Tony berjalan dengan santai tatkala melewati depan kamar Hendrik Ou Gang dan Jackson Liu yang dijaga ketat oleh empat orang pengawal pribadinya. Sambil bersiul, matanya menyeloroh menoleh ke kamar super vvip tersebut.
"Apa yang sedang kau lihat!" tegur salah seorang pengawal pribadi Klan Ou Gang menghampiri Tony.
"E ... tak ada, Pak. Maaf, sepertinya saya salah lantai dan ruang. Maafkan saya." Senyum lebar Tony dan membalikkan badannya.
"Tunggu dulu!" pengawal lainnya memanggil Tony dan lagi-lagi menghampirinya.
"Y-ya, ada apa, Pak?" tanya Tony sedikit membungkuk.
"Perlihatkan nomor identitasmu!" perintah laki-laki tinggi tegap itu.
"U-untuk apa, Pak?" tanya Tony bingung.
"Jangan banyak tanya! Perlihatkan saja kartumu!" desak laki-laki itu menggeledah paksa Tony.
"Oke! Oke! Oke! Akan kutunjukkan! Tapi jangan berbuat seenaknya kalian menggeledah paksa seperti ini!" kesal Tony.
Tony Chang
HuaTech press
Wartawan
Begitulah id yang tertera pada name tag milik Tony.
"Wartawan? Mau apa Anda datang ke tempat ini, hah? Apa mau memata-matai Tuan Hendrik?" Tubuh Tony langsung dipojokkan dan name tag miliknya di ambil secara paksa.
"Mana ada saya niat memata-matai, Pak. Jika tak percaya, ini surat tugas saya. Perusahaan saya menugaskan saya untuk meliput rumah sakit ini. Jika kalian tak percaya, baca saja!" Tony mengambil surat yang dimaksud dan memberikannya pada salah seorang pengawal keluarga Ou Gang.
Mengangguk, Tony pun akhirnya dilepaskan. "Silakan Anda tinggalkan tempat ini! Tempat ini bukan jalan umum!" tegas pengawal itu.
Tony segera merapikan pakaiannya dan mengalungkan kembali name tag miliknya. "E, Pak. Maaf, bolehkah saya tahu apa benar yang di dalam kamar itu adalah Tuan Hendrik?" tanya Tony pura-pura.
"Bukan urusanmu! Cepat sana pergi! Usir dia dari tempat ini!" perintah pri yang tampaknya adalah kepala pengawal keluarga Ou Gang.
"Tak perlu kalian usir pun aku akan pergi meninggalkan tempat ini!"
BUG!!
"OUCHHH!"pekik suara seorang wanita berusia sekitar 40-an tahun dan seorang wanita berusia sekitar 25 tahun terjatuh setelah bertubrukan dengan Tony.
"Nona Donna, Nyonya Margarita!" seru pengawal keluarga Ou Gang langsung menghampiri keduanya.
"Siapa yang berani menabrakku!" pekik suara wanita yang mengenakan cheongsam bermotif peony mendelikkan matanya.
"Oh, tidak! Mama, lihat cheongsam-ku. Padahal baru kemarin aku membelinya di luar negeri dan sekarang ...," wanita muda itu menangis melihat cheongsam pendek bermotif peony miliknya sobek.
"Kau! Kau yang telah menabrak kami bukan! Brengsek! Lihat pakaian putriku! Apa kau mampu menggantinya, hah!" teriak wanita itu sambil menunjuk ke arah Tony yang juga terjatuh.
"M-maafkan saya, Nyonya. Saya tak sengaja. Sekali lagi saya minta maaf." Ucap Tony dengan posisi terduduk.
"E, HuaTech press? Bukankah itu ...," wanita muda itu melihat id yang menggelantung di lehernya.
"O, jadi kau bekerja di HuaTech dan namamu ...," Wanita itu membungkuk dan melihat id Tony.
"Tony Chang, hah? Akan kuingat selalu namamu!"
"Lalu bagaimana dengan cheongsam-ku, Ma? Aku tak akan terlihat tampil cantik di depan Kak Jackson." Keluh wanita itu menutupi bagian bajunya yang sobek.
"Kau, Tuan Tony Chang. Bagaimana kau akan mengganti kerugian baju putriku?" tanya wanita itu.
