Chelsea berusaha mendorong Ferdy. Dia mengancam seraya memelotot, "Ferdy, kamu pikir aku nggak berani melumpuhkanmu?"Ferdy menjilat bibirnya, lalu tersenyum licik dan membalas, "Kalau kamu bicara omong kosong lagi, aku akan mencium bibirmu.""Kamu ...," ujar Chelsea dengan geram. Ferdy benar-benar keterlaluan!Ferdy menjelaskan dengan tenang, "Aku menyuruh Irfan untuk memeriksa kamera pengawas dari kecelakaan itu. Target mobil itu sangat jelas, sopir yang menyetir memang berniat menabrak Kendrian. Setelah polisi menangkap sopir itu, dia bilang rem mobilnya blong. Menurutmu, apa mungkin begitu kebetulan?"Chelsea tidak menanggapi perkataan Ferdy, tetapi dia diam-diam menganalisis masalah ini. Kendrian hanya menyelidiki masa lalu Malcolm. Siapa sangka, Malcolm langsung ingin membunuh Kendrian. Peringatan ini juga merupakan petunjuk bagi Chelsea. Malcolm tidak ingin orang lain mengetahui masa lalunya. Ini membuktikan bahwa kemungkinan besar masa lalu Malcolm berhubungan dengan Chelsea."
Malam ini, Chelsea memaksakan diri untuk tidur sambil memeluk Timothy. Dia mimpi berulang kali. Setiap mimpinya sangat aneh dan membingungkan.Hingga menjelang pagi, Chelsea baru terbangun oleh bel pintu. Begitu dia membuka mata, masih ada perasaan hampa seolah-olah baru saja kembali dari dunia lain. Dia duduk di ranjang sejenak sebelum bangun dengan hati-hati, lalu meninggalkan kamar Timothy.Ketika membuka pintu rumah dan melihat orang yang datang, Chelsea tertegun. Segera setelah itu, dia baru menyapa, "Kak Daisy, kamu ...."Daisy memarahi, "Kalau aku masih nggak datang, entah masalah besar apa lagi yang bakal kamu buat!"Usai mendengar berita dari dalam negeri kemarin, Daisy langsung bergegas menggunakan pesawat pribadinya. Dia takut Chelsea akan menciptakan masalah lagi.Saat ini, Daisy melewati Chelsea dan berjalan masuk. Dia menambahkan, "Bukannya sudah kubilang, tunggu kabar dariku dan jangan bertindak sembrono? Kenapa kamu malah membiarkan orang luar menyelidiki masa lalu Kak
Sebelum Ferdy menekan bel, seseorang sudah membuka pintu besi dan mengulurkan tangannya dengan hormat. Dia berucap, "Pak Ferdy, silakan masuk."Dari situasi itu, Malcolm sudah tahu bahwa dia datang.Ferdy melangkah maju dan mengikuti orang itu masuk ke vila. Sementara itu, Irfan ditahan di luar pintu. Dia memandang punggung Ferdy dengan cemas, lalu memberikan instruksi melalui earphone bluetooth dengan suara rendah, "Semuanya, tolong lebih waspada."Di teras lantai tiga vila, Malcolm menggenggam segelas arak. Dia bersandar di railing dan menghitung pengawal yang mengelilingi vilanya dengan tak acuh.Begitu mendengar langkah kaki mendekat dari belakang, Malcolm pun berujar sambil tersenyum sinis, "Ada 46 orang. Nggak disangka Pak Ferdy yang begitu terkenal pun takut mati."Ferdy berhenti di belakangnya, lalu membalas, "Aku nggak takut mati. Tapi untuk berurusan dengan orang sepertimu, hanya orang bodoh yang nggak akan berjaga-jaga."Malcolm tertawa terbahak-bahak sebelum berucap, "Aku m
"Aku mau 15% saham Milano Group," ujar Malcolm.Ekspresi Ferdy segera berubah muram, lalu dia pun terdiam cukup lama.Melihat reaksi Ferdy, Malcolm tersenyum sinis dan berkata, "Sepertinya Chelsea nggak cukup berarti di hatimu. Kukira dia sosok yang tak ternilai bagimu, kurasa aku terlalu ....""Aku setuju," sela Ferdy dengan nada dingin.Malcolm tertegun beberapa detik, lalu tergelak keras dan berujar, "Pak Ferdy royal juga!"Ferdy menatap Malcolm dengan tajam seraya berkata, "Setelah mengambil barang milikku, kuharap kamu menepati janji. Kalau nggak, kamu nggak hanya harus mengembalikannya, tapi juga mengganti seribu kali lipat harganya.""Oke, kamu tenang saja. Aku bukan tipe pebisnis yang curang," balas Malcolm. Senyumannya sudah luntur, digantikan binar angkuh di mata."Kuharap begitu," kata Ferdy, lalu segera beranjak pergi.Malcolm memandang dingin punggung Ferdy sambil menyesap anggur putih yang masih tersisa di gelas.Di sisi lain, Ferdy sudah kembali ke mobil. Setelah ketegan
