Najwa terkejut melihat aksi Aisyah itu, ia kesal dan emosi sekali. "Kalau kamu bisa mengelabui mas Hamish, tapi tidak denganku, Najwa!" seru Aisyah marah. "Pergi dari sini sekarang atau kita berakhir di kantor polisi?" ancam Najwa yang membuat Aisyah melotot kaget. Napas Najwa naik turun karena menahan emosi. "Kamu pikir aku takut?" balas Aisyah meski ragu. "Tina! Panggil pihak kepolisian ke sini, bilang kalau ada perusuh di tokoku, dan perusuhnya menunggu kedatangan polisi!" seru Najwa yang membuat kaget Aisyah, "jadi kamu pikir mas Hamish ada andil dalam usahaku, kan? Oke, kita akan lihat hasilnya nanti!" seru Najwa menantang Aisyah tanpa gentar. Aisyah kebingungan, belum pernah ia melihat guratan kemarahan di wajah Najwa seperti sekarang ini sebelumnya. "Awas kamu, ya!" seru Aisyah pada Najwa sebelum akhirnya ia berbalik dan pergi dari sana, sebelumnya aksinya itu sudah direkam oleh beberapa ponsel pelanggan Najwa. "Yang merekam kejadian tadi, jika ingin menguploadnya di sosi
Ida merasa sangat kesal dengan kelakukan Aisyah yang juga suka keluar rumah saat Hamish berangkat mencari pekerjaan dimana proyek yang terakhir kali Hamish tangani telah selesai. Keuangan Hamish benar-benar sedang berada di bawah. Dan Aisyah terus berulah. "Minta uang lagi?" tanya Hamish suatu hari, "aku memberimu uang sisa hasil penjualan mobilku setelah aku membayar jasa Daud, jumlahnya tidak sedikit Aisyah! Lima puluh juta! Dan bagaimana bisa kamu minta uang lagi sedangkan aku belum punya pekerjaan lagi, seharusnya uang sebanyak itu bisa untuk kita hidup beberapa bulan sampai aku dapatkan pekerjaan!" seru Hamish sangat kesal kepada sang istri."Kamu gak bilang kalau aku gak boleh habisin uang itu, mas! Kenapa sekarang kamu malah marah-marah gak jelas kayak gini? Kesel banget aku jadinya! Uang itu aku pakai ya buat perawatan aku, lah! Lihat hasil perawatanku! Perutku lebih baik kan dari yang dulu saat baru saja melahirkan Mufti?" tanya Aisyah pada Hamish seraya menunjukkan perutnya
"Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Aisyah bahwa kamu punya hubungan spesial dengan lelaki ini, kan?" tuduh Hamish dengan penuh amarah kepada Najwa yang terdiam di depannya. "Apa yang kamu katakan tidak benar, mas,".kata Najwa, "lagi pula ....""Lagi pula apa?" sentak Hamish yang membuat Najwa kaget mendengarnya. Tangan Jacob mengepal, rasanya ingin sekali ia meninju Hamish sekarang juga. "Kamu mau bilang kalau kita sudah berpisah, kamu masih masa iddah! Dan masa itu belum berakhir!" kata Hamish pada Najwa. Najwa makin nelangsa mendengarnya. "Cukup tuduhan tidak berdasarmu, mas! Apa kamu melihat aku tidur dengannya di atas ranjang?" tanya Najwa dengan geram, "kita bersama selama tujuh tahun, apa kamu tidak mengerti aku sama sekali? Apa ada hal yang selama ini aku tutupi darimu? Tidak kan?!" kata Najwa membantah tuduhan Hamish. "Dulu mungkin iya, tapi sekarang semuanya telah berbeda, buktinya dia sekarang berdiri di depan apartemen kamu, Najwa!" kata Hamish. "Dia bukan mahrom ka
