“Ya, terus aku mau tinggal di mana? Kak Hana ngusir aku, dan apartemen juga tidak bisa kutinggali lagi. Barang-barangku juga masih ada di sana.”“Kamu tinggal cari kontrakan yang sepi lingkungannya, agar aku juga aman dan tidak mengundang banyak mata.”“Ya, gak semudah itu, Mas. Aku itu luntang-lantung, mana bisa nyari kontrakan dengan spek seperti itu dalam waktu 1 hari. Gila kamu!”“Ya terus aku harus gimana?”“Kasih aku uang, atau biarkan aku tinggal di hotel sementara waktu sampai mendapatkan tempat yang kamu sebutkan tadi.”Rido berdecak keras. Wanita ini sangat ribet sekali. Berselingkuh dengannya itu tidak bisa seperti pria lain. Rido banyak sekali mengambil pertimbangan. Intinya, dia tidak mau meninggalkan jejak apa pun yang bisa dideteksi oleh istrinya.Termasuk bukti transfer dan apa pun yang ada bukti fisiknya. Makanya, dia tidak pernah memberikan Kalila barang atau transfer uang. Dia akan memberikan uang cash, nanti terserah Kalila akan dibelikan barang apa saja.Lalu, sek
Entah sudah berapa kali Kalila mencari tempat tinggal yang sesuai kriterianya. Tetapi sayangnya belum ketemu yang sreg. Sampai akhirnya dia memilih untuk menginap di hotel untuk malam ini.Sebelum itu, sang wanita harus bertemu dengan Aji. Dia harus mengambil barang-barang yang ada di apartemen itu.Kalila berusaha untuk menghubungi Aji, untunglah kali ini pria itu mau menerima panggilan darinya. Kalila ingin sekali marah-marah, tapi dia tidak punya banyak waktu. Langsung saja pada intinya.“Kalau kamu mau mengusirku, biarkan aku mengambil barang-barangku dulu.”Aji termenung mendengar perkataan Kalila. Dia pikir Kalila akan merengek dan meminta apartemennya dikembalikan. Ternyata semua di luar dugaan.Aji tampaknya mulai sadar kalau Kalila lebih mengandalkan Rido yang memang punya segalanya.“Baiklah. Sore nanti temui aku di depan apartemen.”Setelah itu Aji mengakhiri panggilan terlebih dahulu. Kalila mengamuk, pria ini benar-benar mengesalkan. Entah kenapa dia malah mau berhubungan
“Oh, ini kerjaan kamu saat suami sedang kerja, hah?!”Hana dan Kinara terkesiap mendengar suara itu. Hana menoleh dan mendapati Ibu mertuanya sedang berdiri di depan meja mereka. Rendi yang melihatnya pun kaget, sebelumnya tidak melihat kedatangan sang wanita.Kinara tampak bingung, Hana jadi merasa malu dan bersalah karena dinganggu oleh wanita julid itu.“Maaf, Tante ini siapa, ya?” tanya Kinara dengan berani.Bu Minarti melotot sembari berkacak pinggang. “Kamu tanya sama wanita di depanmu iu.”Kinara refleks melihat pada Hana, seolah mencari jawabannya.Dengan helaan napas panjang, Hana pun terpaksa menjawab pertanyaan Kinara.“Dia mertuaku.”Kinara terperangah sembari menutup mulutnya sendiri, lalu menatap Hana dan Bu Minarti bergantian.“Kak, maaf sebelumnya kalau aku lancang. Kakak kan kalem, baik hati. Kenapa dapat mertua modelan Nenek lampir seperti ini?” bisik sang gadis, yang masih bisa didengar oleh Bu Minarti dan Rendi.“Heh, kamu! Kurang ajar! Saya ini orang tua, apa kamu
