan biarkan bapak masuk rumah malam ini, apapun yang terjadi. Kunci semua pintu rumah,” kata Mirna yang membuat satpam rumahnya kaget dan bingung. “Kamu dengar perintah saya, kan?” tanya Mirna dan satpam rumahnya mengangguk ke arahnya meski bingung. Selepas kepergian sang tuan rumah, barulah satpam rumah bertanya kepada pak sopri, apa yang sudah terjadi sehelumnya.“Bapak selingkuh, ibu dapatin bapak lagi di kamar b
Jacob memeluk Najwa dari arah belakang ketika Najwa sedang asyik menikmati panorama keindahan alam dari balkon kamar hotelnya. Najwa menoleh dan tersenyum manis ke arah Jacob yang langsung mengecup bibirnya singkat. Lalu keduanya kini kembali menikmati pemandangan luar yang indah sekali. “Kita sarapan?” tanya Jacob dan Najwa mengangguk. Jacob menggandeng tangan Najwa keluar kamar dan langsung mengajaknya turun untuk makan sarapan di lobi hotel. Kemesraan keduanya terlihat jelas dari wajah mereka masing-masing. Sembari menikmati roti bakar serta buah-buahan segar, mereka berbicara tentang rencana bulan madu mereka di kota itu. Sesekali mereka mengambil foto berdua lalu mempostingnya di media sosial mereka masing-masing.Malam hari setelah lelah berkeliling kota dan menikmati destinasi wisata dimana-mana, mereka akan kembali saling menjamah berkali-kali sampai kelelahan dan tertidur hingga keesokan paginya.***Setelah melihat story Najwa yang bahagia di luar negeri saat menikmati bul
"Astaghfirulloh, ""Astaghfirulloh,""Astaghfirulloh,""Kring ... Kring ..." Najwa terus berdoa, menuntaskan dzikir sepertiga malamnya ketika suara telepon berbunyi. Kurang satu putaran lagi jarinya menapaki tasbih di tangannya, tapi telepon itu tidak mau berhenti berdering, membuat konsentrasi Najwa terus terganggu.Alhamdulillah.Tepat setelah dzikirnya selesai, telepon yang terus berdering itu sudah tak berbunyi kembali. Hanya ada dua hal yang menyebabkan telepon itu telah berhenti berdering, asisten rumah tangganya terpaksa bangun dan mengangkat telepon berdering itu atau si penelepon sudah menyerah.Perasaan Najwa jauh lebih baik saat ini setelah salat malam dan berdzikir, ia melepas mukenahnya dan melipat sajadahnya lalu tak berselang lama pintu kamarnya diketuk."Masuk," kata Najwa cukup keras. Pintu kamarnya terbuka sejenak dan ada sosok perempuan paruh baya yang ada di balik pintu berdiri setengah bungkuk dan tersenyum kecil ke Najwa."Maaf mengganggu, bu, ada telepon dari po