"Kamu yakin kita aman?" tanya lelaki berkulit putih dan bemata sipit itu saat Aisyah meneleponnya dan bilang ia bisa ke rumahnya sekarang juga."Santai saja, suamiku sedang berada di luar kota kok, sejak lusa kemarin dia berangkat dan baru akan pulang dua atau tiga hari lagi," bisik Aisyah pada pria itu di teleponnya. Ia takut ibu mertua atau anaknya bangun."Tapi kan ada ibu mertua kamu? Kita ketemuan di hotel saja," kata lelaki itu pada Aisyah."Dari pada uangnya digunakan untuk bayar hotel kita yang hanya beberapa jam saja, mending buat susu Mufti, kamu tahu sendiri kan kalau Hamish belum bisa memberikan nafkah layak padaku," rengek Aisyah."Aku takut kita ketahuan dan digrebek warga," kata kekasih Aisyah."Hans, aman. Ini sudah jam setengah delapan malam loh, ibu mertuaku sudah masuk kamar dan tidur setiap hari sehabis isya', pembantu rumah juga sudah dipecat semua. Aku tunggu kamu di teras rumah, kita lewat pintu samping saja," kata Aisyah."Terus gimana dengan tetangga kamu?" ta
"Bagaimana ini Aisyah! Ibu mertua kamu pingsan!" seru Hans yang kaget saat melihat ibu mertua Aisyah pingsan setelah terkejut melihatnya dan Aisyah keluar dari kamar tamu."Sudah kamu pergi saja temui istri kamu, biar aku yang urus ibu mertua!" kata Aisyah pada Hans."Tapi ...." Hans merasa ragu karena iba melihat orang tua yang pingsan."Keburu ketahuan warga," kata Aisyah mendorong tubuh Hans keluar lewat samping rumahnya. Hans gegas berjalan ke mobilnya dan langsung mengeluarkan mobilnya dari garasi rumah Aisyah dan pergi dari sana. Sebelum benar-benar pergi, ia mencari jalan keluar lain dari pintu masuk perumahan tersebut, tapi ia tak menemukannya, pintu masuk dan keluar memang hanya satu di tempat tersebut.Hans akhirnya memutuskan menemui istrinya sembari memikirkan alasan apa yang tepat untuk istrinya kenapa ia ada di sana malam-malam begini.Mobil Hans mendekati mobil yang dikendarai istrinya yang mogok di pinggir jalan perumahan."Sayang, kamu kenapa ada di sini?" tanya Hans
Jacob gelisah menunggu kabar dari Angeline setelah ia menghubungi sekretarisnya dan meminta tolong mencari tahu dimana keberadaan sang ibu sekarang ini. Jacob benar-benar takut kalau sang ibu akan bertindak nekat dengan menekan Najwa untuk menghindarinya.Suara gerombolan anak-anak kemudian membuatnya tersentak kaget kala mereka berlari menuju sebuah mobil mewah yang baru saja memasuki area panti asuhan. Jacob memperhatikan baik-baik mobil BMW mewah milik sang mama tengah pelan-pelan memasuki halaman rumah panti asuhan dan parkir di depannya.Jacob melangkah cepat ke arah mobil yang sudah terparkir itu dan benar dugaannya, sang ibu keluar dari dalam sana bersama dengan Najwa yang terlihat kaget karena beberapa anak-anak langsung menyambutnya dengan senyum dan berebut mencium punggung tangannya. Anak-anak di panti asuhan itu memang sopan kepada siapapun yang datang ke kediaman mereka, apalagi yang datang adalah Jacob atau ibunya.Buat apa mama bawa Najwa ke sini?Apa sebenarnya niatan
“Bu,” panggil Widya pada Najwa yang sedang sibuk menghitung pengeluarannya bulan itu. Widya masuk ke dalam rumah dan membawakan bucket bunga mawar kuning yang cantik yang membuat Najwa tersenyum senang saat menerima bucket tersebut. Najwa mencium aroma mawar kuning yang segar dan harum itu sebelum meletakkannya pada vas bunga di meja kerjanya.“Wid, oven yang besar dulu itu ikut kebawa ke sini gak sih? Tadi aku cek di ruang bakery kok gak ada, ya?” tanya Najwa.“Dulu kan mobil buat angkut barang-barang udah gak muat, bu,” jawab Widya.“Oh iya sih, jadi ketinggalan di toko lama, ya?” tanya Najwa dan Widya mengangguk ke arahnya. “Nanti sebelum pergi ke supermarket, kita mampir dulu buat ambil, ya?” ajak Najwa dan Widya mengangguk.“Jadi, kapan diresmikannya, bu?” tanya Widya dengan wajah menggoda ke Najwa.“Diresmikan apanya, Wid?” tanya balik Najwa yang tak paham maksud ucapan Widya tersebut.“Itu, bu Najwa dan pak Alex,” jawab Widya.“Pak Alex?”“Pak Jacob Alexander kan, bu? Sa
