Setelah perjalanan panjang akhirnya kami tiba di Ibu kota, rasanya sudah sangat lama sejak terakhir kali aku bekerja sarabutan di sini. Tadi kami juga melewati bar tempatku bekerja terakhir kali, tempat itu masih ramai bahkan terlihat sangat penuh. Sepertinya memang banyak orang yang datang karena penasaran dengan pernikahan seorang Duke yang terkenal suka membunuh orang. Jalanan ibukota bahkan lebih ramai daripada saat perayaan hari panen. "Selamat datang Tuan Marquis dan Nona Magrita," sambut seorang pelayan begitu kami tiba di Istana. Keliatannya dia memang khusus di siapkan untuk menyambut kami. "Perkenalkan saya Gilbert yang akan memandu Nona selama berada di Istana," lanjutnya"Terima kasih," ujarku."Kalau begitu Ayah akan pergi dulu, kau istirahatlah Putriku," ujar Marquis. "Baik Ayah, anda juga harus segera istirahat dan jangan terlalu memaksakan diri," jawabku.Dihadapan banyak orang Marquis mengelus pucuk kepalaku dan tersenyum, seolah dia bangga memiliki putri seperti
Bebebrapa saat sebelumnya aku masih bersama Revanov untuk membahas perihal pernikahan kami sampai seorang pelayan tiba-tiba datang dan mengatakan padaku bahwa Putri amelia mengundangku untuk minum teh bersama."Terima kasih, sampaikan pada Tuan putri bahwa aku akan segera datang," ujarku mengakhiri perbincangan dengan pelayan dari Istana putri.Revanov yang juga mendengar percakapan kami tertawa saat mendengar bahwa aku langsung berurusan dengan Putri."Bukankah kau tadi bilang tidak ingin berurusan dengannya? Kupikir hubungan kalian nanti akan jadi lebih dari seorang teman biasa," ujar Revanov dengan tawanya."Kau tahu kalau dia akan memanggilku 'kan?" tanyaku dengan nada ketus.Dia mengangkat kedua bahunya dan tersenyum ke arahku. Ternyata dia benar-benar tahu, jadi karena itulah dia datang memperingatiku. Benar-benar pria yang menjengkelkan, sekarang aku harus bertemu dengan Putri di hari pertama aku tiba di sini."Haah, sudahlah. Karena tujuanmu sudah tercapai sebaiknya kau keluar
Aku tidak tahu apakah pria ini tidak tahu artinya atau memang sengaja memberikan benda ini padaku. Tapi yang pasti aku bisa merasakan niat tidak baik dari mereka yang ada disini. "Tuan, hadiah ini terlalu berharga untuk di berikan pada seorang 'teman'. Saya merasa tidak pantas untuk menerimanya," ujarku."Tidak apa-apa Nona, tolong di terima saja dan saya juga ingin Anda terus menjadi teman Amelia," ujar Tristan dengan senyumnya.Aku terdiam sejenak sebelum menjawabnya. "Tuan, pengetahuan yang saya miliki tidak sebanding dengan tuan putri. Tidak pantas rasanya saya di sebut sebagai teman dari orang yang bermartabat seperti Tuan putri.""Nona, anda tidak perlu merasa rendah diri. Marquis sudah sering membanggakan kecemerlangan putrinya pada semua bangsawan dan saya merasa itu benar," celetuk Duke."Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya seseorang dari belakangku.Kedatangannya membuat suasana canggung ini terasa semakin canggung. Aku benar-benar belum tahu cara menghadapi orang-oran
