Home / Pernikahan / Istri Pilihan Suami / Bab 6: Awal Mula Pertemuan

Share

Bab 6: Awal Mula Pertemuan

Author: Anisa Swedia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Apa yang dikatakan oleh Najwa, Hamish?” tanya ibu Hamish pada Hamish. Hamish memandang wajah ibunya sejenak sebelum menggeleng ke arahnya.

“Nggak ada,” jawab Hamish.

“Kita jadi pulang hari ini, kan? Najwa ke sini dan bayar tagihan rumah sakit, kan?” tanya ibunya kembali. Hamish diam, ia masih bergeming. Sebenarnya ia memiliki uang, hanya saja ia tak mau menggunakannya lebih dulu jika bukan hal yang mendesak. Ia benar-benar heran dengan Najwa, kenapa istrinya itu menghabiskan limit kartu kreditnya?

“Iya, bu, sebentar Hamish ke bagian administrasi dulu lagi,” kata Hamish seraya beranjak dari kasurnya.

“Loh? Katanya Najwa ke sini dan bayar tagihannya?” tanya ibunya heran.

“Najwa sibuk beresin kamar, bu. Dia cuma transfer,” jawab Hamish berbohong pada ibunya. Ida mengangguk mengerti dan mendampingi sang putra berjalan ke bagian administrasi untuk melakukan pelunasan tagihan rumah sakit.

“Kamu gak jenguk anakmu dulu?” tanya sang ibu setelah Hamish selesai melakukan pelunasan pada tagihan rumah sakitnya.

“Bentar lagi kita kan pulang sama-sama, mending beres-beres di kamar dulu, bu,” kata Hamish.

“Untung saja Najwa cepet donor darah buat kamu, kalau enggak? Ibu gak bisa bayangin,” Hamish menoleh ke arah ibunya dengan tatapan bingung.

“Jadi Najwa yang donor darah buat Hamish?” tanya Hamish dan ibunya mengangguk.

“Ibu juga dengernya dari dokter, Najwa gak ngomong apa-apa pas pulang dari rumah sakit termasuk kalau Aisyah juga lahiran anak kamu,” kata ibunya. Membahas Aisyah lagi, membuat hati Hamish serasa dicubit. Perselingkuhannya kini sudah terbongkar.

“Maaf bu, bukannya Hamish mau sembunyikan Aisyah, tapi …”

“Tapi kamu bingung kan mau ngomong dari mana dulu?” tebak ibunya. Hamish diam, “nak, semuanya sudah terlanjur sekarang, yang ibu minta hanya satu,” kata ibunya seraya menatap Hamish lekat-lekat. Mereka berhenti di koridor rumah sakit lalu Ida mengajaknya anaknya duduk di salah satu bangku kosong di sekitar mereka.

“Apa, bu?” tanya Hamish.

“Berlaku adillah kepada Najwa dan Aisyah,” kata sang ibu. Hamish terkejut mendengarnya. Apa itu artinya Najwa menerima Aisyah? Pikirnya. Sejak siuman, ia dan ibunya tak pernah membahas perselingkuhannya sama sekali. Sepertinya sang ibu memberi ruang untuknya memulihkan keadaannya lebih dulu dan kini Hamish terlihat jauh lebih baik, maka itu sang ibu berani bicara soal Aisyah. Meski dokter melarangnya pulang hari ini, tapi Hamish ngotot ingin pulang karena ia ingin bicara dengan Najwa. Bagaimanapun Hamish tahu kalau ia telah melukai hati istrinya itu. Padahal sebelum ini sikapnya juga selalu tak menyenangkan kepada Najwa ditambah sekarang rahasia besarnya terbongkar, maka dari itu ia tak mendebat soal kartu kreditnya tadi ke Najwa. Hamish jadi makin merasa bersalah pada Najwa, apalagi Najwa menyelamatkan hidupnya dengan mendonorkan darahnya.

“Ibu bicara apa saja ke Najwa? Bagaimana reaksinya, bu?” tanya Hamish penasaran. Perempuan paruh baya itu menghela napas berat lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“Hati perempuan mana yang tidak hancur kala mengetahui suaminya mempunyai wanita lain, Hamish? Kamu sendiri sudah melihat bagaimana ibu hidup, kan?” tanya sang ibu. Hamish tertunduk sejenak, ia sadar bahwa ia mewarisi sifat ayahnya yang mendua dan ia tak pernah menyangka kalau ia akan melakukan hal itu, hal yang dulu sangat dibencinya karena ayahnya menduakan ibunya. Tapi, kini ia malah menduakan Najwa.