Tony hanya terdiam. "S-saya akan mencicilnya, Nyonya."
"Hah? Hahahhahaha ...," Tawa lebar diperlihatkan wanita berumur itu.
"Apa kau tahu berapa harga pakaian ini? Pakaian ini dibuat hand-made oleh desainer kenamaan dunia. Dan putriku adalah salah satu langganannya, kami bahkan termasuk ke dalam black card member. Kau tentu tahu apa artinya, bukan Tuan Tony?"
Tony hanya menunduk dan mengepalkan tangannya. "Saya tahu, Nyonya."
"Hah, orang miskin memang sama saja! Mereka pada akhirnya hanya akan jadi parasit bagi kami, sungguh menyedihkan! Sayang, sebaiknya lupakan saja masalah ini. Orang ini mana mampu mengganti cheongsam milikmu. Nanti kita hubungi desainer Wang lagi, ya." Bujuk wanita itu membelai sang putri yang terus merajuk.
"Lain kali kau tak akan kulepaskan, Tuan Tony!" Ketus wanita muda itu sambil berlalu masuk ke dalam kamar Hendrik dan Jackson.
"Apa kalian bilang? Parasit? Aku parasit? Cih, orang kaya brengsek! Jika bukan karena orang miskin, kalian bukan apa-apa!"
Tony segera bangun dan meninggalkan lantai super vvip tersebut. 'Akan kubalas dua wanita sialan itu!' kesalnya.
****
"Kak Jackson, apa yang terjadi padamu?" wanita muda itu langsung menangis histeris ketika melihat keadaan Jackson dengan wajah lebam-lebam.
"Do-Donna? Tan-te Margarita? Kenapa kalian di sini?" tanya Jackson menahan sakit di wajahnya.
"Kenapa masih tanya, Tuan Jackson. Kami sangat khawatir ketika mendengar Tuan Hendrik dan Anda diserang oleh sekelompok penjahat, apalagi Donna. Dia menangis tak henti-henti mendengar Anda diserang." Jelas wanita bernama Margarita itu sambil menunjukkan ekspresi sedihnya.
"Ma, jangan bicara terus. Biarkan Tuan Jackson beristirahat. Pasti Tuan sangat menderita." wanita muda bernama Donna itu menggenggam tangan Jackson.
'Hmm, bagus! Tak sia-sia aku menyekolahkan Donna ke sekolah akting. Kemampuannya boleh juga.' Gumam sang Mama.
"Kau temanilah Tuan Jackson, Sayang. Mama akan melihat keadaan Tuan Hendrik." Ucap Margarita berjalan ke satu sisi tak jauh dari Jackson dirawat.
"Baik, Ma." Sahut Donna dengan senyum mengembang membalas ucapan Margarita.
Margarita terkejut melihat kondisi Hendrik yang dibantu dengan banyak alat. Tangis wanita berumur itu pecah lantaran tak tega melihat orang yang disayanginya menderita di atas pembaringan dengan alat bantu.
"S-Sayang, Mam keluar dulu." Ucap Margarita langsung keluar ruangan Hendrik-Jackson.
"Tuan, aku keluar dulu, ya." Ucap Donna mengikuti sang mama.
"Ma, kenapa keluar? Bagaimana keadaan Tuan Hendrik?" tanya Donna melihat sang mama yang duduk sambil tertunduk. "Ma, kenapa diam saja?" tanyanya lagi.
"Hah ... hah ... hahahahahaha," tawa Margarita sumringah.
"A-ada apa, Ma? Kenapa Mama malah tertawa?" tanya Donna semakin bingung.
"Sayang, akhirnya apa yang kita impikan selama ini akan jadi kenyataan. Si tua bangka Hendrik Ou Gang akan segera mati dan seluruh warisannya akan jatuh ke tangan Jackson dan saat itulah kau harus mulai mendekati Jackson dan jangan sampai kau melepaskan ikatanmu dengannya. Apa kau paham?" Margarita mempertegas ucapannya pada putrinya.
"Jangan khawatir, Ma. Kali ini aku yakin Jackson pasti akan bertekuk lutut di hadapanku dan memohon cintaku!"
****
Sementara itu, di ruang terpisah, Evelyn masih terus menangis dan meratapi kebodohan juga nasibnya yang harus berakhir mengenaskan. Bagaimana mungkin Tony yang selama ini telah ia anggap sebagai kakak bisa berbuat seperti itu padanya.