Jacob menunggu dengan gelisah hasil dari pemeriksaan kesuburannya. Ia berharap tidak mendapatkan masalah sama sekali hingga akhirnya ia bisa menikahi Najwa. Sebenarnya ia enggan melakukan hal ini, tapi Jacob menyadari bahwa Najwa memang tidak memiliki kepercayaan diri hingga akhirnya ia rela melakukan test seperti ini.“Pak Jacob, ditunggu dokter di ruangannya,” kata suster memberitahu. Jacob bangkit dari tempat duduknya, mengucapkan basmallah dan ridho atas semua ketetapanNya. Ia masuk ke ruang serba putih itu dan seorang dokter lelaki paruh baya tersenyum ke arahnya.“Silahkan duduk,” kata dokter tersebut pada Jacob yang dulu saat menemuinya, ia pikir Jacob berniat vasektomi, nyatanya ia memeriksakan diri soal keperjakaannya.Jacob duduk di hadapannya dengan dada berdebar-debar, ia berharap hasilnya bagus. Selain karena ingin mengusir rasa cemas di hati Najwa dan menumbuhkan lagi benih-benih kepercayaan dirinya, Jacob juga berencana memberitahukan soal dugaannya bahwa anak yang dika
Seperti yang telah diduga oleh Najwa bahwa pamannya marah besar ketika ia menceritakan kehidupan rumah tangganya yang sudah berantakan, bahkan sepupu lelakinya yang juga turut mendengarkan kisahnya mengepalkan tangan karena menahan amarah."Kurang ajar! Gak bisa dibiarin!" kata sang paman."Najwa sudah ikhlas, paman," jawab Najwa."Tapi paman gak ikhlas, paman yang gedein kamu!" seru paman Najwa berapi-api."Biar Allah saja yang membalasnya, paman," kata Najwa, "Najwa dan Jacob datang ke sini untuk meminta restu," kata Najwa seraya memandang Jacob. Paman diam, tak langsung menjawab, rona wajahnya yang merah padam masih terlihat jelas, ia seperti tak rela kalau Najwa menikah lagi dan tersakiti."Aku tidak menuntut apa-apa dari kamu, tapi jika kamu menyakiti Najwa seperti yang dilakukan oleh bajingan itu, aku gak akan tinggal diam," kata paman Najwa seraya menghembuskan napas kesal sekali."Nyawa saya taruhannya, paman. Paman boleh membunuh saya ketika saya mengkhianati Najwa," kata Jac
Ketika Najwa masih dirias oleh MUA yang terkenal di daerahnya, saudara sepupunya datang ke kamarnya dengan wajah terkejut dan heran, "mbak, ada perempuan cantik datang bersama mobil box berisi makanan. Banyak makanan enak mbak!" kata sepupunya yang membuat Najwa terkejut."Permisi sebentar, ya," kata Najwa pada periasnya yang mengangguk. Najwa keluar kamar dengan kondisi riasan belum sempurna dan kerudung instan yang ia kenakan sekadarnya. Di luar rumah, ia melihat Angeline sedang menginterupsi para catering makanan untuk menata makanan yang sudah ia pesan sedemikian rupa di halaman rumah Najwa yang luas dan sudah disulap sangat cantik oleh tukang dekorasi yang dipesan oleh Angeline. "Paman seperti mau punya hajatan, Najwa. Tenda dan dekorasi ini paling indah di kampung sepanjang orang punya hajatan," kata pamannya bangga. "Lihat! Banyak orang jualan, mereka benar-benar mikir kalau sedang ada hajatan loh," kata paman Najwa terkekeh senang. Najwa lega karena pamannya bisa tertawa lep
"Kamu kenapa, mas?" tanya Aisyah pada Hamish yang terlihat kesal. "Najwa mau menikah," jawab Hamish singkat. "Hah? Sama siapa?" tanya Aisyah yang juga kaget. "Lelaki itu," jawab Hamish benar-benar kesal. Hamish tak menyangka sama sekali kalau Najwa akan menikah dengan pria dimana beberapa waktu lalu ia bekerja sebagai tukang kebun di rumah Jacob. Mengingat hal itu, Hamish terbakar api tidak terima karena Najwa mendapatkan pria yang lebih dari dirinya dalam hal materi. "Lelaki kaya yang aku curigai mereka berselingkuh saat kamu masih berstatus suami mbak Najwa, mas?" tanya Aisyah tak percaya dan Hamish mengangguk ke arahnya. "Apa kubilang! Mereka pasti punya hubungan, kan? Makanya mbak Najwa buru-buru meminta berpisah darimu, mas! Ketahuan kan belangnya!" kata Aisyah sengaja membakar api cemburu di dada Hamish agar Hamish melupakan kematian ibunya yang mendadak dan tak bertanya kepadanya terus kenapa sang ibu bisa tiba-tiba terjatuh dan meninggal karena serangan jantung. Karen