“Maafkan Hamish, bu,” kata Hamish.

“Kamu sangat ingin memiliki anak?” tanya Ida lagi dan Hamish mengangguk, “tapi kenapa harus Aisyah? Kenapa kamu tidak jujur pada Najwa dulu?” tanya sang ibu padanya.

“Semuanya berjalan tanpa terduga, bu,” kata Hamish. Ida mengerutkan keningnya, “Aisyah sudah menikah, bu,” kata Hamish lagi.

“Kamu berselingkuh dengan istri orang?” tanya ibunya kaget dan tak percaya. Amarah mulai merayap ke hatinya saat Hamish mengatakan hal tadi.

“Bukan, Aisyah sudah bercerai dari suaminya. Maksud Hamish, Hamish tak menyangka kalau Hamish akan bertemu dengan Aisyah lagi padahal Hamish tahu dia sudah menikah,” jelas Hamish. Ibunya menarik napas lega, “Ibu ingat tahun lalu saat Hamish dapat proyek pembangunan dan irigasi di Kalimantan? Hamish sering ke sana, kan? Nah, di sana Hamish bertemu Aisyah, bu,” kata Hamish.

“Lalu?” tanya Ibunya lagi.

“Hamish yang salah di sini, Hamish tak bisa mengendalikan diri saat bertemu lagi dengannya. Hamish sadar kalau Hamish salah, tapi rindu dan cinta di hati Hamish sangat besar untuk Aisyah, jadi ketika Hamish bertemu dengannya, Hamish tak bisa membendungnya lagi,” papar Hamish.

Hamish mengingat pertemuannya dengan Aisyah di salah satu Superindo di Balikpapan. Saking kagetnya bertemu dengan Aisyah yang juga sedang berbelanja, Hamish sampai terbengong di tempatnya, tak mempercayai pengelihatannya sama sekali.

“Mas Hamish,” tegur Aisyah waktu itu. Rasa bersalah karena meninggalkan orang yang ia cintai demi menikahi pria kaya dari negeri seberang masih ada di hatinya. Jika saja waktu itu ia tak terlilit hutang, Aisyah akan menolak pernikahan itu. Beberapa tahun tinggal bersama suami tuanya, Asiyah tak betah karena sang suami sangat temperamental dan melakukan tindakan kekerasan padanya. Beruntunglah Aisyah bertemu dengan seorang pengacara perempuan yang mau membantunya lepas dari belenggu pernikahannya dan suaminya yang keras. Butuh waktu tiga tahun bagi Aisyah untuk lepas dari belenggu sang suami dan pulang kembali ke tanah air. Sayangnya, kekasihnya telah beristri dan ia memilih pergi merantau untuk menenangkan gejolak diri. Sialnya, baru enam bulan bekerja di perantauan ia malah bertemu dengan mantan kekasihnya yang hatinya telah ia patahkan.

“Aisyah,” panggil Hamish. Diperhatikannya Aisyah baik-baik. Perempuannya itu masih sama cantiknya hanya saja ia lebih kurus dari pada bersama dengannya dulu. Hamish melangkah mendekat ke arah Asiyah yang diam dan juga kaget. Serta merta Hamish memeluknya yang membuat Aisyah kaget bukan main.

“Aku merindukanmu, Aisyah,” kata Hamish yang membuat Aisyah syok dengan sikapnya itu.

“Mas, aku … kamu sudah beristri,” kata Aisyah sembari melepaskan diri dari Hamish yang langsung kikuk dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Aisyah itu padanya. Dua insan itu langsung sama-sama canggung.

“Maaf Aisyah, aku kelepasan,” kata Hamish sungkan.

“Kita bicara di luar saja, mas,” kata Aisyah pada Hamish. Aisyah mendorong trolinya dan Hamish mengikutinya dan meninggalkan troli kosongnya begitu saja. Sebenarnya ia juga berniat belanja, tapi karena bertemu Aisyah, pikirannya tak fokus dan ia hanya ingin bersama dengan perempuan itu, menanyakan apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu saat perempuannya pergi. Hati Hamish menuntut pertanggung jawaban dari Aisyah, belum lega rasanya jika ia ditinggalkan begitu saja tanpa alasan yang pasti.