Sama seperti caranya datang, Daisy juga pergi dengan terburu-buru. Keesokan paginya, dia sudah pulang ke Sinlandia. Chelsea tidak menahan Daisy dan hanya bisa mengantarnya ke bandara.Sebelum berpisah, Daisy tidak lupa berpesan, "Satu-satunya orang yang nggak akan pernah Ardi salahkan adalah kamu, jadi kamu juga nggak boleh menyalahkan diri sendiri. Kamu sudah berusaha sebaik mungkin."Chelsea tidak begitu memahami makna mendalam dari ucapan Daisy. Dia mengira Daisy hanya sedang menghiburnya. Chelsea tersenyum manis, berusaha sebaik mungkin untuk terlihat ceria saat berkata, "Aku akan menjaga Kak Ardi, Kak Daisy nggak usah terlalu khawatir. Setelah dia sadar nanti, aku akan langsung memberitahumu.""Hubungi aku kalau ada masalah. Aku akan terus membantumu menyelidiki Kak Malcolm," ujar Daisy sambil menepuk-nepuk bahu Chelsea.Chelsea mengangguk dan berkata, "Ya, terima kasih, Kak Daisy. Ingatlah untuk berhati-hati, kalau ....""Tenanglah, aku sudah belajar banyak sejak bertahun-tahun b
Chelsea menoleh dan langsung melihat Sonia yang datang dengan marah. Dia berpikir, 'Wah, baru saja dibicarakan, orangnya sudah datang.'Sonia buru-buru mendekati Andre dengan sikap seolah-olah ingin membelanya. Dia menatap Chelsea dengan wajah serius dan bertanya, "Kamu sudah tahu semuanya?"Mengenai kerja sama kalian?" Chelsea balik bertanya.Sonia tidak suka melihat sikap angkuh Chelsea. Alisnya semakin berkerut saat berkata, "Kalau kamu datang untuk cari masalah dengan Andre karena hal ini. Sikapmu itu benar-benar nggak masuk akal.""Memangnya kenapa kalau kamu pernah membimbing Andre? Dia ini pemilik Quentin, sedangkan kamu adalah orang luar. Dia nggak perlu minta persetujuanmu untuk kerja sama dengan siapa pun dan kamu juga nggak berhak mengintervensi keputusannya." Sonia merasa kata-katanya sangat masuk akal dan dia merasa percaya diri saat mengatakannya.Chelsea malah merasa sangat lucu. "Kamu juga tahu aku yang membimbingnya, 'kan? Menjadi seorang guru memiliki tanggung jawab
"Sandy, lihat ini!""Apa aku masih harus mengajarimu ketuk pintu dulu sebelum masuk?" maki Sandy.Sonia memegang kontrak itu sambil terpaku di tempatnya. "Aku ... aku hanya terlalu senang dan ingin memberitahumu kabar baik ini secepatnya. Aku bukan sengaja nggak ketuk pintu."Jantung Sandy berdetak kencang. Dia menatap Sonia cukup lama dan menenangkan emosinya sebelum bertanya, "Ada masalah apa?"Bagai mendapat pengampunan, Sonia buru-buru memberikan kontrak itu. "Lihat, ini adalah kontrak kerja sama dengan Perusahaan Quentin. Untuk setahun ke depan, aku yang akan memasok batu permata untuk Perusahaan Quentin."Sandy langsung mengerutkan alisnya. Ternyata yang dikatakan Sonia di atas ranjang waktu itu bukan hanya sekadar omong kosong?"Dari mana kamu dapat sumber batu permatanya?""Bukannya aku pernah bilang padamu, ayahku menitipkan sejumlah uang padaku waktu itu?" Sonia duduk di meja kerja, lalu menjelaskan dengan wajah gembira, "Aku melacak nomor rekening yang mengirimkan uang itu p
Ardi baru saja siuman, sehingga tidak punya terlalu banyak tenaga. Namun, dia tetap berusaha menyunggingkan senyuman menyapa mereka, "Chelsea, Pak Kendrian."Chelsea dan Kendrian termangu dan tidak bisa bereaksi. Suara Melvin terdengar seperti hendak menangis saat berkata, "Tadi dokter baru datang, katanya pemulihan Kak Ardi cukup bagus.""Dokter sudah cerita padaku semuanya," sahut Ardi. Suaranya terdengar sangat lemah, "Aku nggak akan bisa berdiri lagi."Saat mendengar Ardi yang mengatakan fakta ini, Melvin tidak bisa lagi menahan tangisannya. Dia membalikkan tubuhnya untuk menyeka air mata.Chelsea berjalan ke samping tempat tidur dan menatap Ardi. Hatinya terasa sangat perih dan tidak tahu harus bagaimana menanggapinya. Pada akhirnya, Chelsea hanya bisa menjawab dengan susah payah, "Maaf."Ardi menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Kamu yang menyelamatkanku, seharusnya aku berterima kasih padamu." Meski kesadarannya sangat buram saat menjalani operasi, Ardi tetap ingat bahwa Chels
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me