Ponsel Aji berdering saat jam istirahat. Kalau saja itu dari Kalila, sang pria tak akan mau mengangkatnya. Tetapi ternyata dari Hana, terntu saja pria itu akan langsung mengangkatnya.“Halo, Sayang,” ucap Aji saat menerima telepon dari sang istri.Namun, Hana merasa heran jika mendengar panggilan itu. Tetapi Hana tidak mau mempermasalahkan itu dulu. Sebaiknya dia bilang pada intinya terlebih dahulu.“Mas, bisakah kamu bilang pada ibumu untuk menjaga sikap jika di depan umum?”“Hah?”Aji terperangah. Dia yang sedang makan siang pun langsung menghentikan aktivitasnya. Sebelumnya, dia sedang makan di kantin. Tetapi, tak ada yang berani mendekat.Mungkin dulu Aji banyak temannya, tapi sekarang dia tak punya teman sama sekali. Semua ini sebab video viral itu.Hanya saja, sang pria tidak memusingkan itu. Yang penting dia masih bisa menghasilkan uang agar tidak direndahkan lagi, terutama oleh Kalila.“Ibumu itu malah membuat kegaduhan saat aku di kafe. Aku sedang bertemu dengan temanku, tapi
Tepat pukul 5 sore, Kalila bertemu dengan Aji di apartemen. Saat dibukakan pintu, Kalila tampak cuek dan malah berjalan masuk ke kamar.Wanita itu membereskan pakaian dan barang-barang yang sebelumnya dibawa olehnya. Aji yang melihat itu merasa kesal.“Apakah ini sifat aslimu, hah?!” tanya Aji tiba-tiba dengan nada kesal.Kalila yang sudah selesai membereskan semuanya pun tak menghiraukan pertanyaan Aji. Wanita itu memilih untuk berbaik dan akan mempertanyakan perihal dirinya yang di-DO dari kampus.“Simpan dulu pertanyaanmu. Aku ingin bicara serius. Apa kamu yang mengadukanku pada rektor tentang video syur itu sampai aku di-DO dari kampus?”“Apa?!”Wajah yang semula diselimuti kekesalan sekarang berubah menjadi kaget.“Kamu di-DO?”Kalila memutar bola mata, gemas. “Jangan berpura-pura deh, Mas. Kalau bukan kamu yang malakukannya, siapa lagi?”Aji mendelik. “Kenapa kamu pikir aku yang melakukan itu semua?”“Ya, karena kamu kesal sebab aku selingkuh. Jadi, kamu melakukan ini semua.”Aj
Suara ringisan keluar dari mulut wanita yang mulutnya tersumpal kain. Wanita itu berusaha membuka mata dan menyesuaikan dengan cahaya sekitar yang remang-remang.Dia melihat sekeliling yang tampak asing baginya. Setelah mulai terbiasa dengan pandangan sekitar, orang itu pun berlonjak kaget dan hampir saja terjatuh dari kursi yang ternyata terikat pada tubuhnya.Dia berusaha membuka suara, tapi tak da yang keluar. Orang itu adalah Kalila. Sang wanita merasakan perih di pipi, leher dan telinga. Dia berusaha mengingat apa yang terjadi hingga dirinya disekap dengan tangan dan kaki terikat.Terakhir yng diingatnya, Aji memukul lehernya hingga semuanya gelap. Tampaknya Kalila pingsan dan dibawa ke sini.Wanita itu mulai disergap kepanikan. Itu artinya, sekarang dia sedang diculik dan disekap. Kalila berusaha melepaskan diri, tapi ikatannya kuat sekali. Tak habis akal, sang wanita mencari benda apa saja yang bisa dijadikan alat untuk melapas tali ini.Namun sayangnya, tidak ada apa-apa. Dia
“Rido, Mas Rido. Dia pasti akan mencariku!” seru Kalila dengan percaya diri.Sebab, Rido pasti masih membutuhkannya meskipun hanya sebagai alat untuk mmenuhi kebutuhan pria itu saja.Aji terperangah, lalu tak lama kemudian terdengar gelak tawa membahana. Kalila sampai kaget.“Rido? Kamu yakin? Dia itu akan lebih memilih istrinya yang galak dibandingkan kamu. Kamu tidak sepenting itu, Kal.”Kalila tampak marah. Apakah benar yang dikatakan oleh Aji? Kalimat itu yang terngiang di benak Kalila.Aji tersenyum miring. “Kalau kamu tidak ada, tinggal cari yang lain saja. Wanita model kamu itu banyak, Kal. Yang penting ada uang.”“Mas!”Bahu Kalila naik turun, menandakan kalau emosi sudah menguasai hati. Dia berusaha melepaskan diri, tapi sayangnya itu hanya sia-sia saja.“Kenapa kamu marah? Benar, kan? Kalau kamu tidak percaya, bagaimana kalau taruhan?”“Apa maksudmu?”“Aku akan menyekapmu di sini. Kita lihat, apakah si Rido itu akan mencarimu?”Kalila menautkan kedua alisnya. “Aku tidak mau.