Kasir mulai menghitung belanjaan Aisyah yang cukup banyak. Saat  tiba giliran membayar, Hamish langsung mengeluarkan kartu platinumnya dan sang kasir menerimanya. Perbuatan Hamish itu membuat Aisyah kaget dan bertanya-tanya, apakah ekonominya sudah sangat baik sekarang? Pikir Aisyah.

“Sebenarnya gak perlu repot-repot bayarin, mas,” kata Aisyah sungkan.

“Anggap saja itu hadiah pertemuan kita kembali,” jawab Hamish seraya mengangkat belanjaan Aisyah dari meja kasir dan membawanya keluar, meninggalkan Aisyah yang tertegun dan tersipu dengan jawaban Hamish itu. Hati perempuan mana yang tak terenyuh dengan sikap manis Hamish?

Di luar Hamish bingung mau membawa kemana belanjaan Aisyah itu.

“Sini mas, biar aku yang bawa, kita minum di stan kopi  itu saja,” kata Aisyah seraya menunjuk stan yang ada di pelataran Superindo itu.

“Kamu ke sini naik apa?” tanya Hamish.

“Taksi online, nanti pulangnya juga sama,” kata Aisyah.

“Aku antar ya, ini aku letakkan di mobil,” kata Hamish.

“Tapi, mas,-“ Aisyah yang merasa sungkan itu lantas berlari mengikuti langkah kaki Hamish menuju mobil Pajero Sport miliknya. Hamish bertindak tanpa menunggu persetujuan Aisyah, seolah-olah ia tak mau melepaskan Asiyah lagi. Lagi-lagi Aisyah dibuat tertegun dengan keberhasilan Hamish setelah melihat mobil Hamish.

“Nanti aku turunin dari jauh, biar suami kamu gak curiga,” kata Hamish agar Aisyah tak cemas.

“Aku sudah bercerai, mas,” jawab Aisyah serta merta. Entah mengapa ia mengatakan hal itu pada Hamish, padahal Hamish tak bertanya soal statusnya. Aisyah sengaja mengatakan hal itu pada Hamish dengan tujuan lain. Mungkinkah Aisyah juga masih berharap bisa bersama dengan Hamish?

“Kalau begitu, nanti aku bawain belanjaanmu ke dalam rumah sekalian bantuin menatanya,” kata Hamish dan Aisyah mengangguk tanpa membantah sama sekali. Masing-masing dari mereka tahu bahwa kalimat-kalimat yang mereka lontarkan barusan adalah bentuk undangan dari perasaan mereka masing-masing, sebuah pintu yang mereka buka sendiri meski sebenarnya pintu itu adalah pintu terlarang. Mereka berdua sadar bahwa bisa saja langkah mereka selanjutnya akan membawa mereka pada dosa. Tapi, mereka seolah tak peduli. Hamish yang masih mencintai Aisyah dan Aisyah yang membutuhkan sosok lelaki seperti Hamish, memenuhi kebutuhannya secara lahir dan batin.

Anisa Swedia

Please subscribe cerita ini donk biar kalian bisa baca buku ini di pustaka terus dan tahu notiikasinya. Terima kasih. Jangan lupa tinggalkan jejak komentar ya

| 25
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Elfrida Panjaitan
ceritanya bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Pilihan Suami   Bab 7: Menyambut Suami dan Istri Mudanya

    Mobil Hamish yang mengalami kecelakaan masih berada di polsek untuk diamankan. Mobil itu mengalami kerusakan yang cukup berat dan Najwa sama sekali tak berniat untuk memperbaikinya. Bukan tidak mau memperbaikinya, tapi hatinya masih sakit kala ia teringat bahwa mobil itu tak hanya suaminya saja yang naiki tapi juga madunya, Aisyah Rahmah.Terpaksa, Hamish memanggil taksi online untuknya dan Aisyah pulang. Untung saja barang bawaan ibunya tak banyak, hanya ada beberapa baju dan itu bisa ia bawa dengan sebelah tangannya yang baik-baik saja, sedangkan ibunya membantu membawa barang-barang Aisyah dan bayinya. Aisyah sendiri menggendong bayinya.“Kenapa gak ada yang jemput kita, mas?” tanya Aisyah berbisik pada Hamish. Hamish menoleh sejenak dan tak berniat sama sekali menjawab pertanyaan Aisyah itu, masalahnya adalah ia akan pulang ke rumah tapi entah mengapa perasaannya tak enak. Hamish sadar kalau rumah itu bukanlah rumahn

