Lindsey yang sedang dirawat di rumah sakit telah siuman. Begitu membuka mata, dia terkejut saat menyadari bahwa dirinya berada di kamar pasien.Evan baru saja kembali setelah membeli makan siang. Kala melihat Lindsey duduk, dia buru-buru berjalan ke samping tempat tidur dan bertanya, "Kamu sudah siuman? Apa ada yang membuatmu merasa nggak nyaman?""Aku ...." Kepala Lindsey sangat sakit. Dia menatap Evan sambil mengernyit, lalu bertanya, "Kenapa aku bisa ada di sini?" Ingatan yang tersisa di dalam benaknya hanya saat dia meminum segelas kecil alkohol yang manis. Kejadian selanjutnya .... Dia tidak mengingatnya sedikit pun."Semalam, Gino ingin berbuat macam-macam padamu. Untung saja kamu baik-baik saja. Kalau nggak, aku pasti akan menguliti bajingan itu," jawab Evan.Evan memang terkenal suka bermain-main, tetapi dia punya prinsip sendiri. Dia tidak akan pernah melakukan pelecehan. Meskipun mereka berdua berada di dalam satu ruangan, tetap tidak akan terjadi apa-apa.Evan meludah ke lan
Berhubung kondisi Lindsey tidak serius, dia sudah bisa keluar dari rumah sakit keesokan harinya. Evan pergi mengurus prosedur keluar rumah sakit sekalian membeli sarapan. Sementara itu, Lindsey duduk sendirian di tempat tidur pasien sambil melamun menatap pemandangan luar jendela. Kala ini, seseorang mengetuk pintu kamar.Ketika menoleh, Lindsey melihat Yanto yang sedang tersenyum beserta dua pria paruh baya di belakangnya. Yanto membawa sebuah keranjang buah sembari bertanya, "Linda, gimana kondisimu?"Lindsey melirik Yanto sekilas, lalu memandang dua pria paruh baya dan bertanya, "Siapa mereka?""Halo, aku Damian, ayahnya Gino.""Aku pengacaranya Pak Damian."Setelah mereka berdua memperkenalkan diri, Damian berjalan menghampiri Lindsey untuk meminta maaf. Dia berucap, "Lindsey, putraku sudah membuat masalah besar untukmu. Sebagai ayahnya, aku minta maaf karena gagal mendidiknya dengan baik."Lindsey seketika berwaspada. Dia tanpa sadar beringsut mundur seraya bertanya, "Untuk apa ka
"Omong kosong!" sergah Evan dari depan pintu. Dia berjalan ke sebelah Lindsey dan mendorong Yanto.Evan memandang Damian dengan penuh amarah seraya menyindir, "Pak Damian, kalau aku jadi kamu yang punya putra bajingan seperti Gino, aku pasti sudah menggali lubang dan mendorongnya masuk ke sana. Kamu malah berani melakukan trik semacam ini di hadapan putri orang lain?""Sekarang aku sudah mengerti. Gino bisa melakukan hal bejat karena didukung oleh orang-orang nggak tahu malu seperti kalian!" Evan meludah ke lantai sambil mencela, "Cih! Orang tua dan anak sama saja!"Damian bertanya sembari mengernyit, "Kamu pasti putra Keluarga Mahendra. Apa hubungan masalah ini denganmu? Apa kamu berhak untuk berbicara?""Linda adalah temanku. Aku nggak bisa melihat kalian menindas temanku!" Evan tersenyum sinis dan menghina, "Gino memang bajingan yang nggak bisa apa-apa. Setelah melakukan kesalahan, dia hanya bisa meminta bantuan orang tuanya."Damian menghardik, "Jaga ucapanmu!"Evan menyergah, "Kal
Di depan layar laptop, Timothy mengernyit dalam-dalam. Dia memang tidak terlalu memahami konten dari cloud storage Gino, tetapi intuisinya memberitahunya bahwa semua ini tidak cocok untuk anak-anak. Ketika membuka salah satunya, Timothy langsung mendapati sebaris tulisan merah.[ Dilarang bagi anak di bawah umur untuk menonton ]Melvin kebetulan masuk dengan membawa buah-buahan. Begitu melihat antarmuka film porno yang padat di layar laptop Timothy, dia langsung terkejut. Dia bergegas mengulurkan tangan untuk menutup laptop tersebut. Melvin sungguh terkejut hingga tidak bisa berkata-kata. Dia segera memarahi, "Ka ... kamu ini masih kecil. Lagi nonton apa?"Sebelum Timothy bisa menjelaskan, Melvin telah berseru ke arah pintu, "Kak Chelsea, gawat! Timothy dalam masalah besar!"Timothy kehabisan kata-kata. Mendengar ucapan Melvin, Chelsea buru-buru masuk sembari bertanya, "Ada apa?"Melvin berekspresi seakan-akan tengah menghadapi musuh. Dia menjelaskan dengan serius, "Timothy lagi nonton