Akhirnya tiba waktu makan malam dan bersama dengan Marquis aku datang memenuhi undangan Raja untuk makan malam. Sebenarnya aku tidak ingin hadir apalagi Revanov uga pasti akan datang malam ini, tapi akupun tidak bisa menolak undangan raja begitu saja."Ada apa? Kau terus menghela nafas dari tadi," tanya Marquis begitu kami tiba di depan pintu ruang makan."Tidak ada apa-apa, saya hanya gugup," jawabku."Jangan pasang wajah lesu begitu atau mereka akan salah sangka bahwa kau di paksa datang ke sini," lirih Marquis padaku.Orang yang pertama kali menarik perhatianku adalah Revanov yang berpakaian lebih rapi dari biasanya. Dia langsung melihat kearahku begitu kami memasuki ruangan, rasanya sangat tidak nyaman hingga aku mengalihkan pandangan darinya. Yang tanpa kusadari ternyata itu menarik perhatian Raja."Selamat datang Marquis dan Nona magrita, silahkan duduk," ucap sang Raja pada kami."Terima kasih sudah mengundang kami Yang mulia," ujar Marquis."Kau tidak perlu sungkan begitu, aku
Ciuman kami tadi masih terngiang-ngiang di pikiranku, apalagi saat dia dia memanggilku sayang begitu melepaskan ciumannya dan kemudian mengecup keningku saat aku masih terkejut dengan kelakuannya yang tiba-tiba seperti itu."Argh!! Lupakan itu Cecil!" teriakku pada diri sendiri.Saat ini aku sudah ada di kamar setelah berhasil kabur dari Revanov, benar-benar deh apasih yang dia pikirkan dan kenapa aku merasa malu begini? Kutampar pipiku beberapa kali untuk menyadarkan diri tapi bukannya sadar aku malah semakin kepikiran."Dasar pria gila!" lirihku.Karena malam ini tidak bisa tidur alhasil aku beranjak dari ranjang dan mengambil syalku. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan di taman, udara malam ini cukup untuk menyegarkan pikiranku. Terlebih tidak ada orang yang akan datang ke taman malam-malam begini. Aku baru menyadarinya ternyata bintangnya bersinar sangat terang saat aku memutuskan untuk duduk di tepian air mancur. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya seseorang yang tiba-tiba munc
Setelah hari yang begitu berantakan kemarin, hari ini aku harus menghadapi Tristan -sepupu dari putri Amelia- sepertinya pria ini tidak mengerti akan peringatan yang sudah di berikan Revanov kemarin. Atau bisa jadi dia menganggap bahwa pertengkaran kami kemarin adalah sebuah peluang?"Apa anda menyukai teh yang saya bawa?" tanya Tristan begitu aku selesai menyesap teh yang pertama.Hari ini dia datang membawa banyak jenis teh dan juga teh buah yang kemarin kami nikmati bersama Putri dan sekarang kami sedang duduk di taman Istana selatan."Ya, Anda membawa berbagai macam teh yang nikmat, apa yang satu ini di campur dengan daun mint?" "Benar, seperti dugaanku Anda pasti bisa menilai kwalitas teh-teh ini," ujarnya sampai aku curiga pria ini memang terobsesi pada teh."Anda menilai saya terlalu berlebihan," jawabku."Saya tidak pernah salah menilai orang.""Kalau begitu terima kasih atas pujiannya, saya jadi semakin merasa bersalah tentang insiden kemarin. Saya mewakili Revanov untuk mem
Usai acara 'makan siang' dengan Pangeran aku memutuskan untuk pergi menemui Alfonso yang sudah menunggu di rumah Grisa. Tentu saja aku datang bersama dengan Revanov karena pria itulah yang tahu persis rumahnya."Kenapa kau sering sekali bertemu dengan pria itu?" tanya Revanov.Karena kami pergi secara diam-diam, jadi kami memutuskan untuk menunggangi satu kuda, meskipun awalnya terasa tidak nyaman."Kau bertanya padahal sudah tahu," jawabku."Yah, padahal kupikir akan lebih menyenangkan jika kau mau menceritakan sedikit padaku.""Sudahlah, ngomong-ngomong apa mata-mata yang kau kirim tadi bisa di percaya?""Ya, dia adalah anggota dari kelompok yang kubuat secara diam-diam," jawabnya dengan pandangan mata tetap lurus ke depan.Setelah pembicaraan tadi kami langsung mengirimkan mata-mata ke istana putri dan ke kediaman Valerian. Wajah Revanov yang terlihat sangat fokus itu mengalihkan pandanganku. Jika saja dia memiliki hati yang lebih lembut pasti sudah banyak gadis yang berbaris untu
