Pada akhirnya, Malcolm menyerahkan Daisy kepada Chelsea.Sebelum Daisy kehilangan kesadarannya, dia samar-samar melihat bayangan tubuh Malcolm yang sedang menjauh.Sudah belasan tahun lamanya Daisy mengikuti Malcolm. Pada akhirnya, Daisy malah merasa dirinya bagai sampah yang dibuang Malcolm saja. Dia bahkan tidak sekali pun menoleh untuk melirik Daisy.Pada saat itu, hati Daisy sungguh terasa lara. Dia sungguh kehilangan semangat hidupnya.Hari ini adalah hari ketiga Daisy kehilangan kesadarannya. Saat ini, Chelsea baru selesai menyuntik obat ke tubuh Daisy. Ketika melihat Daisy mulai melebarkan kedua matanya, dia langsung tersenyum. “Kak Daisy, akhirnya kamu bangun!”Daisy kelihatan sangat lemas. Tatapannya ketika menatap Chelsea kelihatan linglung.“Kita lagi di rumah lelang. Kamu sudah beberapa hari di sini. Lukamu cukup parah, perlu istirahat penuh dalam beberapa saat ini. Kalau nggak, luka di tubuhmu akan terbuka, takutnya malah akan meninggalkan bekas,” jelas Chelsea dengan suar
Sopir mengantar Chelsea ke depan sebuah kedai teh. Pada saat ini, ada seorang pelayan yang berjalan mendekat untuk membawa Chelsea ke dalam.Di dalam ruangan, tercium semerbak daun teh dan juga bunga. Aromanya sungguh wangi. Chelsea pun terpikat oleh aroma wangi itu. Setelah menciumnya, rasa penat di hatinya seketika berkurang.Chelsea berjalan ke hadapan Joel dan Vincent, lalu berkata dengan tersenyum, “Kalian berdua memang pintar dalam memilih tempat.”“Sepertinya dulu kamu hanya sibuk dengan masalah rumah lelang saja, makanya kamu nggak tahu ada tempat sebagus ini?” Sambil berbicara, Vincent menyuruh Chelsea untuk duduk. “Sini cicipi dulu teh yang dipesan Joel.”Chelsea menyilangkan kakinya duduk di atas tatami. Dia melihat Joel menuangkan teh dengan tenang. Ketika bersama kedua pria licik ini, Chelsea tidak boleh menurunkan kewaspadaannya.Joel bisa merasakannya. Saat dia meletakkan cangkir teh di hadapan Chelsea, dia pun berkata, “Sekarang kamu juga adalah salah satu pengurus di Z
Saat pertama kali Joel dan Vincent bertemu dengan Malcolm, dia barulah anak kecil yang berusia 10 tahun.Malcolm yang masih kecil itu bergumul di area miskin di perbatasan. Oleh sebab itu, dapat terlihat aura sinis dan kejam di diri Malcolm yang masih kecil. Malcolm pun kelihatan sangat sadis ketika sedang berkelahi.Orang-orang di area tambang sering mengungkit nama Malcolm. Semua orang menyebutnya sebagai anak haram yang tidak memiliki orang tua.Justru karena tidak mendapat perlindungan siapa pun, Malcolm sering menjadi korban penindasan orang-orang di sana. Pernah sekali, Malcolm menghantam kepala seorang anak kecil hingga berdarah.Orang tua korban juga sangat sadis. Mereka langsung memanggil kawan-kawannya untuk menghabisi Malcolm. Saat itu, hujan sedang turun dengan deras. Malcolm digebuki hingga berbaring telungkup di atas lantai. Namun, masih bisa terlihat aura membunuh di dalam tatapannya. Saat sebuah martil hendak menghantam kepala Malcolm, Vincent dan Joel pun menghentikan
“Nggak, kok.” Chelsea refleks menyangkal. Tiba-tiba dia merasa gugup, segera menghindari tatapan Daisy. “Aku hanya lagi berpikir, seharusnya stempel resmi pengurus akan segera selesai?”Daisy mengangguk. “Seharusnya sudah hampir selesai.”Usai berbicara, terdengar suara pintu dibuka.Malcolm memasuki kamar, lalu berjalan mendekat Chelsea dengan raut datar. Dia melempar sebuah kantongan kain dan sebuah dokumen ke sisinya.Chelsea menangkapnya, lalu segera membuka dokumen itu. Dia membaca sekilas isi dokumen itu, isinya berupa aset yang dialihkan kepada Chelsea.Bagus! Vincent dan Joel membagikan aset yang cukup banyak kepada Chelsea. Selain bisnis perhiasan dan lelang yang memang sudah dimilikinya, dia juga mendapatkan aset area tambang di perbatasan dan juga perusahaan farmasi.Setelah dihitung-hitung, nilai aset Chelsea pun sudah melambung tinggi. Dia melirik Malcolm sekilas sembari tersenyum. “Terima kasih sudah repot-repot untuk antar langsung.”Raut wajah Malcolm sangat muram. “Kam