Di sisi lain, Evan mengemudi sendirian ke Harbourside Villa sehabis mengantar Lindsey pulang. Begitu masuk pintu, dia buru-buru mencari Ferdy dan berkata padanya, "Ferdy, apa yang harus kita lakukan soal masalah Linda? Kita nggak boleh mengampuni Gino!"Ferdy mendongak dan bertanya, "Gimana kondisinya?"Ferdy cukup tenang karena ada Evan yang menemani Lindsey. Jadi, dia menghabiskan tenaga dan waktunya selama dua hari terakhir untuk mengumpulkan bukti. Beberapa korban berhasil ditemukan, tetapi mereka telah dipaksa untuk berdamai dengan Gino dan menghilangkan barang bukti.Hal ini membuat Ferdy kelimpungan. Jika tidak ada bukti konklusif yang bisa memberatkan Gino, melapor pada polisi juga percuma.Evan duduk di sofa dan berujar lagi, "Hari ini Damian membawa orang-orangnya menemui Linda dan menyampaikan berbagai omong kosong. Gara-gara itu, suasana hati Linda jadi kurang bagus. Damian dan yang lainnya benar-benar angkuh. Kalau kita diam saja, mereka pasti akan mentertawakan kita dari
Ferdy terkekeh-kekeh sinis dan membalas, "Kamu ingin membelanya, ya? Aku tahu kamu bersikap seperti ini hanya untuk kesenangan sendiri. Kamu ingin mengacaukan seluruh Keluarga Milano."Gino hampir menodai adik sepupu sendiri. Jika masalah ini tersebar, reputasi Keluarga Milano akan tercoreng. Darwin jelas-jelas ingin menonton keseruan ini. Pria tua ini ingin sekali melihat Keluarga Milano kacau balau."Kamu ...." Darwin menggebrak meja, lalu menegur, "Omong kosong apa yang kamu katakan! Ferdy, kamu ini makin kurang ajar saja! Entah gimana Keluarga Milano mendidikmu! Mana ada junior yang memfitnah seniornya seperti ini!""Darwin," panggil Antoni dengan nada agak kesal. Bagaimanapun, Ferdy adalah cucu kebanggaannya. Darwin malah membentak Ferdy seenaknya di hadapannya sekarang."Aku tahu betul karakter Ferdy. Dia pasti sudah mempertimbangkan dengan baik sebelum memilih untuk merahasiakan hal ini. Lagian, nggak ada yang sangka kejadian seperti ini bakal terjadi. Kenapa kamu malah menyalah
Di ruang kerja, Antoni menyuruh Ferdy menceritakan semuanya tentang Lindsey. Ferdy malas menjelaskan panjang lebar. Dia hanya menceritakan bagaimana dirinya menemukan Lindsey dan keadaannya di luar negeri tanpa memberi tahu tentang kehamilan Lindsey.Perasaan Antoni sungguh campur aduk. Ketika Christy meninggal karena distosia, semua orang fokus pada pemakaman sehingga tidak memperhatikan bayi yang tidak bernapas itu. Tanpa diduga, bayi itu bukan hanya tidak mati, tetapi dikirim ke luar negeri oleh Darwin.Kini, satu-satunya cucu perempuan Keluarga Milano telah kembali. Antoni merasa bersalah sehingga tidak bisa melontarkan sepatah kata pun untuk sesaat.Tanpa disadari, mata Antoni menjadi berkaca-kaca. Dia menatap Ferdy, lalu bertanya dengan sedih, "Apa dia baik-baik saja sekarang.""Ya, dia baik-baik saja," sahut Ferdy dengan singkat.Antoni tersenyum getir dan membalas dengan penuh syukur, "Baguslah kalau begitu."Sesaat kemudian, Antoni bertanya lagi, "Kapan aku bisa menemuinya?"F
Malam itu juga, Diana tiba di Kota Mahara. Keesokan pagi, dia langsung menuju ke Harbourside Villa.Begitu masuk, Diana langsung mencari Ferdy dan bertanya dengan panik, "Erdy, aku dengar Linda adalah adikmu. Dia ...."Diana seketika terdiam saat melihat tatapan dingin Ferdy. Pria itu berucap, "Kamu juga di hotel hari itu?"Ketika mendengar nada bicara Ferdy yang menyalahkan, Diana memberanikan diri untuk menyahut, "Aku ... aku nggak tahu Gino melakukan hal seperti itu di kamar. Malam itu, aku mau keluar. Begitu menarik pintu, aku mendengar suara pintu ditendang, jadi nggak berani keluar. Aku hanya melihat Chelsea dari celah pintu, lalu mendengar teriakan Gino ...."Diana menjelaskan sambil mengamati ekspresi Ferdy. Sayangnya, tidak ada reaksi apa pun di wajah Ferdy. Meskipun Diana telah berlatih sepanjang perjalanan dan yakin bahwa alasannya ini sudah sempurna, dia tetap merasa tidak percaya diri saat berhadapan dengan Ferdy."Erdy, mana mungkin aku berpangku tangan kalau tahu ada ora
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me