Aji terlihat gugup saat dipergoki oleh Hana. Pria itu bahkan sampai meneguk saliva dengan susah payah. Otaknya tiba-tiba saja blank untuk mencari alasan pada Hana.“Kenapa diam saja, Mas? Untuk apa kamu membuka lemari Kalila? Bukankah itu semua barangnya?”“Em, itu. Aku hanya ingin melihat isi lemari saja. Kalau tidak terpakai, mungkin cocok untuk tambahan lemari kita. Iya, kan?”Hana tidak percaya begitu saja. Apalagi melihat reaksi sang pria. Namun, Hana tidak mau berdebat. Moodnya sudah hancur oleh Bu Minarti. Jadi, tidak mau malah menambah hancur lagi dengan bertengkar.“Tidak perlu. Biarkan saja di sana. Sebaiknya, kamu cepat mandi.”Setelah itu Hana pun memilih untuk pergi. Untuk beberapa hari sampai sudah gugatan cerai turun, Hana akan bersikap seperti biasa.Bukan hanya perceraian yang akan dilakukan oleh sang wanita. Hana akan membuat Aji miskin dan mengirim dua pengkhianat itu ke balik jeruji.Mungkin Hana juga akan disibukan dengan bisnis kulinernya.***Selama makan malam,
"Baiklah, aku mengerti kalau masalah itu. Tetapi apakah uangmu memang sangat banyak sampai kamu berani mengatakan hal seperti itu?" Pertanyaan Aji membuat Hana terdiam. Harusnya wanita itu tidak boleh mengatakan hal demikian, yang ada Aji pasti akan mengorek semua informasi tentang keuangannya. Lebih menyakitkan lagi kalau sampai Aji juga mengambil apa yang harusnya menjadi milik Hana. "Ya, palingan aku akan menjual beberapa emas yang kamu beli." "Emas?" Wajah Aji terlihat sekali sinis, di sorot matanya membuat Hana yakin kalau pria itu memang tidak akan pernah ikhlas kalau dirinya bahagia. Entah apa yang sudah dilakukannya di masa lalu sampai mendapatkan jodoh seperti Aji. Dia bahkan tidak melihat sisi buruk dari suaminya selama bertahun-tahun menikah dengan sang pria. Namun, setelah semuanya terbongkar wanita itu sadar sudah menikahi seorang penjahat yang sangat menakutkan dan juga harus diwaspadai. "Kalau itu sama saja dengan bohong, berarti kamu tidak punya uang lain, kan?
"Hai, Han. Aku sudah pulang," ucap Aji sembari menenteng tas kerjanya. Hana tersenyum sebaik mungkin. Dia berusaha menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi. Bukti tentang perbuatan Aji pun sudah ada. Hana tinggal memanggil Kakek yang sudah menyelamatkan Kalila untuk menjadi saksi, tetapi tidak boleh semudah itu membuat suaminya langsung masuk penjara. Dia akan memberikan perhitungan terlebih dahulu kepada Aji, agar pria itu mengaku dan bisa dihukum seberat mungkin. "Iya, Mas. Ayo makan dulu!" ajak Hana.Sebenarnya ini membuat Aji bingung dan juga heran, sebab sebelumnya istrinya itu agak cuek kepadanya. Bahkan tidak seperti biasanya saat mereka masih bersama dan Hana terbaring sakit. Wanita ini malah semakin bugar, tidak terlihat tanda-tanda kesakitannya. Mungkin ada yang salah dengan obat yang diberikan oleh Kalila. Dia yakin, obat itu bisa memperparah keadaan Hana, tetapi malah seperti ini. Dia harus mencari tahu dulu ke mana Kalila dan akan membuat perhitungan kepada wanita it