Grisa berulang kali meminta maaf padaku tentang berbagai hal. Entah itu karena dia yang tidak bisa menemukanku ataupun tentang dia yang membocorkan rahasiaku pada Pangeran.Padahal aku sudah mengatakan padanya untuk menyimpan rahasia itu dari siapapun, sekarang dia malah membuktikan sendiri kalau dirinya tidak bisa di percaya."Bibi, berapa lama kau tinggal di ibukota?" tanyaku."Semenjak pergi dari Magrita, aku tinggal di sini atas bantuan dari Ratu Shafira," jawabnya dengan cepat."Ini aneh, padahal selama ini aku juga tinggal di ibukota. Bibi sendiri yang bilang sedang mencariku tapi kenapa kita tidak pernah bertemu?"Meskipun Ibukota itu sangat luas tapi jika dia memang niat mencari seharusnya kami bisa segera bertemu apalagi gang yang kulewati tadi sering kudatangi."Itu karena ibukota sangat luas dan aku tidak punya cukup uang untuk mendapatkan bantuan," jawabnya."Bukankah bibi bilang kalau Ratu Shafira pernah membantu? Mungkinkah saat itu ekonomi kerajaan tidak cukup untuk mem
Sehari sebelumnya."Apa kau yakin Kinsey bekerja sama dengan Gabriel? Bukankah tidak ada alasan untuk Kinsey bekerjasama dengan orang seperti itu?" Tanya Bian sembari menandai beberapa ttitik di peta yang dia temukan.Kemungkinana untuk keluarga Kinsey bekerjasama dengan Gabriel sangatlah kecil terlebih mereka adalah keluarga yang selalu mencoba menghindari sekandal. Itulah sebabnya Amelia tidak terlalu memperlihatkan kedekatan dirinya dengan mereka karena resikonya begitu besar."Tidak ada satupun kemungkinan untuk mereka bekerjasama dengan Gabriel, Rev." Tambah Bian.Sedangkan pria itu memilih tidak menjawab pertanyaan temannya dan mempelajari peta untuk mengingat beberapa titik yang mungkin bisa mereka gunakan untuk menyelamatkan Cecilia. Dia bersandar pada meja dan mulai menjelaskan sedikit kemungkinan yang tengah dia pikirkan."Bukankah kita tahu bahwa Amelia bekerja sama dengan Kinsey, adikmu itu juga bekerja sama dengan Gabriel," jelas Revanov."Lalu apa hubungannya? kau pikir
Sudah berapa lama aku ada disini, semua yang kulihat hanyalah kegelapan dan secercah cahaya dari lilin yang di bawa oleh Marquis. Apa aku benar-benar sudah di campakan oleh Revanov. Kenapa berisik sekali di luar? "Kau sudah bangun rupanya," ujar seseorang yang suaranya terdengar tidak asing, dia berdiri di hadapanku dengan jubah yang menutupi wajahnya namun tidak bisa menyembunyikan betapa kuatnya aura keberadaan manusia satu ini."Gabri ... el?""Oh, kau mengenaliku." Dia menyingkap tudung yang menyembunyikan wajahnya. "Sudah kuduga Revanov memilih wanita yang tepat untuk kujadikan umpan. Lihatlah dia dengan bodohnya melawan para monster itu. Heh, dia tidak pernah berubah karena itulah dia akan tetap kalah," jelas Gabriel dengan senyum sinis di wajahnya."Monster?" "Kau baru bertanya sekarang?" Ujarnya dengan tawa yang menggema.Apa itu berarti selama ini aku sedang ada di hutan selatan? Tapi bagaimana bisa itu terjadi?! Sial, pikiranku menjadi semakin sulit mencerna apa yang terja