  • Istri Pilihan Suami   Bab 8: Kamar Untuk Madu

    “Ibu,” sapa Najwa pada ibu mertuanya sembari mencium punggung tangan perempuan paruh baya tersebut saat menyambutnya datang. Ida tersenyum kepada Najwa, “masuk, bu,” ajak Najwa. Ia menoleh ke arah suaminya dan istri muda suaminya yang tertunduk tak berani menatap wajah Najwa.“Mas, ayo masuk,” ajak Najwa pada Hamish yang masih diam. Biasanya, Najwa juga akan menyambutnya dengan mencium tangannya, tapi kini sang istri tak melakukan hal itu. Membuat Hamish merasa ada yang hilang di sudut hatinya. Senyum Najwa juga terasa dingin.“Mas, aku langsung ke kamar aja,” bisik Aisyah yang terlihat sungkan. Najwa mendengar itu dan menoleh ke arah Aisyah yang langsung kembali menundukkan pandangannya, tak berani menatap wajah Najwa. Aisyah sendiri bingung harus menegur Najwa dari mana dulu, jadi ia memilih diam dan membiarkan suaminya bertindak, sedangkan Najwa seolah tak menganggapnya ada. Melihat sikap Najwa yang

  • Istri Pilihan Suami   Bab 9: Meraih Hati Najwa (1)

    Rasa bersalah kepada Najwa terus menggelayuti hati Hamish. Bahkan, sebenarnya ia enggan keluar dari kamar sang istri. Tujuh tahun ia tidur bersama Najwa, kini Najwa bahkan memalingkan wajah darinya. Hati Hamish terasa diremas, berulang kali ia menghela napas karena merasa bingung dan gelisah. Jujur saja, sejak mendapatkan donor darah dari Najwa, hati terdalamnya terenyuh dan semua kebaikan Najwa melambai dibenaknyaDengan langkah kaki goyah, Hamish turun ke bawah. Impiannya untuk memeluk sang istri, sirna dan entah mengapa itu menyurutkan semangatnya.“Kenapa, nak?” tanya Ida pada sang putra. Hamish mengangkat wajahnya, raut kebingungan tercetak jelas di wajah sang putra, membuat ibu merasa iba, apalagi kondisi Hamish masih belum baik betul.“Najwa memintaku keluar dari kamar, bu,” keluh Hamish yang membuat sang ibu kaget.“Kamu sudah jelaskan situasi kamu kepada Najwa dan meminta maaf padanya?” tanya sang

  • Istri Pilihan Suami   Bab 10: Meraih Hati Najwa (2)

    “Kamu sedang apa, mas?” tanya Aisyah selidik saat ia baru saja bangun karena suara keributan di dapur. Resiko memiliki kamar yang dekat dengan dapur kotor, belum juga matahari terbit dengan sempurna, tapi suara-suara berisik di dapur membuat anaknya susah terlelap dan akhirnya menangis lalu ia terpaksa bangun. Diperhatikannya baik-baik Hamish yang sedang sibuk berkutat di dapur dengan lihai, “tangan kamu bukannya masih cedera, ya, mas? Apa yang kamu lakukan di dapur sepagi ini sih?” tanya Aisyah heran. Tak pernah sama sekali ia melihat Hamish begitu sibuk di dapur, setahunya dia lelaki yang anti ke dapur, baginya dapur adalah tempat wanita yang menyajikan makanan buat suami, dan bukan malah sebaliknya.“Aku sedang buat nasi goreng, kamu mau, kan?” tanya Hamish. Hati Aisyah terenyuh mendengarnya. Siapa yang sangka bahwa Hamish benar-benar memerhatikannya sampai melewati batas yang ditetapkannya sendiri demi membuatkan sarapan untuknya.“Mau, mas,” kata Aisyah malu-malu. Hamish hanya te