"Bodoh! Bodoh! Aku memang bodoh! Tak ada gunanya aku hidup berlama-lama di dunia ini. Ketika hidup tak berguna dan menyusahkan ayah-ibu, mati pun aku juga tetap akan menyusahkan banyak orang. Apalagi jika mereka tahu aku hamil tanpa suami, apa yang harus kulakukan?" Evelyn mulai putus asa. Pikirannya mulai tak terarah, ia bangkit dari pembaringannya, melepas infus yang menempel pada tangannya dan keluar kamar perawatannya tanpa memgenakan alas kaki. Matanya yang sendu serta ekspresi datar dari wajahnya menarik perhatian orang-orang sekitar. Tak sadar, Evelyn tiba di lantai di mana Jackson dan Hendrik dirawat. Para pengawal Klan Ou Gang yang melihat Evelyn berjalan ke arah mereka langsung menghentikannya dan memaksanya untuk menjauhi tempat itu.
"Berhenti di sana, Nona!" seru salah seorang pengawal Ou Gang.
Evelyn terdiam dan menghentikan langkahnya. Pengawal lainnya datang dan menghampiri dirinya. Evelyn hany menatap terpaku dua orang pengawal yang berdiri di hadapannya. "Ada keperluan apa Nona datang ke tempat ini?" tanya pengawal itu.
Tak ada jawaban. Akhirnya, salah satu dari dua pengawal itu mengarahkan jarinya akan memeriksa Evelyn dan membuat wanita itu berteriak kencang.
"Suara apa itu?" Donna dan Margarita yang masih berada di luar langsung menuju sumber suara dan melihat Evelyn sedang berteriak dengan kencang.
"Hei, kau wanita tak tahu aturan! Diamlah!" teriak Margarita tak jauh berdiri dari Evelyn.
"Siapa wanita gila ini? Apa dia pasien rumah sakit jiwa?" hardik Donna dengan senyum menyeringai.
"Kalian apa tak becus mengurusi satu wanita gila ini, hah!? Jika Tuan Hendrik telah sadar, aku pastikan beliau tahu cara kerja kalian! Ayo, Sayang kita masuk. Jackson pasti sudah menunggumu." Ajak Margarita.
"T-tunggu dulu!" ucap lantang Evelyn tiba-tiba.
Donna dan Margarita berhenti. "Heh, kau bisa bicara rupanya," seringai Donna.
"Anda bilang tadi Jackson? Ma-ksud Anda Jackson Liu?" tanya Eveyln berjalan pelan menghampiri ibu-anak tersebut.
"Jangan dekat-dekat! Aku jijik dengan orang yang memakai pakaian sepertimu!" Donna mengayunkan tangannya memberi tanda agar Evelyn tak mendekatinya.
"B-bisa aku bertemu dengan Jackson Liu?" tanya Eveyln lagi.
"Siapa kau ingin bertemu dengan Jackson Liu? Dan apa-apaan dengan hanya menyebut namanya seakan kau telah lama mengenalnya. Apa kau tak tahu aku siapa, hah? Aku adalah calon tunangan Jackson Liu, Donna Margarita Cheng. Putri dari bankir top Richard Cheng. Dan kau? Apa kau gadis gembel yang ingin meminta Jackson menikahimu?"
"Aku? Siapa aku? Aku adalah orang yang telah menolong calon tunangan Anda dari kejaran Black Dragon. Maaf, Nona Donna, tapi sepertinya Anda harus dua kali berpikir jika ingin menikah dengan pria yang bahkan tak tahu caranya untuk menyelamatkan dirinya sendiri!" ucap Evelyn lantang.
"KAU!!" Donna langsung melayangkan tangannya dan ....
"HENTIKAN!"
