"Kecuali... Tuan Muda sendiri yang ingin menceraikan saya!"David terdiam. "Apa itu artinya dia masih punya kesempatan?" pikirnya. "Kalau begitu saya bersedia menjadi pria yang akan menggantikan Tuan Devan sebagai suami anda, Nyonya!" ujar David terang-terangan. Kali ini Andini yang terdiam. Kemudian dia tersenyum. "Baiklah, Tuan! Saat itu terjadi, saya akan menagih apa yang anda katakan saat ini!" Dia berpikir David sedang menghiburnya saja. "Baiklah! Saya akan menantikannya!" David membalas tersenyum. ****"Hah!" David menghela nafas setelah sampai di kantornya!""Kenapa, Tuan? Anda terlihat lelah sekali!" sindir Zack. David diam saja mendengar sindiran bawahannya itu. "Apa pertemuannya gagal, Tuan? Sehingga membuat anda murung?""Haaaa... Aku harus apa, Zack?""Harus apa, apanya, Tuan?""Harus apa untuk bisa memilikinya?""Yah... Mulai lagi!" ujar Zack dalam hati. Tiga hari sebelum pesta peresmian hubungan Devan dan Silvi. Kaisar yang ingin memberikan kejutan kepada adiknya,
Seakan hawa kegelapan meliputi di sekitar Kaisar, begitulah saat ini yang dilihat Andini kala kakak lelakinya itu terdiam sambil memegang kertas yang berada di atas meja. "Kakak...!" Andini memanggil kakaknya. "Apa ini, Andini? Apa dia ingin meredahkanmu? Bukan hanya mengundangmu tetapi dia juga ingin kau yang mengurus acaranya?" ujar Kaisar geram. "Dasar lelaki brengs*k tidak punya ot4k! Sebenarnya dia menganggapmu apa?" Kaisar meremas kertas yang dia pegang tadi. "Kau akan datang ke sana, Andini?""Entahlah, Kak! Aku juga masih bingung?""Kau tidak usah datang! Apa dia ingin merendahkanmu di depan semua orang? Suami menikah lagi dan istri pertama tidak bisa berbuat apa-apa! Apa itu yang ingin ia tunjukkan kepada semua orang?" bentak Kaisar kemudian dia pergi berlalu dari kamar Andini. ****Keesokan harinya Tuan Radit kembali mendatangi Silvi. "Apa lagi yang kau inginkan?" Dengan ketusnya Silvi berkata. Tuan Radit menanggapi dengan santai ucapan ketus Silvi itu. Dia bahkan ter
"Maaf, Nona! Sebenarnya... Bagaimana ya! Saya tidak enak sebenarnya mengatakan hal ini!" Rafael terlihat ragu-ragu."Kenapa, Tuan? Katakan saja! Anda tidak perlu ragu-ragu.""Tapi, anda harus janji jangan menangis setelah saya mengatakan hal ini, ya?""Hem!" Silvi menganggukan kepalanya. "Sebenarnya bagi kalangan orang-orang seperti kami, memberikan hadiah ada maksud tersendiri.""Maksudnya, Tuan?" Silvi tidak mengerti. "Begini! Setiap hadiah yang kami berikan kepada si empunya acara ada artinya. Hadiah yang Nyonya Muda berikan kepada Nona memang hadiah yang mahal, tetapi hadiah seperti ini tidak ada gunanya. Dia memang cantik dan menawan tetapi hanya berguna sebagai pajangan saja tidak bermanfaat. Dengan kata lain, Nyonya Andini berharap anak anda cantik seperti hadiah ini namun tidak berguna bagi sekitarnya," terang Rafael. "Itu artinya, Nyonya Andini menghina Silvi, ya?" Matanya terlihat berkaca-kaca. "Yang sabar, ya!" Rafael mencoba menghiburnya. "Saya pikir, Nyonya Andini mu
Tanpa menunggu lama. Dengan perasaan kalut, dia menghubungi Rafael untuk menemuinya. "Ada apa, Nona, memanggil saya?""Ada satu hal penting yang ingin saya katakan kepada anda, Tuan Rafael. Mari silahkan masuk dulu!""Apa tidak apa-apa saya masuk ke kamar anda, Nona? Maksud saya apa Tuan Devan tidak akan marah?""Tidak! Anda masuk saja! Ini sangat penting," desak Silvi. "Baiklah!" Rafael masuk ke dalam kamar Silvi kemudian menguncinya dari dalam. "Ada apa, Nona? Kenapa wajah anda terlihat murung dan kesal begitu?""Saya sangat sedih dan kecewa dengan Tuan Devan!""Kecewa? Kecewa kenapa? Bukannya Tuan Devan sudah menganggap anda sebagai istri secara resmi di depan semua orang?""Saya kecewa karena anak yang saya kandung ini tidak dianggap sebagai orang yang bisa menjadi penerus oleh Tuan Devan.""Saya tidak kaget karena itu sudah menjadi tradisi turun temurun di keluarga mereka. Anak dari wanita simpanan yang dinikahi secara siri, tidak bisa menjadi penerus bahkan pewaris. Mereka ha
