"Mas Erik, bangun," Siska menguncangkan tubuh suaminya, meskipun sebenarnya dia tidak tega melakukan hal ini, mengingat Erik terlihat tidur dengan tidurnya, meskipun sudah pagi sebelum.
"Ada apa Siska?" sambil mengupas dan menutup dengan punggung telapak tangannya. "Apa ngak sebaiknya, mas pulang dulu keapartemen kalian, takutnya Luna akan mengkhawatirkan, mas. mengingat semenjak kemaren kita terus bersama menunggui Kasandra, disini juga, saat ini Luna, juga istrimu, dia pasti menginginkan perhatian darimu juga mas ." terang Siska."Apa aku samperin langsung kekamar saja." tiba-tiba mata Erik menangkap sebuah puntung rokok, yang bukan milik nya." Aku tidak pernah merokok, dan ini miliki siapa. apa Luna menerima tamu? atau tukang servis yang masuk ke apartemen ini?" gumam Erik mencoba berfikir positif.Langkah Erik terhenti, nampak keraguan dan kebimbangan. Namum rasa penasaran dan kegundahan nya yang terus-menerus mendesak. membuat Erik mau tidak mau terus melangkah menuju letak kamar yang terdapat dua ruang kamar tidur yang sama-sama tertutup rapat.Tiba-tiba tangan Erik terhenti, saat hendak memegangi gagang pintu kamar tidur mereka. suara desahan yang sangat dikenalnya terus terdengar, semakin lama semakin jelas."Suara desahan perempuan, ya aku sangat yakin jika itu adalah suaranya Luna, dan siapa laki-laki yang bernama bersama nya sekarang, yang terus disebut-sebutnya. apa yang telah mereka perbuat didalam kamar itu. apa mereka berdua sudah sering melakukan ini dibel
Tubuh Luna melemah, melihat kondisi Erik yang kesakitan memegangi kepalanya. Dengan darah segar yang keluar dari kepalanya."Mas bertahan lah. aku akan segera menolong mu." ucap Luna panik dan cemas, Erik berusaha untuk bangkit sambil memegangi kepalanya, namun dia kembali ambruk dilantai."Tidak Luna, kamu harus ikut dengan ku, apa kamu ingin masuk penjara. Erik dan keluarga nya tidak akan memaafkan kesalahan mu yang sudah mencelakai nya selama ini."" Aku tidak pernah mencelakai mas Erik, aku melakukannya. karena aku sangat mencintai nya. aku mohon Rama, kita harus menolongnya." Luna masih bersikeras untuk menolong Erik dan membawanya segera kerumah sakit terdekat.Dengan kasar Rama, menarik sebelah tangan Luna. karena Luna masih bersikeras untuk bertahan membantu Erik yang sudah kesakitan."Tidak...tidak aku tidak mau ikut dengan kamu, Rama. kita sudah bercerai dan tidak punya hubungan apa-apa lagi, gara-gara kamu suami terlu
" Aaaagghhh...."Perlahan Luna membuka matanya, meskipun masih tersa pusing dikepala nya dan perih dibagian pipi sebelah kanan, bekas pukulan dari kelas Rama.."Aku dimana? aduhhh...... perih."Luna mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan kamar yang tidak dia kenal sama sekali keberadaan nya saat ini. perlahan dia bangkit. membuka gagang pintu yang sudah terkunci rapat dari luar. seiring ingatan nya tentang kejadian yang menimpa dirinya yang dipukul dan diculik Rama semalam lalu dibawa ketempat ini."Mas Erik, bagaimana kondisi nya sekarang?"Luna berusaha mencari-cari ponselnya, termasuk membolak-balik sepray dan seisi kamar. namun dia tidak menemukan apapun alat komunikasi untuk dia meminta pertolongan, termasuk meminta pertolongan untuk Erik. yang dikira Luna masih berada di apartemen mereka."Semoga tidak terjadi sesuatu pada suamiku, mas Erik. maafkan aku, ini gara-gara perbuatanku, maafkan aku mas, aku tidak bermaksud membuat mu
"Aaaagghhh....gelap, aku tidak bisa melihat apa-apa disini? Mama...papa tolong Luna." meronta-ronta sambil menangis ketakutan."Aku dimana? apa aku sudah meninggal dan sekarang sendirian dalam kuburan?? tidak....aku tidak mau mati... toloooong." meronta-ronta sambil menangis, keringat dingin membasahi tubuh Luna yang langsung terlonjak bangun dari tidur panjangnya."Syukurlah....cuma mimpi."Luna menarik nafas panjang, dia masih ngos-ngosan untuk mengatur pernafasan nya, sambil menyeka keringat dingin membasahi wajah cantiknya."Ternyata kamu masih bisa bangun, aku pikir kamu akan tertidur selamanya saat hampir jatuh dari jendela atas balkon barusan, untung saja aku masih berbaik hati untuk membantu mu Luna, dan masih menyimpan sedikit belas kasih untuk perempuan seperti dirimu." sindir Rama dengan tatapan sinis."Jadi, saat aku jatuh itu bukan mimpi?""Luna, tidak mungkin aku membunuh mu. karena kamu adalah sumber kehidupan dan kebahagiaan