Hamish pontang panting cari pekerjaan ke sana ke mari, bahkan ia melakukan apapun pekerjaan agar ia bisa mendapatkan uang dan tak bertengkar terus menerus dengan Aisyah karena masalah ekonomi dan susu Mufti yang harganya mahal. "Permisi pak, butuh tukang kebun?" tanya Hamish suatu kali saat ia melihat beberapa pekerja sedang membersihkan taman depan dari sebuah rumah besar yang ada di hadapannya. Rumah megah yang dulu pernah ia impikan akan tinggal di sana saat ia yakin bahwa pekerjaannya sebagai ahli konsultan konstruksi dan Najwa yang ahli dalam bidang bakery akan lancar jaya. Kini yang ada hanya Najwa yang makin meroket dengan usahanya sedangkan ia pontang panting mencari proyek yang bisa menggunakan jasanya. "Boleh, kebetulan hari ini ada yang libur, tapi gajinya hanya seratus lima puluh ribu saja dan kerjanya sampai jam lima sore," ucap pria paruh baya itu dan Hamish mengangguk senang. Uang segitu sekarang sangat berarti untuknya, apalagi harga susu Mufti sangat mahal. Kalau du
"Bu, ada kiriman mawar kuning lagi," kata Widya pada Najwa yang sibuk menghitung omset yang ia dapatkan. Najwa sangat-sangat bersyukur karena omsetnya naik drastis, bahkan ia bisa merekrut karyawan lagi, apalagi setelah rotinya viral di sosial media dan orang-orang berbondong-bondong mencobanya."Dari siapa?" tanya Najwa heran karena ini sudah yang kedua kalinya dalam hari ini ia menerima bucket mawar kuning."Dari orang yang sama," jawab Widya lagi dengan wajah yang bersemu merah merona untuk Najwa yang malu-malu. Najwa menerima mawar kuning itu dan menciumnya secara refleks, baunya yang sangat segar membuatnya terasa rileks sekali. Saat Najwa tersenyum, Widya juga ikutan tersenyum tapi detik kemudian Najwa sadar bahwa tingkahnya itu konyol dan ia merasa malu di hadapan pegawainya yang menatapnya malu-malu."Kamu kenapa masih berdiri di situ?" tegur Najwa berpura-pura marah yang hanya disambut dengan senyum kecil Widya sebelum ia pergi dari ruangan Najwa.Najwa tak tahu lagi bagaiman
Bunga-bunga indah bermekaran di halaman rumahkuMereka terlihat cantik, tapi sayang mereka memendam rinduSeperti halnya aku yang juga menungguKehadiranmu untuk melengkapiku dan bunga-bunga itu di rumahku.Wajah Najwa bersemu merah karena membaca isi pesan yang terselip dari bucke bunga yang ia terima barusan dari Jacob. Seumur-umur ia belum pernah mendapatkan kata-kata rayuan seperti itu, bahkan dari Hamish sekalipun.Hamish datang padanya, mereka dekat sebentar lalu Hamish langsung memintanya pada sang paman. Najwa pikir dulu Hamish melakukannya karena sudah benar-benar mencintainya tapi nyatanya ia salah, setelah menikah sikap Hamish biasa saja, jarang melontarkan kata-kata manis dan bujuk rayuan padanya bahkan yang sering Hamish menceritakan tentang Aisyah Rahmah, kekasih di masa lalunya yang membuatnya tak ingin terlambat menikahi Najwa."Aku tidak ingin terlambat dan kehilangan lagi," itulah yang diucapkan oleh Hamish pada Najwa usai ia mengisahkan kisah percintaannya dengan Ai
"Kamu yakin kita aman?" tanya lelaki berkulit putih dan bemata sipit itu saat Aisyah meneleponnya dan bilang ia bisa ke rumahnya sekarang juga."Santai saja, suamiku sedang berada di luar kota kok, sejak lusa kemarin dia berangkat dan baru akan pulang dua atau tiga hari lagi," bisik Aisyah pada pria itu di teleponnya. Ia takut ibu mertua atau anaknya bangun."Tapi kan ada ibu mertua kamu? Kita ketemuan di hotel saja," kata lelaki itu pada Aisyah."Dari pada uangnya digunakan untuk bayar hotel kita yang hanya beberapa jam saja, mending buat susu Mufti, kamu tahu sendiri kan kalau Hamish belum bisa memberikan nafkah layak padaku," rengek Aisyah."Aku takut kita ketahuan dan digrebek warga," kata kekasih Aisyah."Hans, aman. Ini sudah jam setengah delapan malam loh, ibu mertuaku sudah masuk kamar dan tidur setiap hari sehabis isya', pembantu rumah juga sudah dipecat semua. Aku tunggu kamu di teras rumah, kita lewat pintu samping saja," kata Aisyah."Terus gimana dengan tetangga kamu?" ta