  • Istri Pilihan Suami   Bab 11: Cemburu

    Aisyah masih menangis di kamarnya setelah kepergian Hamish ke kamar Najwa seraya memberikan sarapan nasi goreng buat perempuan itu. Aisyah merasa Hamish berubah sejak pulang, diingatnya baik-baik sikap Hamish sejak kecelakaan itu. Hamish yang hanya menatap datar ke arahnya dan sang bayi yang ada di pangkuannya saat ia sadar. Hamish yang banyak melamun dan tak pernah menggendong bayinya.“Aisyah, apakah,-“ suara Ida, mertuanya yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya membuat Aisyah buru-buru menghapus air matanya. Ida mengerutkan kening melihat sikap Aisyah yang menyembunyikan air matanya itu. Ida mendekat dan duduk di samping Aisyah di sisi ranjang, “ada apa, Aisyah?” tanya Ida. Aisyah yang mudah menangis dan tak pandai menyimpan luka hati itu, langsung kembali menangis di hadapan Ida yang semakin membuat Ida menatapnya heran.“Mas Hamish, bu,” jawab Ida dengan air mata yang berderai.“Hamish, kenapa?” tanya Ida heran.“Mas Hamish ke kamar mbak Najwa sembari membawakan nasi goreng buata

  • Istri Pilihan Suami   Bab 12: Patah Hati Lagi

    Najwa berniat ke dapur untuk mengambil beberapa Loyang yang baru ia beli bersama Sarah kemarin dan akan ia bawa ke toko kue hari ini. Sepanjang jalan menuju dapur, hatinya yang gamang dan galau itu kini berangsur lega. Tak bisa dipungkiri bahwa ia masih mencintai Hamish dan menempatkan lelaki itu satu-satunya di hatinya hingga kini. Najwa sangat mencintai Hamish, sosok ayah yang selama ini dirindukannya ia temui dalam diri Hamish. Lembut dan pengertian, meski terkadang ucapan Hamish ada yang menusuk hatinya, ia bisa memakluminya.Pagi ini tak bisa dipungkiri kalau Najwa merasa tersanjung dengan perhatian Hamish yang tiba-tiba itu padanya. Najwa tahu bahwa Hamish tak suka berada di dapur, menyiapkan makanan seperti tadi benar-benar bukan seperti Hamish, itu kenapa Najwa merasa diratukan. Najwa terus melangkah, sesekali senyum terbit di wajahnya yang ayu itu. Gamis panjang dan kerudungnya yang berwarna pink itu seolah menegaskan bahwa hari ini hatinya sangat cerah seperti mentari pagi y

  • Istri Pilihan Suami   Bab 13: Kedok Aisyah

    “Kasihan ya bu Najwa, kurang apa dia untuk pak Hamish?” bisik Widya pada Tuti. Tuti hanya mengangguk sembari menguleni adonan hingga kalis sebelum mendiamkannya, untung saja suhu malam ini terasa panas jadi semoga adonan yang ia buat nanti mengembang dengan sempurna seperti sebelum-sebelumnya.“Mbak,” tegur Widya karena Tuti hanya diam.“Aku gak bisa berkomentar apa-apa, Wid. Gimana, ya? Ujian tiap orang beda-beda. Dan kebetulan ujian bu Najwa soal suaminya,” kata Tuti.“Kalau bu Najwa ngajukan gugatan perceraian bisa, kan?” tanya Widya.“Bisa, apalagi pak Hamish itu menikah lagi tanpa sepengetahuan bu Najwa, jatuhnya kan berselingkuh dan undang-undang perselingkuhan itu ada, bisa diperkarakan,” kata Tuti.“Kenapa bu Najwa gak pilih jalur itu saja?” tanya Widya heran.“Kamu sendiri kenapa masih bertahan dengan suamimu yang katamu pemalas itu?” tanya Tuti. Widya terdiam, ia tak bisa menemukan jawaban yang pas untuk Tuti.“Karena dia gak mendua,” jawab Widya.“Mana ada perempuan yang ma

