Kendrian berujar, "Ketika aku coba mencari informasi tentang Malcolm melalui web gelap, aku langsung diawasi oleh orang-orang Zenith. Mereka masuk ke dalam komputerku melalui porta dan mengirimkan virus peringatan padaku."Kendrian menghela napas ringan sebelum melanjutkan, "Zenith memang berbahaya. Aku baru saja mulai menggali sedalam ini, tapi sudah diawasi. Orang itu bahkan bisa mengabaikan tembok apiku."Chelsea tampak mengernyit. Dia jelas tidak menyangka bahwa Zenith akan begitu waspada."Tapi, kamu nggak perlu terlalu kecewa. Aku sempat menemukan sedikit informasi," ucap Kendrian. Dia mengeluarkan ponselnya untuk membuka sebuah dokumen.Kemudian, Kendrian memberikannya kepada Chelsea seraya berujar, "Saat berusia 17 tahun, Malcolm terlibat dalam insiden di Mahara. Itu adalah sebuah kasus perkelahian. Ada 6 orang dari pihak lawan, 2 di antaranya terluka parah dan 4 lainnya terluka ringan. Kala itu, Malcolm belum genap 18 tahun, jadi dia ditahan di lapas anak selama 5 tahun."Kend
Pelayan itu terlihat ragu-ragu. Akhirnya, dia berujar, "Ini ... ini adalah privasi pelanggan. Mana boleh kami ...?"Chelsea mengeluarkan ponselnya, lalu mengancam, "Oke. Kalau gitu, aku akan lapor polisi sekarang. Aku akan bilang bahwa Restoran Semesta membiarkan Gino melakukan kekerasan pada wanita dan melindungi perilaku kriminalnya."Melihat Chelsea yang bersiap untuk menelepon polisi, pelayan segera mendekat dan meraih tangannya. Kemudian, dia langsung menjelaskan situasinya dengan jelas. Lima menit yang lalu, Gino membawa pergi Lindsey. Seperti biasa, kemungkinan besar mereka akan pergi ke hotel bintang lima di sebelah untuk menginap.Dalam situasi yang mendesak, Chelsea tidak punya waktu untuk menjelaskannya kepada Kendrian. Dia hanya mengirim pesan kepada pria itu.[ Aku punya urusan mendadak. Kamu nggak perlu menungguku. ]Sementara itu, di lobi hotel.Sulika sedang menelepon Evan. Dia berbicara dengan suara gemetar saking paniknya, "Evan, sesuatu terjadi pada Linda. Kamu adala
Chelsea pun menghajar Gino dengan sadis, bahkan mengikat kedua tangan dan kakinya dengan dasi dan ikat pinggang. Usai melakukan semua itu, Chelsea langsung meninggalkan kamar. Dia merasa bahwa perbuatan baiknya ini tidak perlu diketahui orang lain. Lindsey pasti akan melaporkan pria itu kepada polisi ketika bangun besok.Namun Chelsea tidak tahu bahwa ketika dia masuk ke dalam lift, pintu kamar di ujung lorong terbuka sedikit. Diana berdiri di balik pintu. Matanya memantulkan cahaya dari layar ponselnya yang gelap. Pada layar ponselnya, ada pesan balasan dari Vera.[ Beraninya Chelsea menyakiti Gino! Aku akan membunuhnya! ]Malam ini, awalnya Diana hanya ingin menonton pertunjukan dari Gino. Hanya saja, tidak disangka bahwa Chelsea akan ikut campur. Diana pun tiba-tiba berubah pikiran. Dia mengirim pesan kepada Vera dengan nada khawatir bahwa Chelsea telah menghajar Gino di hotel. Dengan begitu, Chelsea pasti akan mendapat masalah besar.Diana menggenggam ponselnya erat-erat untuk mene