Siska menatap wajah tampan suaminya Erik, tubuh pria dua istri itu, masih terpasang alat-alat medis serta oksigen yang membantu pernafasan nya. kondisi Erik masih terbaring koma, meskipun sudah mendapatkan donor darah yang cocok untuk dirinya. tapi belum juga menunjukkan hasil yang memuaskan. hanya detak jantung dan denyut nadi lah yang menandakan jika dia masih hidup.Siska tidak sanggup menyaksikan kondisi suami nya itu, sebisa mungkin dia mencoba untuk tetap kuat, demi suami dan anaknya Kasandra, Siska merasa cobaan hidup tidak pernah berhenti menghampiri nya, baru merasakan bahagia karena kehadiran Erik kembali, sekarang dia juga harus menyaksikan suaminya itu kembali kesakitan, diam terbaring dan dibantu selang-selang untuk bertahan hidup."Mas Erik, bangun lah...sayang, aku tidak sanggup melihat kondisi mu yang seperti ini mas hick...hick, aku tidak ingin kehilanganmu lagi, cukup sudah aku menderita kehilanganmu selama ini, ingat mas, aku dan anak kita sangat m
" Aku dimana?""Siska, Kasandra. kalian dimana?"Erik mersa asing dengan keberadaan nya sekarang, dia kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan yang terlihat serba putih. timbul berbagai pertanyaan bermunculan di kepalanya. dia mengucek-ngucek matanya, untuk memastikan penglihatannya sekarang."Ini bukan ruangan, melainkan alam terbuka. namum semua terlihat banyak warna putih? Siapa aku dan aku dimana sekarang?" Erik kebingungan, dia berjalan seperti orang linglung, tempat sunyi mencekam, tidak ada seorang pun yang ditemui nya. seketika dia berteriak kencang, memegangi kepalanya yang terasa amat sakit saat mencoba mengingat-ingat tentang siapa dirinya termasuk tentang keberadaan nya sekarang."Tenangkan dirimu nak.""Ibu."Seorang perempuan tua, berbaju putih dan terlihat sudah dimakan usia tersenyum kearah Erik, dia mendekati menghampiri Erik ."Ibu, aku merindukanmu." ucap Erik terbata-bata. dengan
Rama terbangun dari tidur indahnya diperlukan Luna." Cantik, aku akan masak menu spesial untukmu pagi ini. kamu harus banyak makan dan nutrisi tubuhmu harus tetap terjaga, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk terhadap mu, sayang. mengingat ditempat ini hanya ada kita berdua." bisik Rama mencium kedua pipi Luna yang masih tertidur.Perlahan Rama bangkit, membersihkan tubuh nya, setelah itu dia langsung menuju lantai bawah. pria tampan itu, mulai sibuk berkutat di dapur, dia berniat menyiapkan menu sarapan untuk dirinya dan Luna. mengingat hanya mereka berdua saja didalam villa yang terdapat di pulau terpencil ini."Sebaiknya, aku masak makanan yang mudah dan ngak ribet untuk membuatnya." Rama mulai memotong sayuran dan menyiapkan bahan-bahan lainnya." Syukurlah, dia sudah pergi kebawah." Gumam Luna, yang sebenarnya hanya berpura-pura tidur. perlahan dia turun dari ranjang begitu melihat Rama sudah tidak ada dikamar, Luna yang su
" Aku harus bisa tersadar kembali, anak dan istri ku sangat membutuhkan aku sekarang."Erik berusaha untuk menggerakkan anggota tubuhnya, Erik tiba-tiba merasakan basah dibagian pipinya, terkena air mata Siska yang menangis menungguinya yang belum juga sadarkan diri."Kasihan istri ku menderita dengan kondisi ku yang seperti ini, aku harus berjuang untuk sembuh." Gumam Erik sambil terus berusaha untuk menggerakkan anggota tubuh nya yang lain." Siska, sayang aku akan berusaha agar bisa merengkuh tubuhku kembali."Siska langsung membulat kan Mata sambil tersenyum bahagia begitu melihat tangan Erik yang bergerak, diiringi anggota tubuh nya yang lain. nampak laki-laki itu berusaha untuk mengumpulkan kesadaran nya kembali."Mas...Mas Erik, bangunlah suamiku sayang." ucap Siska, yang langsung memencet tombol otomatis yang langsung terhubung dengan ruangan dokter dan meja perawat yang jaga."Mas Erik suamiku...kamu sudah sadar sayang."Erik s