  • Istri Pilihan Suami   Bab 14: Fitnah

    Jika tahu pulang ke rumahnya sendiri akan membuatnya terluka seperti ini, Najwa tak akan pulang ke rumah tadi dan memilih tidur di toko saja. Najwa sangat kecewa dengan sikap Hamish yang berat sebelah kepadanya, bahkan tak mempercayai ucapannya sama sekali.“Najwa, buka pintunya sayang,” suara Hamish masih terdengar di luar pintu kamarnya dengan ketukan pelan.“Sudah malam mas, aku lelah dan ingin tidur. Pergilah,” jawab Najwa.“Ijinkan aku tidur denganmu, sayang …” pinta Hamish memohon.“Setelah apa yang telah terjadi barusan?” tanya Najwa.“Aisyah tak pernah berbohong, Najwa,”“Jadi maksudmu aku yang berkata dusta?” sahut Najwa.“Bukan begitu, kupikir kamu pasti lelah dan memikirkan hal yang tidak-tidak,” kata Hamish mencari alasan.“Kembali saja kepada Aisyah, mas. Bukankah mas tadi bilang kalau Mufti sampai terbangun gara-gara aku?” tanya Najwa. Hamish menghela napas, ia benar-benar frustasi dan tak tahu lagi harus menghadapi Najwa bagaimana. Dia pikir memiliki dua istri akan sang

Latest chapter

  • Istri Pilihan Suami   Bab 99: Sebuah Akhir

    Najwa sedang memilih-milih bahan yang bagus untuk kue yang akan ia buat nanti sore. Ia ingin memakan cake yang cantik dan enak. Membayangkannya saja membuat Najwa menelan ludah.“Najwa,” panggil seseorang yang langsung membuat Najwa menoleh dan kaget begitupun dengan pria yang ada di hadapannya ketika ia baru menyadari perut Najwa sedikit membuncit. Tubuh Najwa yang kurus selama kehamilan membuat kandungan Najwa yang sudah dua puluh empat minggu itu terlihat lebih jelas, padahal ini adalah kehamilan pertamanya.Hamish yang mengenali Najwa dari belakang dan ingin menyapanya saat ia memasuki supermarket tak pernah menyangka sebelumnya kalau Najwa akan hamil secepat ini di pernikahan keduanya.“Mas Hamish,” panggil Najwa kikuk seraya menoleh ke kanan dan kiri untuk menemukan suaminya yang entah kemana.“Kamu hamil, Najwa?” tanya Hamish dengan suara berat, rasanya seperti ada yang mengganjal di kerongkongannya saat ia mengucapkan hal itu pada Najwa.“Alhamdulillah, iya, mas. Gak nyangka b

  • Istri Pilihan Suami   Bab 98: Hukum Tabur Tuai

    Aisyah menangis di dalam tahanan karena tak menyangka ada orang yang tega memfitnahnya dengan menaruh obat terlarang dalam tasnya.Berulang kali ia berteriak tak menggunakan obat terlarang tersebut, tapi pihak kepolisian mengabaikannya."Pak,tolong pak, saya punya anak balita di rumah, bebaskan saya, saya mohon ..." rengek Aisyah pada petugas kepolisian yang lewat di depan tahanan sementaranya."Ibu macam apa yang dandanannya seperti wanita malam dan keluyuran tengah malam?" sahut polisi tersebut kepada Aisyah."Setidaknya biarkan saya telepon suami saya dulu," pinta Aisyah."Bukankah ponselmu sedang di cas? Tunggu dulu sekalian tunggu giliran kamu diperiksa," kata petugas itu geram."Percaya sama saya pak, saya bukan pemakai atau pengedar obat terlarang," kata Aisyah pada petugas tersebut."Semua orang juga bilang begitu kalau sudah ketahuan. Kamu akan menjalani rangkaian test, kalau terbukti bukan pemakai mungkin memang beberapa pil itu bukan milikmu," kata pak polisi itu pada Aisya