Kondisi Daisy sudah membaik. Prosedur serah terima aset juga sudah selesai. Jadi, Chelsea juga tidak perlu menetap di sini lagi.Sebelum berangkat, Chelsea terus berpesan kepada Daisy untuk hati-hati dengan cederanya. Alhasil, dia malah menjadi bahan tawaan Daisy. Jelas-jelas Chelsea lebih muda beberapa tahun daripada Daisy, Chelsea malah mengoceh layaknya seorang ibu saja.Ketika Chelsea melihat senyuman di wajah Daisy, dia baru mulai merasa tenang.Setibanya di bandara, Chelsea bertemu dengan Ferdy. Hanya saja, Chelsea juga tidak merasa terkejut. Pulau ini tidaklah besar. Jadi, tidaklah sulit bagi Ferdy untuk mencari tahu informasi jadwal penerbangannya. Chelsea juga tidak bersikap sungkan terhadapnya. “Kamu mesti bayar semua biaya perjalanan kali ini.”Ferdy tersenyum tipis. “Biasanya orang-orang hanya akan minta tumpangan mobil saja. Ini pertama kalinya aku mendengar ada yang ingin minta tumpangan pesawat.”Chelsea menjulingkan matanya. “Terserah kamu mau naik atau nggak. Kalau ka
“Kenapa kamu mesti berbuat seperti ini!” jerit Diana dengan kuat. Dia menatap Sonia dengan mata memerah. “Kenapa kamu malah mengekspos masalahku ke internet!”Sonia terbengong sejenak. “Aku … aku berbuat seperti ini juga demi kebaikanmu.”“Demi kebaikanku?” Diana tertawa sembari menangis. “Kamu mengekspos privasiku ke internet, membuat semua orang di dunia ini mentertawakanku. Sekarang kamu malah mengatakan semuanya demi kebaikanku? Sonia, selama ini aku menganggapmu sebagai teman terbaikku. Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Kamu yang mencelakaiku hingga masuk rumah sakit!”Malam hari itu, Diana membaca berita di internet. Pengkhianatan oleh teman yang paling dipercayainya telah menyebabkan pukulan besar bagi Diana. Alhasil, penyakitnya kambuh lagi. Dia sempat berbaring di atas ranjang dalam keadaan kejang-kejang hingga kehilangan kesadarannya.Manajer tidak berhasil menghubungi Diana. Dia bergegas ke rumah Diana, baru mengantar Diana ke rumah sakit.Selama beberapa hari ini di
Belum sempat keluar bandara, Ferdy menyadari Irfan berlari ke sisinya dengan buru-buru.“Pak Ferdy, terjadi sesuatu dengan Bu Diana. Dia ….” Kali ini, Irfan menyadari sosok Sonia yang berjalan di belakang Ferdy. Dia pun tertegun.Chelsea melepaskan kacamata hitamnya, lalu berkata dengan perlahan, “Apa yang terjadi sama dia? Aku juga ingin dengar.”Irfan melirik Ferdy sekilas. Ketika mendapatkan izin dari tatapannya, Ferdy baru melaporkan masalah, “Tadi pagi Bu Diana bunuh diri di rumah sakit. Untung saja ada suster yang kebetulan datang untuk melakukan pemeriksaan. Tim medis segera menghentikan aliran darahnya.”“Tapi ….” Raut wajah Irfan tampak muram. “Ada banyak orang di rumah sakit. Kabar aksi bunuh diri Bu Diana telah tersebar. Bahkan, ada yang mengekspos foto kejadian di rumah sakit tadi. Sekarang semua media sosial sedang heboh dengan masalah ini.”Sebelumnya dengan tidak gampangnya mereka menekan berita viral itu. Sekarang gara-gara masalah bunuh diri Diana, berita kembali viral
“Diana, ada apa denganmu? Bukannya kamu ingin bertemu sama Pak Ferdy?”Manajer melangkah maju untuk menarik selimut. Namun, Diana malah menariknya dengan lebih erat lagi. Saking eratnya, perban di pergelangan tangannya mulai berdarah.“Pergi! Aku nggak mau ketemu sama kamu!” jerit Diana dengan histeris. Samar-samar dapat terdengar suara terisak-isak juga.Tanpa perlu becermin, Diana juga tahu betapa jelek penampilannya saat ini! Mana mungkin Diana mengizinkan Ferdy melihat sisi jeleknya?Kening Ferdy tampak berkerut. Dia berkata pada manajer, “Sudahlah.”Manajer menghentikan gerakan tangannya, lalu menatap Ferdy dengan rasa bersalah. “Maaf, Pak Ferdy. Beberapa hari ini kondisi Diana nggak stabil. Dia ….” Tiba-tiba manajer menghela napas. “Semua ini juga salahku. Nggak seharusnya aku beri tahu masalah penyakit Diana kepada Sonia. Aku nggak menyangka dia orang seperti itu!”Usai mendengar, tatapan Ferdy tampak muram. “Masalah kali ini kerjaan Sonia?”“Emm.” Manajer mengangguk. “Tim kami