Saat sore tiba, Hana menghampiri Kalila yang terus saja di kamar. Wanita itu ketakutan dan pikirannya kacau. Dia tidak tahu harus melakukan apa, tetapi kalau tidak di rumah kakaknya Kalila harus pergi ke mana? Tidak ada lagi tempat untuk dirinya berkeluh kesah, apalagi meminta perlindungan. Walaupun keluar, pasti banyak orang yang mengetahui tentang keberadaannya. Namanya saja sudah tercoreng. Bahkan pekerjaan sebagai model pun dicabut serta dibatalkan. Ini benar-benar membuatnya malu. Kalau pergi ke kampus, dia rasa tidak ada seorang pun yang mau membantunya. Apalagi keterangan dan kabar tentang dirinya sudah tersebar luas.Hana memanggil-manggil Kalila, wanita itu baru tersadar setelah tiga kali Hana memanggil nama Kalila. Dengan cepat dia membukakan pintu. Kalila tersenyum, dia merasa senang karena kakaknya mau mengunjunginya di kamar. Ingin keluar dari tempat itu, takut jika bertemu Aji. Ini sangat rawan. Untunglah kamarnya dilengkapi dengan kamar mandi, jadi dia tidak perlu kel
Kalila terdiam. Dia menggigit bibir bawahnya dengan mata berkaca-kaca. Untuk saat ini Hana benar-benar tidak bisa memberikan hati lagi kepada adiknya ini. Dia sudah terlanjur sakit dengan apa yang dilakukan oleh Kalila. Walaupun memang dirinya sudah tahu semua, tetapi ternyata tetap saja ada rasa sakit yang menggerogoti. Meskipun mereka satu darah, tetapi pengkhianatan tidak bisa ditoleransi lagi."Kenapa kamu diam saja? Cepat kemasi barangmu! Kamu sudah terbukti salah, serahkan apa yang kamu punya tentang Mas Aji kepadaku. Maka hukumanmu pasti akan berkurang." Mendengar itu Kalila mendongak sembari menggelengkan kepala. "Kak, aku mohon jangan usir aku dari sini. Berikan aku waktu. Kalau aku keluar, bagaimana kalau Mas Aji mengincar nyawaku? Jika aku mati, apakah Kakak mau?"Seketika Hana diam, tetapi tiba-tiba saja wanita itu menyeringai. "Lebih baik kehilangan kamu daripada aku harus melihatmu dalam kesakitan seumur hidupku. Jika melihatmu pasti akan ada bayangan pengkhianatan ka
Hana tak bertanya atau walaupun menimpali ucapan wanita itu, tetapi lebih meneliti bagaimana wajah Kalila saat ini. Mungkin saja wanita itu sedang berbohong kepadanya. Dia benar-benar harus berhati-hati kepada Kalila. Wajahnya saja yang terlihat lugu, tapi ternyata hatinya busuk dan kelakuannya di luar batas. Bahkan dia tidak menyangka kalau Adik yang selama ini disayangi dan juga dilindungi malah menusuknya dari belakang. "Aku benar-benar serius mengatakan itu. Kalau misalkan Kakak tidak percaya, aku bisa memberikan buktinya. Aku sudah mengumpulkan banyak bukti tentang kejahatan Mas Aji kepada Kakak," ujar Kalila. Dia tidak mau sampai diserang oleh Hana atau malah sendirian menghadapi Aji. "Kamu punya bukti-buktinya? Kenapa kamu melakukan itu? Berarti benar kamu mengakui kalau kamu itu sudah jahat kepadaku?" tanya Hana sembari melipat tangan di depan dada. Dia ingin sekali melakukan ini dari dulu, menginterogasi atau bahkan memaki-maki adiknya sendiri. Tak masalah, karena memang
Melihat situasi yang mulai memanas, sang kakek pun langsung buka suara. "Maaf kalau saya memotong pembicaraan kalian. Saya ingin menjelaskan duduk permasalahannya, agar tidak ada salah paham, ya," ucap Kakek itu yang membuat mereka bertiga menoleh. Kebetulan di sana juga sudah ada Rendi. "Maaf, Kakek ini siapa, ya?" tanya Hana, dia tidak bisa mudah percaya begitu saja. Mengingat kalau Kalila itu mungkin licik dan menyewa Kakek ini untuk pura-pura menjadi saksi. Walaupun memang saat ini keadaan Kalila begitu kacau, tapi entah kenapa rasa percaya terhadap adiknya itu sudah hilang begitu saja. Harus punya bukti yang kuat, baru benar-benar bisa paham dengan situasi yang terjadi. "Saya Tono. Saya orang yang tinggal di sekitaran perkebunan itu." Pria tua itu pun menceritakan kronologis saat ia menemukan Kalila di sebuah lubang. Hana hanya terdiam. Dia melihat tidak ada kebohongan di sorot mata Kakek ini. Tampak benar-benar tulus dan juga jujur. "Seperti itu, Nak. Saya datang ke sini h