"Bagaimana ini Aisyah! Ibu mertua kamu pingsan!" seru Hans yang kaget saat melihat ibu mertua Aisyah pingsan setelah terkejut melihatnya dan Aisyah keluar dari kamar tamu."Sudah kamu pergi saja temui istri kamu, biar aku yang urus ibu mertua!" kata Aisyah pada Hans."Tapi ...." Hans merasa ragu karena iba melihat orang tua yang pingsan."Keburu ketahuan warga," kata Aisyah mendorong tubuh Hans keluar lewat samping rumahnya. Hans gegas berjalan ke mobilnya dan langsung mengeluarkan mobilnya dari garasi rumah Aisyah dan pergi dari sana. Sebelum benar-benar pergi, ia mencari jalan keluar lain dari pintu masuk perumahan tersebut, tapi ia tak menemukannya, pintu masuk dan keluar memang hanya satu di tempat tersebut.Hans akhirnya memutuskan menemui istrinya sembari memikirkan alasan apa yang tepat untuk istrinya kenapa ia ada di sana malam-malam begini.Mobil Hans mendekati mobil yang dikendarai istrinya yang mogok di pinggir jalan perumahan."Sayang, kamu kenapa ada di sini?" tanya Hans
Najwa sedang memilih-milih bahan yang bagus untuk kue yang akan ia buat nanti sore. Ia ingin memakan cake yang cantik dan enak. Membayangkannya saja membuat Najwa menelan ludah.“Najwa,” panggil seseorang yang langsung membuat Najwa menoleh dan kaget begitupun dengan pria yang ada di hadapannya ketika ia baru menyadari perut Najwa sedikit membuncit. Tubuh Najwa yang kurus selama kehamilan membuat kandungan Najwa yang sudah dua puluh empat minggu itu terlihat lebih jelas, padahal ini adalah kehamilan pertamanya.Hamish yang mengenali Najwa dari belakang dan ingin menyapanya saat ia memasuki supermarket tak pernah menyangka sebelumnya kalau Najwa akan hamil secepat ini di pernikahan keduanya.“Mas Hamish,” panggil Najwa kikuk seraya menoleh ke kanan dan kiri untuk menemukan suaminya yang entah kemana.“Kamu hamil, Najwa?” tanya Hamish dengan suara berat, rasanya seperti ada yang mengganjal di kerongkongannya saat ia mengucapkan hal itu pada Najwa.“Alhamdulillah, iya, mas. Gak nyangka b
Aisyah menangis di dalam tahanan karena tak menyangka ada orang yang tega memfitnahnya dengan menaruh obat terlarang dalam tasnya.Berulang kali ia berteriak tak menggunakan obat terlarang tersebut, tapi pihak kepolisian mengabaikannya."Pak,tolong pak, saya punya anak balita di rumah, bebaskan saya, saya mohon ..." rengek Aisyah pada petugas kepolisian yang lewat di depan tahanan sementaranya."Ibu macam apa yang dandanannya seperti wanita malam dan keluyuran tengah malam?" sahut polisi tersebut kepada Aisyah."Setidaknya biarkan saya telepon suami saya dulu," pinta Aisyah."Bukankah ponselmu sedang di cas? Tunggu dulu sekalian tunggu giliran kamu diperiksa," kata petugas itu geram."Percaya sama saya pak, saya bukan pemakai atau pengedar obat terlarang," kata Aisyah pada petugas tersebut."Semua orang juga bilang begitu kalau sudah ketahuan. Kamu akan menjalani rangkaian test, kalau terbukti bukan pemakai mungkin memang beberapa pil itu bukan milikmu," kata pak polisi itu pada Aisya