"Wanita itu bisa berbuat hal yang di luar dugaan!" "Huh! Aku akan beritahu kakak sedikit. Kemarin saja, Devi menjadi bahan gosip orang-orang. Dan bahkan sampai membuat suaminya salah paham. Dan wanita itu penyebabnya.""Wanita itu pintar sekali memanipulasi orang dengan perkataan polosnya. Aku takut itu akan terjadi pada Kakak!""Aku tidak takut! Sekali lagi wanita itu menghinamu, aku akan melakukan sesuatu yang tidak bisa dia bayangkan."****Di dalam kamar di rumah kedua, Silvi terlihat terbaring lemas dengan wajah yang pucat. "Silvi! Kau harus hati-hati bicara saat berhadapan dengan Kaisar. Dia itu pria yang kasar dan pemarah. Apalagi kalau menyangkut soal Andini, adiknya." Devan menegur Silvi yang terlihat syok."Kenapa anda memarahi saya, Tuan? Padahal mereka sendiri yang memulai duluan.""Hah!" Devan menghela nafas berat. "Aku dengar dari para pelayan, mereka mendengar kau duluan yang memulai dan mengatakan Andini mandul.""Tapi... Tuan, Nyonya sendiri yang memulai menyakiti s
"Katakan padaku apa yang kau dapatkan tentang wanita itu?" Kaisar mendesak Tomi untuk mengatakannya. "Sabar! Aku akan mengatakannya setelah ini!" Tomi meneguk habis minumannya yang tersisa sedikit. GLEK... GLEKK... "Wanita itu dulunya adalah pembantu.""Pembantu?""Iya! Kau tau, Tuan Radit?" "Iya, aku tau! Aku pernah melihatnya sekali sebelum aku pergi ke luar kota.""Nah! Wanita itu adalah mantan pembantu di rumahnya.""Wah! Benarkah?""Iya! Entah karena masalah apa wanita itu kabur dari rumah Tuan Radit. Dan saat di pesta Tuan David, mereka bertemu dan Tuan Radit mengatakan di depan semua orang kalau wanita itu mantan pembantunya yang kabur. Saat orang-orang penasaran dengan apa yang terjadi sehingga membuatnya kabur, sebelum Tuan Radit mengatakan alasannya, wanita itu malah pingsan.""Apa kau sudah dapat apa alasan wanita itu kabur dari sana?""Belum! Tetapi aku sedang menyuruh orang mencari tau.""Keesokan harinya Tuan Radit dipanggil oleh Tuan Devan ke mansionnya dan Tuan Rad
"Siapa wanita itu? Apa salah satu wanita yang ingin mencari perhatian kepada David?" tanya Camelia dalam hati. Dia pun memutuskan untuk mendekati mereka berdua. "Hey, David! Siapa wanita ini?" tanya Camelia ramah. "Oh! Ini Nyonya Andini, Bu! Dia salah satu rekan bisnisku!" sahur David. Meski panggilan 'Ibu' terdengar tidak enak di telinganya. Camelia tersenyum saja. "Oh, benarkah? Aku pikir salah satu perempuan yang ingin kau goda! Ingat, permintaan Ayahmu, Vid!" Camelia seolah terlihat baik menegur David tentang janjinya kepada ayahnya agar berhenti merayu perempuan. Dan mulai fokus mencari istri. "Haha..." David tertawa santai. "Aku ingat, Bu!""Kau harus mulai fokus mencari istri 'kan?""Ah, benarkah itu, Tuan David?" Andini terkejut dengan berita yang ia dengar."Haha... Iya, Nyonya! Saya harus segera mencari pendamping dan membantu saya bekerja mengurus perusahaan Ayah!" David bercanda seperti biasa. "Semoga anda lekas menemukan wanita itu, Tuan!" Andini mendo'akan. "Saya
"Heh, aku kira kau sudah pergi. Ternyata masih menunggu di sini! Harga dirimu tinggi juga, ya?" sinis Devan. Andini tersenyum, "Ini 'kan yang kau inginkan dariku?"Devan menyinggungkan bibirnya. "Kau memang wanita yang penuh dengan kejutan, ya? Tentang Silvi maupun yang ini.""Kau terlalu cepat menyimpulkan. Mengaitkan tentang Silvi.""Sekarang bukan waktunya untuk mengelak. Aku sudah berbaik hati menutupi masalah ini karena kakakmu yang terlibat.""Apa kau yakin pelakunya adalah Kaisar?" tanya Andini dengan wajah yang datar. "Menurutmu? Kau tentu tau, siapa yang nekat melakukan hal seperti ini kalau bukan kakakmu yang tempramen itu? Bahkan semua kejanggalan mengarah padanya. Dia akan melakukan apapun untuk adiknya ini, bukan?" Bukannya marah, Andini malah menatap Devan dengan pandangan datar. "Jadi, kau mengira kakakku pelakunya hanya karena sebuah kejanggalan?""Apa itu artinya kau masih bersikera