  • Istri Pilihan Suami   Bab 97: Ditangkap

    Aisyah dan Hans akhirnya terpaksa keluar rumah keesokan harinya bersama dengan barang-barang perabotan yang baru saja dibeli oleh Hans. Saat memasuki kost rumah tangga yang sangat sederhana, Aisyah menggerutu kesal dan marah-marah tak jelas.“Kenapa kita tinggal di sini, sih, mas?” tanya Aisyah kesal sekali, “panas sekali,”“Nyalakan saja kipasnya,” kata Hans.“Kenapa kita gak cari apartemen sih, mas?” tanya Aisyah kembali,“Uangku gak cukup dan aku belum dapat pekerjaan baru,”“Seharusnya kamu itu gak dipecat dari perusahaan, mas. Masalah kita kan masalah pribadi, seharusnya mbak Mirna tahu kalau masalah pribadi gak bisa dicampur dengan masalah perusahaan,” kata Aisyah mengomel. Hans lelah, Aisyah sama sekali tak mau membantunya dalam hal beres-beres tempat kost yang baru, jadi ia sungguh lelah karena harus mengerjakannya sendirian.Setelah menata semua perabot di dalam kostnya, Hans mencoba mencari pekerjaan lewat rekan bisnis dan teman-teman kerjanya. Tapi sayang sekali, ia tak men

  • Istri Pilihan Suami   Bab 96: Juru Parkir

    “Bayinya sehat, sebentar saya dengarkan detak jantungnya, ya,” ujar dokter kandungan yang bernama Amalia itu kala ia memeriksa kandungan Najwa secara USG. Dada Najwa berdebar-debar sejak tadi diperiksa saking terharunya ia mengetahui kehamilannya lewat test pack dan Jacob langsung membawanya ke dokter kandungan.“Nah, dengar, kan? usianya delapan minggu,” kata dokter Amalia lagi saat mendengarkan detak jantung sang calon bayi di rahim Najwa. Najwa tak kuasa menahannya hingga air mata haru dan bahagia meleleh begitu saja di pipinya.Jacob bergerak membantu Najwa yang bangun setelah selesai diperiksa, sedangkan dokter memberikan resep vitamin yang harus dikonsumsi oleh Najwa dan mengingatkannya untuk kontrol ulang tiga minggu lagi.“Terima kasih banyak, dok,” kata Najwa dan Jacob bersamaan. Mereka keluar ruang periksa dan berjalan dengan beriringan. Jacob merangkul Najwa dengan perasaan bahagia luar biasa.“Kita ke rumah mama, ya,” ajak Jacob dan Najwa mengangguk. Najwa terus memandangi

  • Istri Pilihan Suami   Bab 95: Kejutan Tak Terduga

    Aisyah dan Hans tak mengijinkan perempuan gemuk itu masuk ke dalam rumah karena Hans merasa tak pernah menjual rumahnya pada siapapun. "Kamu yakin gak pernah jual rumah ini, mas?" tanya Aisyah cemas."Nggak,""Kalau gitu kamu simpan surat-suratnya?" tanya Aisyah lagi. Hans menoleh ke Aisyah dan ia baru ingat kalau surat rumah ini dibawa salah seorang saudaranya. Gegas Hans menuju kamarnya dan mengambil ponsel yang ada di sebelah kasur di atas nakas. Hans mencoba menghubungi saudaranya yang memegang sertifikat rumah tapi ia tak bisa menghubunginya.Kecemasan melanda Hans, ia panik karena perempuan gemuk yang ia pikir sudah pergi dari rumahnya, kini marah-marah dan berteriak di luar sana lalu akan mengancam melaporkan Hans ke polisi."Mas, aku takut," kata Aisyah yang muncul di ambang pintu kamar. "Aku bukain pintu saja mas, biar dia gak teriak-teriak!" kata Aisyah pada Hans yang diam saja. Pikiran Hans penuh, ia takut kalau saudaranya memang menjual rumah peninggalan orang tuanya.Ais

  • Istri Pilihan Suami   Bab 94: Setelah Bercerai

    “Mirna! Tunggu! Maafkan aku!” seru Hans seraya mengejar Mirna yang akhirnya bisa ia temui di pusat perbelanjaan setelah mengikutinya keluar rumah. Surat sidang perceraian pertama telah ia terima, baju-bajunya juga sudah dikeluarkan semuanya oleh Mirna saat ia berusaha pulang ke rumah malam itu dan ternyata mendapatkan pengusiran yang menyedihkan. Hans sangat sulit menemui Mirna, karena Mirna terus menghindarinya dan tak mau bicara dengannya. Selain Mirna tak mau bertemu dengannya, Hans juga dilarang menemui anak-anak mereka sampai sidang putusan perceraian itu keluar dan hakim memutuskan kepada siapa hak asuh anak mereka akan jatuh.“Apa lagi sih, mas?” tanya Mirna kesal seraya melepaskan cekalan Hans dari tangannya, tatapan Mirna penuh amarah dan kebencian yang luar biasa pada Hans.“Aku tahu aku salah, maafkan aku. Aku ingin jika kita berpisah, kita bisa pisah secara damai,” kata Hans pada Mirna. Mirna tak menyangka kalau Hans juga akan menyerah dengan hubungan mereka dan menerima p