Aisyah dan Hans akhirnya terpaksa keluar rumah keesokan harinya bersama dengan barang-barang perabotan yang baru saja dibeli oleh Hans. Saat memasuki kost rumah tangga yang sangat sederhana, Aisyah menggerutu kesal dan marah-marah tak jelas.“Kenapa kita tinggal di sini, sih, mas?” tanya Aisyah kesal sekali, “panas sekali,”“Nyalakan saja kipasnya,” kata Hans.“Kenapa kita gak cari apartemen sih, mas?” tanya Aisyah kembali,“Uangku gak cukup dan aku belum dapat pekerjaan baru,”“Seharusnya kamu itu gak dipecat dari perusahaan, mas. Masalah kita kan masalah pribadi, seharusnya mbak Mirna tahu kalau masalah pribadi gak bisa dicampur dengan masalah perusahaan,” kata Aisyah mengomel. Hans lelah, Aisyah sama sekali tak mau membantunya dalam hal beres-beres tempat kost yang baru, jadi ia sungguh lelah karena harus mengerjakannya sendirian.Setelah menata semua perabot di dalam kostnya, Hans mencoba mencari pekerjaan lewat rekan bisnis dan teman-teman kerjanya. Tapi sayang sekali, ia tak men
“Bayinya sehat, sebentar saya dengarkan detak jantungnya, ya,” ujar dokter kandungan yang bernama Amalia itu kala ia memeriksa kandungan Najwa secara USG. Dada Najwa berdebar-debar sejak tadi diperiksa saking terharunya ia mengetahui kehamilannya lewat test pack dan Jacob langsung membawanya ke dokter kandungan.“Nah, dengar, kan? usianya delapan minggu,” kata dokter Amalia lagi saat mendengarkan detak jantung sang calon bayi di rahim Najwa. Najwa tak kuasa menahannya hingga air mata haru dan bahagia meleleh begitu saja di pipinya.Jacob bergerak membantu Najwa yang bangun setelah selesai diperiksa, sedangkan dokter memberikan resep vitamin yang harus dikonsumsi oleh Najwa dan mengingatkannya untuk kontrol ulang tiga minggu lagi.“Terima kasih banyak, dok,” kata Najwa dan Jacob bersamaan. Mereka keluar ruang periksa dan berjalan dengan beriringan. Jacob merangkul Najwa dengan perasaan bahagia luar biasa.“Kita ke rumah mama, ya,” ajak Jacob dan Najwa mengangguk. Najwa terus memandangi
Aisyah dan Hans tak mengijinkan perempuan gemuk itu masuk ke dalam rumah karena Hans merasa tak pernah menjual rumahnya pada siapapun. "Kamu yakin gak pernah jual rumah ini, mas?" tanya Aisyah cemas."Nggak,""Kalau gitu kamu simpan surat-suratnya?" tanya Aisyah lagi. Hans menoleh ke Aisyah dan ia baru ingat kalau surat rumah ini dibawa salah seorang saudaranya. Gegas Hans menuju kamarnya dan mengambil ponsel yang ada di sebelah kasur di atas nakas. Hans mencoba menghubungi saudaranya yang memegang sertifikat rumah tapi ia tak bisa menghubunginya.Kecemasan melanda Hans, ia panik karena perempuan gemuk yang ia pikir sudah pergi dari rumahnya, kini marah-marah dan berteriak di luar sana lalu akan mengancam melaporkan Hans ke polisi."Mas, aku takut," kata Aisyah yang muncul di ambang pintu kamar. "Aku bukain pintu saja mas, biar dia gak teriak-teriak!" kata Aisyah pada Hans yang diam saja. Pikiran Hans penuh, ia takut kalau saudaranya memang menjual rumah peninggalan orang tuanya.Ais
“Mirna! Tunggu! Maafkan aku!” seru Hans seraya mengejar Mirna yang akhirnya bisa ia temui di pusat perbelanjaan setelah mengikutinya keluar rumah. Surat sidang perceraian pertama telah ia terima, baju-bajunya juga sudah dikeluarkan semuanya oleh Mirna saat ia berusaha pulang ke rumah malam itu dan ternyata mendapatkan pengusiran yang menyedihkan. Hans sangat sulit menemui Mirna, karena Mirna terus menghindarinya dan tak mau bicara dengannya. Selain Mirna tak mau bertemu dengannya, Hans juga dilarang menemui anak-anak mereka sampai sidang putusan perceraian itu keluar dan hakim memutuskan kepada siapa hak asuh anak mereka akan jatuh.“Apa lagi sih, mas?” tanya Mirna kesal seraya melepaskan cekalan Hans dari tangannya, tatapan Mirna penuh amarah dan kebencian yang luar biasa pada Hans.“Aku tahu aku salah, maafkan aku. Aku ingin jika kita berpisah, kita bisa pisah secara damai,” kata Hans pada Mirna. Mirna tak menyangka kalau Hans juga akan menyerah dengan hubungan mereka dan menerima p