Saat ini Hana sedang berada di mobil menuju perjalanan pulan. Dia terus saja memikirkan perkataan Sabrina kepadanya. Wanita itu hampir saja tergoda untuk ikut kerjasama dengan Sabrina perihal Kalila, tetapi Hana sadar kalau yang dihadapinya adalah Rido dan orang kaya yang mungkin saja bisa melakukan segala cara dengan uang atau bisa saja dia dimanfaatkan oleh Sabrina demi kepentingan tertentu. Lalu, ujungnya Hana juga yang menjadi tersangka atau kambing hitam mereka. "Aku tidak mau berurusan dengan orang-orang kaya seperti itu. Mereka terlihat baik, padahal di belakangnya busuk. Untuk masalah Kalila, biarlah aku sendiri akan berpikir sesuai dengan rencanaku sebelumnya," gumam Hana saat masih di dalam mobil.Dia benar-benar tidak mau berurusan lagi dengan Rido atau istrinya, berharap semuanya akan segera berakhir dan bisa memulai hidup baru dengan baik. Suara ponsel berdering, di sana tertera nama Rendi. Wanita itu menautkan kedua alisnya. Biasanya Rendi akan menelepon Hana jika mema
“Aku ingin mengajakmu kerja sama.”Hana masih tampak kebingungan, terlihat dari wajahnya serta alis yang saling bertautan.“Untuk?”Sabrina tersenyum, lalu menghela napas panjang. wanita itu begitu santai. Tetapi, wajahnya kali ini tampak serius.“Aku tahu, suamimu selingkuh dengan adikmu.”Lagi-lagi tubuh Hana menegang. Satu pertanyaan muncul di benak, bagaimana wanita itu bisa tahu?Seolah paham dengan mimik wajah Hana, Sabrina kembali melanjutkan ucapannya yang malah membuat Hana tidak bisa berkata-kata.“Aku mengikuti kegiatan dan gerak-gerik Kalila.”Hana menghela napas berat. Adiknya itu memang sangat memalukan. Dia malah merebut seorang suami yang sudah beristri.Namun, sekarang bukan itu point masalahnya. Kenapa Sabrina harus mengajaknya kerja sama? Dia sama sekali tidak butuh patner untuk memberikan adiknya hukuman.“Kamu bisa memakai uangmu untuk membereskan Kalila. Dia memang adikku, tapi perlakuan dan tindakannya bukan tanggung jawabku.”Sabrina takjub dengan keteguhan dan
“Kalau itu saya kurang tahu, Non. Tapi, sedari pagi Tuan memang sudah berangkat.”Kalila masih khawatir. Jadi, dia hanya bisa berharap kalau Aji tidak dulu pulang dan Hana segara kembali.Sementara itu di sebuah kafe, Hana sedang bertemu dengan wanita yang kemarin meneleponnya. Pada akhirnya, sang wanita tidak punya pilihan lain.Rasa penasaran membuatnya mengambil keputusan ini. Apalagi, mungkin ini bisa dijadikan bahan bukti penangkapan Adik dan suaminya.Namun, yang membuat Hana kaget adalah wanita itu dikenal olehnya. Dia adalah Sabrina, istri dari Rido.Wanita cantik dan elegan itu tersenyum simpul pada Hana. Entah kenapa, kesan pertama yang dilihat bukanlah takut atau risi, melainkan merasa terpukau.“Pasti kamu kenal aku, kan?” tanya Sabrina dengan ramah.Hana ikut tersenyum sembari mengangguk. “Iya, aku mengenalmu.”“Sama, aku juga kenal kamu. Termasuk hubunganmu dengan suamiku.”Kali ini Hana mengernyit bingung. “Maksudmu? Maaf, aku tidak punya hubungan apa pun dengan Rido.”