Pandangan yang buram, suara tetesan air yang jatuh adalah satu-satunya hal yang menemaniku disini dan membuatku tetap tersadar bahwa aku masih hidup. Sudah berapa hari aku ada disini aku tidak tahu, yang pasti adalah orang-orang itu sesekali datang menemui untuk melampiaskan amarah mereka seperti saat ini."Kau sudah gila? Bagaimana jika Tuan Gabriel tahu tentang hal ini?" tanya seorang pria dengan suara seraknya pada Marques."Gabriel? Ha! Apa maksudmu? Dia anakku jadi aku bebas melakukan apapun," jawab Marquis dengan nada mengejek.Akupun tidak tahu pasti apa yang sedang mereka bicarakan ataupun rencanakan, tapi Gabriel? Bukankah dia kakak Revanov, kenapa mereka tiba-tiba membawa nama itu. "Ack!" rintihku saat Marquis lagi-lagi menendangku dan menjambak rambutku."Lihatlah! Anak pembawa petaka ini! Dia yang membuat bisnis kita bangkrut!" ujar Marquis dengan nada geram sebelum kembali menjatuhkan tubuhku.Sudah berapa lama aku seperti ini, semuanya membuatku kembali mengingat kenang
Tidak ada satupun yang berhasil kuingat saat tak sadarkan diri setelah acara minum teh bersama Putri Amelia dan sekarang aku sudah berada di sebuah tempat yang sangat asing. Tanpa ada seorang pun di sampingku, kedua tanganku terikat termasuk kakiku dan saat itu aku baru sadar bahwa semua ini mungkin adalah rencana dari Amelia. Bagaimana bisa dia menculikku bahkan saat aku ada di kediamanku sendiri. "Revanov? Apa itu kau?" Sialnya suaraku juga seolah hilang, tak butuh waktu lama karena setelah aku terbangun sebuah bayangan menghampiriku di dalam ruangan yang gelap ini, dia membawa sebuah lentera di tangannya. "Kau sudah bangun? Putriku?" Deg! Jantungku berhenti berdetak untuk beberapa saat mendengar suara yang begitu familiar. Dan apa yang kulihat sekarang benar-benar di luar perkiraanku, aku lengah ketika berfikir sudah berhasil menghancurkannya. Pria tua itu sudah berdiri di hdapanku dengan sebuah benda pisau di tangan yang satunya. "Marquis?" "Apa kau merindukan Ayahmu ini?" t
Entah Seperti yang di katakan melalui surat bahwa Putri Amelia akan datang berkunjung. Ternyata dia langsung datang hari ini dengan membawa beberapa pengawal dan pelayannya."Salam untuk matahari Avalon," sapaku bersamaan dengan Revanov yang juga menyambutnya."Terima kasih atas sambutan hangat kalian, tapi kudengar Duches sedang sakit. Apa tidak masalah jika anda pergi keluar seperti ini?" tanya Amelia.Dia memberikan isyarat pada salah satu pelayannya untuk memberikan sebuah mantel padaku."Anda harus menjaga suhu tubuh saat berada di Arcelio, tempat ini lebih dingin dari daerah-daerah lainnya," jelas Amelia begitu menempatkan mantel tadi padaku."Terima kasih Yang mulia," ucapku.Apa ini perasaanku saja atau memang ada sesuatu yang salah disini? Dia berkata seolah dirinya yang paling tahu tempat ini bahkan dia juga memberikan beberapa mantel kepada pelayan yang ikut menyambutnya."Kuharap kalian juga bisa bekerja lebih nyaman disini," ucap Amelia begitu memberikan mantel-mantel tad
Pada akhirnya aku tidak bisa menemui Alfonso sampai aku tiba di Arcelio. Orang-orang di kediaman itu membuat keributan setelah melihat luka yang ada pada tubuhku.Padahal aku sudah mencoba menyembunyikannya sebisa mungkin tapi ternyata bekasnya lebih parah dari yang kukira."Fred, aku menunggu penjelasanmu nanti," ujar Revanov pada Frederick begitu melihatku kembali dengan badan penuh lebam.Frederick hanya mengangguk hormat dan dengan cepat memanggil tabib untuk mengobatiku. Sedangkan Revanov kini menatap tajam padaku, lebih tepatnya pada luka lebam yang ada di pipiku."Kenapa?" tanyaku karena dia tak kunjung bicara namun malah mengepalkan tangannya."Tidak apa-apa, masuklah kau harus segera di obati," ucapnya."Iya, tapi kau mau kemana?"Kupikir dia akan mengantarku masuk untuk diobati tapi ternyata malah meminta seorang pelayan untuk menyiapkan kudanya. Dia nampak terburu-buru, apa mungkin urusan dengan orang yang mengaku sebagai kakaknya itu belum selesai?"Aku akan segera kembali