Jacob memeluk Najwa dari arah belakang ketika Najwa sedang asyik menikmati panorama keindahan alam dari balkon kamar hotelnya. Najwa menoleh dan tersenyum manis ke arah Jacob yang langsung mengecup bibirnya singkat. Lalu keduanya kini kembali menikmati pemandangan luar yang indah sekali. “Kita sarapan?” tanya Jacob dan Najwa mengangguk. Jacob menggandeng tangan Najwa keluar kamar dan langsung mengajaknya turun untuk makan sarapan di lobi hotel. Kemesraan keduanya terlihat jelas dari wajah mereka masing-masing. Sembari menikmati roti bakar serta buah-buahan segar, mereka berbicara tentang rencana bulan madu mereka di kota itu. Sesekali mereka mengambil foto berdua lalu mempostingnya di media sosial mereka masing-masing.Malam hari setelah lelah berkeliling kota dan menikmati destinasi wisata dimana-mana, mereka akan kembali saling menjamah berkali-kali sampai kelelahan dan tertidur hingga keesokan paginya.***Setelah melihat story Najwa yang bahagia di luar negeri saat menikmati bul
Hamish pulang bersama Mirna ke rumah Mirna lebih dulu baru ia pulang ke rumahnya dengan naik motor.“Kamu gak mau masuk buat obatin luka di tanganmu?” tawar Mirna dan Hamish menggeleng ke arahnya. Sepanjang perjalanan tadi ia terus melamun, membayangkan adegan dimana ia harus melihat istrinya sendiri bercumbu dengan pria lain, itu sangat memalukan buatnya.Mirna menatap kepergian Hamish dengan hati yang juga hancur, pasalnya setelah hari ini, ia tahu bahwa ia akan menjadi single mom untuk anak-anaknya. Mirna masuk rumah dan sebelum masuk ia berpesan pada satpam rumah.“Jangan biarkan bapak masuk rumah malam ini, apapun yang terjadi. Kunci semua pintu rumah,” kata Mirna yang membuat satpam rumahnya kaget dan bingung. “Kamu dengar perintah saya, kan?” tanya Mirna dan satpam rumahnya mengangguk ke arahnya meski bingung. Selepas kepergian sang tuan rumah, barulah satpam rumah bertanya kepada pak sopri, apa yang sudah terjadi sehelumnya.“Bapak selingkuh, ibu dapatin bapak lagi di kamar b
"Mas ...." Aisyah merasa risih karena sikap Hans yang menginginkannya, sedangkan dirinya merasa tak tenang dan nyaman sama sekali hari ini. Aisyah kepikiran Hamish, bertanya-tanya dimana ia sekarang dan apa yang terjadi padanya saat Hamish tahu bahwa Hans sudah tak ada di hotel tempat mereka janjian bertemu. Hans tak peduli dengan penolakan halus dari Aisyah, hasratnya sudah tinggi dan ia tak bisa membendungnya lagi. Anehnya, kepada Mirna yang cantik dan masih memiliki tubuh indah, Hans tak seperti ini, apakah ini namanya menikmati hubungan haram, membuat manusia terlena hingga mengulanginya lagi dan lagi?"Mas, tunggu, bagaimana ..." Aisyah hendak menolak Hans kala Hans berusaha melucuti pakaiannya tapi Hans tak peduli, ia terus melancarkan aksinya dan mulai melepaskan pakaian Aisyah satu persatu sembari terus mencumbunya dan membuat Aisyah akhirnya tak berkutik dengan permintaan Hans tersebut.Mata Hans makin berkilat penuh nafsu kala ia melihat tubuh polos Aisyah di hadapannya. Ia