  • Istri Pilihan Suami   Bab 93: Meninggalkan Rumah

    Jacob memeluk Najwa dari arah belakang ketika Najwa sedang asyik menikmati panorama keindahan alam dari balkon kamar hotelnya. Najwa menoleh dan tersenyum manis ke arah Jacob yang langsung mengecup bibirnya singkat. Lalu keduanya kini kembali menikmati pemandangan luar yang indah sekali. “Kita sarapan?” tanya Jacob dan Najwa mengangguk. Jacob menggandeng tangan Najwa keluar kamar dan langsung mengajaknya turun untuk makan sarapan di lobi hotel. Kemesraan keduanya terlihat jelas dari wajah mereka masing-masing. Sembari menikmati roti bakar serta buah-buahan segar, mereka berbicara tentang rencana bulan madu mereka di kota itu. Sesekali mereka mengambil foto berdua lalu mempostingnya di media sosial mereka masing-masing.Malam hari setelah lelah berkeliling kota dan menikmati destinasi wisata dimana-mana, mereka akan kembali saling menjamah berkali-kali sampai kelelahan dan tertidur hingga keesokan paginya.***Setelah melihat story Najwa yang bahagia di luar negeri saat menikmati bul

  • Istri Pilihan Suami   Bab 92: Perpisahan

    Hamish pulang bersama Mirna ke rumah Mirna lebih dulu baru ia pulang ke rumahnya dengan naik motor.“Kamu gak mau masuk buat obatin luka di tanganmu?” tawar Mirna dan Hamish menggeleng ke arahnya. Sepanjang perjalanan tadi ia terus melamun, membayangkan adegan dimana ia harus melihat istrinya sendiri bercumbu dengan pria lain, itu sangat memalukan buatnya.Mirna menatap kepergian Hamish dengan hati yang juga hancur, pasalnya setelah hari ini, ia tahu bahwa ia akan menjadi single mom untuk anak-anaknya. Mirna masuk rumah dan sebelum masuk ia berpesan pada satpam rumah.“Jangan biarkan bapak masuk rumah malam ini, apapun yang terjadi. Kunci semua pintu rumah,” kata Mirna yang membuat satpam rumahnya kaget dan bingung. “Kamu dengar perintah saya, kan?” tanya Mirna dan satpam rumahnya mengangguk ke arahnya meski bingung. Selepas kepergian sang tuan rumah, barulah satpam rumah bertanya kepada pak sopri, apa yang sudah terjadi sehelumnya.“Bapak selingkuh, ibu dapatin bapak lagi di kamar b

  • Istri Pilihan Suami   Bab 91: Penggrebekan (2)

    "Mas ...." Aisyah merasa risih karena sikap Hans yang menginginkannya, sedangkan dirinya merasa tak tenang dan nyaman sama sekali hari ini. Aisyah kepikiran Hamish, bertanya-tanya dimana ia sekarang dan apa yang terjadi padanya saat Hamish tahu bahwa Hans sudah tak ada di hotel tempat mereka janjian bertemu. Hans tak peduli dengan penolakan halus dari Aisyah, hasratnya sudah tinggi dan ia tak bisa membendungnya lagi. Anehnya, kepada Mirna yang cantik dan masih memiliki tubuh indah, Hans tak seperti ini, apakah ini namanya menikmati hubungan haram, membuat manusia terlena hingga mengulanginya lagi dan lagi?"Mas, tunggu, bagaimana ..." Aisyah hendak menolak Hans kala Hans berusaha melucuti pakaiannya tapi Hans tak peduli, ia terus melancarkan aksinya dan mulai melepaskan pakaian Aisyah satu persatu sembari terus mencumbunya dan membuat Aisyah akhirnya tak berkutik dengan permintaan Hans tersebut.Mata Hans makin berkilat penuh nafsu kala ia melihat tubuh polos Aisyah di hadapannya. Ia

DMCA.com Protection Status