Setelah tubuhku di pontang pantingkan oleh Marquis sebagian baju yang kupakai akhirnya robek dan ada banyak bekas goresan di sekujur tubuhku. Meskipun aku tahu bahwa dia sangat marah tapi apa memang harus sampai seperti ini? Tidak ada yang bisa kulakukan selain menerima semua serangannya."Kau hanya anak bodoh yang tak berguna!" serunya tiap kali menjambak rambutku."Tapi kenapa kau menggunakan aku sebagai jaminan perjanjian itu?"Plak!!Bekas tangannya pasti sangat kentara di wajahku. "Harusnya kubiarkan saja kau di jalanan saat itu. Dasar putri tidak tahu diri. Kau sudah kubiarkan hidup harusnya kau berterima kasih bukannya malah mengkhianati ayahmu seperti ini!""Lihat siapa yang berbicara sekarang, anda mengatakan saya berkhianat? Lalu anda sebut apa perlakuan yang anda lakukan pada ibu saya?!""Berhentilah mengelak! Itu karena ibumu saja yang tak mau mengerti keinginan suaminya. Harusnya dia tahu bahwa menuruti perkataan suami itu hal yang harus dilakukan.""Haha..."Tanganku y
Malam telah larut ketika aku dan Revanov kembali ke kediaman Arcelio. Kami membahas tentang pengembangan wilayah sebentar sebelum tidur.Kali ini sudah kupikirkan dengan matang bahwa besok aku akan memenuhi panggilan Marquis, apalagi pria tua itu sudah mulai mengancamku melalui surat-suratnya. "Kurasa kau menyukai hadiahku ya, Ayah," gumamku pada langit-langit kamar.Kamar ini sengaja di buat sedikit redup karena aku yang memintanya, kupikir cahaya bukanlah hal yang cocok untukku. Dan kegelapan akan membuatku terus tersadar tentang apa tujuanku sebenarnya.Tidak ada cahaya yang benar-benar hadis di hidup ini, sekarang yang bisa kulakukan hanyalah berfokus pada pembalasan dendam.******Suara telapak kaki kuda mengiringi perjalananku menuju Magrita, tak kusangka akan secepat ini kembali ke tempat itu.Revanov tidak membiarkanku pergi sendirian karena dia mengirimkan Frederick untuk pergi bersamaku."Dia pasti sangat mempercayaimu sampai memberikan tugas seperti ini," ujarku pada Frede
Ke esokan harinya aku keluar bersama dengan Revanov untuk melihat kondisi para penduduk, Meskipun tempat ini sangat dingin ta[i aku senang melihat banyak orang yang maih mau tinggal disini. Kulihat perdagangan disini berjalan dengan lancar lalu penyupaian bahan pangan juga berjalan dengan baik. "Selain tambang, sumber penghasilan di Arcelio ada apa saja?" tanyaku pada Revanov yang setia berjalan berdampingan denganku. "Tidak ada sumber penghasilan lain, sejauh ini Arcelio terus bertahan dengan mengandalkan pertambangan," jawab Revanov. Selama kami mengunjungi wilayah, para penduduk menyambut dengan baik bahkan mereka memberikan beberapa buah untukku dan Revanov sebagai tanda terima kasih sudah merawat wilayah ini. Saat menghadapi para penduduk sifat revanov sangat berbeda, dia menjadi orang yang lebih lembut dan terlihat seperti pemimpin yang sangat mengayomi. Pasti berat baginya setelah memberikan tambang berlian pada Marquis dan hanya mendapatkan aku sebagai gantinya. Apa tidak