"Bodoh! Apa saja yang kau lakukan hingga saham kita anjlok begini, hah! Harusnya kau kukirim ke kota Han untuk menangani cabang kita di sana! Percuma kau di sini! Mataku sakit melihat dirimu tak becus kerja!"Suara lantang dan keras datang dari dalam ruangan bertulis 'CEO OU GANG GRUP', Jackson Liu. Seorang pria berumur 28 tahun, flamboyan, pemimpin yang tak becus dalam bekerja dan selalu bermain mata dengan para pegawai cantik nan seksi di kantornya."A-Ayah, ini bukan salahku. Sungguh, aku telah berusaha semampuku untuk menaikkan saham kita lagi. Tapi-tapi ...,""Tapi karena kebodohanmu yang terus membuat ulah karena wanita-wanita malam itu membuat Ou Gang Grup yang harus menerima dampaknya! Apa kau tak berpikir sampai sana, hah! Apa kau punya otak, hah? Tak bisakah otakmu kau gunakan untuk sekali saja bertindak lurus dan benar!?" Suara lantang itu lagi-lagi keluar dari dalam ruangan Jackson."Lalu Ayah mau aku bagaimana?" tanya Jackson lirih.
"Silakan, Kak ...," Jackson menuangkan secangkir teh ke dalam gelas seorang laki-laki berpakaian jas serba hitam tinggi tegap dengan ditemani beberapa orang wanita serta beberapa pria bertato naga di sekitar lehernya. "Jadi, apa yang kau inginkan?" tanya pria yang bernama Edison, seorang mafia dan juga pemimpin perusahaan konstruksi di Kota Luo, EC, Company menyunggingkan senyumnya. "Kakak, bisakah kau membantuku melenyapkan Hendrik Ou Gang?" tanyanya serius. "Kenapa aku harus meletakkan tanganku pada orang itu?" tanya balik Edison santai. "Orang tua bangka itu telah mengusirku dari perusahaan karena laporan yang ia terima hingga menyebabkan saham Ou Gang Grup jatuh dan mengalami kerugian!" "Heh, itu kan salahmu! Kenapa kau limpahkan padaku dan lagipula apa untungnya bagiku?" tanya Edison menyeringai. "Jika aku berhasil kembali ke Ou gang Grup, aku akan memberikan tanah merah di Kota Chin. Kau tahu aoa maksudku, bukan?" kali ini Jackso
"Heh, beraninya kalian para lelaki main keroyokan! Apa kalian pikir aku tak lihat semuanya, hah!" Suara lantang seorang wanita mengalihkan perhatian Edison beserta anak buahnya. "Siapa kau? Tunjukkan dirimu!" tantang Edison. Suara sepatu dengan bunyi nyaring memecah keheningan di tempat itu. Seorang wanita dengan sepatu boots hitam semata kaki, celana jeans hitam ketat serta kaos putih yang diikat hingga memperlihatkan pusar sang wanita membuat Edison dan anak buahnya tak bisa mengedipkan mata mereka, tak terkecuali Jackson yang melihat sekilas wanita itu dari balik tubuh sang ayah yang tengah terkapar. "Nona cantik, siapa namamu? Kenapa kau bisa ada di tempat seperti ini?" tanya Edison dengan senyum mengembang. "Tak perlu senyum padaku! Jijik aku melihat senyum laki-laki berumur seperti Anda!" seloroh wanita nerambut coklat dan kuncir kuda itu. "Wanita sialan! Apa maumu?" tanya Edison mulai kesal. "Lepaskan mereka berdua
"APA YANG KAU LAKUKAN, HAH!?"Suara dari bariton seorang pria mengejutkan Jackson yang tengah berada di puncak. Sontak, wajah malu dan merah padam tak dapat dibendung oleh mantan CEO perusahaan ternama itu. Dengan penuh emosi, pria bertopi hitam itu langsung menarik Jackson dan memukulnya dengan beberapa kali pukulan telak hingga wajahnya babk belur dan mengeluarkan darah dari hidung juga mulutnya."Bajingan! Biadab! Brengsek! Apakah ini balasanmu pada orang yang telah menolongmu, hah? Apakah ini sikap seorang putra taipan ternama negeri ini! Cih! Benar-benar sikap seperti binatang!" umpat pria tersebut sambil melempar salivanya ke wajah Jackson karena kesalnya."Evelyn ... Evelyn ... Eve, bangun. Kau tak apa-apa?" Pria itu memukul wajah wanita yang disapa Eve itu dengan lembut.Tak ada jawaban. Hingga pria bertopi itu menyadari jika ada yang salah dengan sahabatnya ini. "Apa jangan-jangan ...," pikir sang sahabat melihat roman wajah Eve yang masih terlih