Malam itu, Gino dibawa ke rumah sakit dengan sekujur tubuh yang dipenuhi luka memar. Sebagian besar memang hanya luka luar, tetapi Vera merasa sangat sedih. Dia menangis sambil berteriak ingin membalas dendam kepada Chelsea!Lantaran tidak bisa menghalangi Vera, Damian pun hanya bisa mengikutinya ke rumah Chelsea. Setibanya di depan gerbang, Vera langsung berteriak ke arah vila, "Chelsea, keluar! Beraninya kamu melukai Gino! Jangan sembunyi! Aku akan lapor polisi untuk menangkapmu hari ini!"Di dalam vila, Chelsea menahan Melvin yang hendak berdiri. Dia berkata, "Kamu temani Timothy saja, biar aku yang keluar menghadapinya. Ini rumahku, dia nggak akan bisa berbuat macam-macam."Setelah melihat Chelsea keluar dari kamar, Timothy bergegas menuju ke balkon. Melihat ini, Melvin juga menyusul Timothy. Mereka berdua berdiri di balkon seraya memandang ke bawah. Terlihat Chelsea yang sedang berjalan ke arah gerbang.Vera yang berada di luar gerbang terlihat seperti orang gila. Dia mencengkeram
"Kamu masih ingin melindungi bajingan itu?" Antoni berujar dengan marah, "Oke, masalah ini juga di luar kuasaku. Kita tunggu sampai Lindsey siuman. Kalau dia mau lapor polisi, Keluarga Milano akan mendukung dia sepenuhnya."Vera bertanya dengan panik, "Pa, a ... apa maksudmu? Papa mau membantu orang luar dan membiarkan Gino dihukum? Papa nggak bisa begitu!""Sebagai manusia, kita harus punya hati nurani dan moral! Kalau Gino berani melakukan hal bejat, dia juga harus berani bertanggung jawab! Keluarga Milano nggak akan melindungi orang seperti dia!" timpal Antoni dengan tegas. Setelah membuat keputusan, dia tidak mau bertengkar dengan Vera lagi.Melihat Antoni hendak beranjak pergi, Vera awalnya ingin mengejar. Akan tetapi, lengannya ditahan oleh Damian. Ketika Damian melihat Ferdy menghampirinya, dia berkata, "Ferdy, Chelsea juga agak keterlaluan dalam masalah ini. Dia ....""Siapa yang memberi tahu kalian bahwa ini perbuatan Chelsea?" tanya Ferdy dengan dingin.Damian terkejut. Ferdy
Lindsey yang sedang dirawat di rumah sakit telah siuman. Begitu membuka mata, dia terkejut saat menyadari bahwa dirinya berada di kamar pasien.Evan baru saja kembali setelah membeli makan siang. Kala melihat Lindsey duduk, dia buru-buru berjalan ke samping tempat tidur dan bertanya, "Kamu sudah siuman? Apa ada yang membuatmu merasa nggak nyaman?""Aku ...." Kepala Lindsey sangat sakit. Dia menatap Evan sambil mengernyit, lalu bertanya, "Kenapa aku bisa ada di sini?" Ingatan yang tersisa di dalam benaknya hanya saat dia meminum segelas kecil alkohol yang manis. Kejadian selanjutnya .... Dia tidak mengingatnya sedikit pun."Semalam, Gino ingin berbuat macam-macam padamu. Untung saja kamu baik-baik saja. Kalau nggak, aku pasti akan menguliti bajingan itu," jawab Evan.Evan memang terkenal suka bermain-main, tetapi dia punya prinsip sendiri. Dia tidak akan pernah melakukan pelecehan. Meskipun mereka berdua berada di dalam satu ruangan, tetap tidak akan terjadi apa-apa.Evan meludah ke lan
Berhubung kondisi Lindsey tidak serius, dia sudah bisa keluar dari rumah sakit keesokan harinya. Evan pergi mengurus prosedur keluar rumah sakit sekalian membeli sarapan. Sementara itu, Lindsey duduk sendirian di tempat tidur pasien sambil melamun menatap pemandangan luar jendela. Kala ini, seseorang mengetuk pintu kamar.Ketika menoleh, Lindsey melihat Yanto yang sedang tersenyum beserta dua pria paruh baya di belakangnya. Yanto membawa sebuah keranjang buah sembari bertanya, "Linda, gimana kondisimu?"Lindsey melirik Yanto sekilas, lalu memandang dua pria paruh baya dan bertanya, "Siapa mereka?""Halo, aku Damian, ayahnya Gino.""Aku pengacaranya Pak Damian."Setelah mereka berdua memperkenalkan diri, Damian berjalan menghampiri Lindsey untuk meminta maaf. Dia berucap, "Lindsey, putraku sudah membuat masalah besar untukmu. Sebagai ayahnya, aku minta maaf karena gagal mendidiknya dengan baik."Lindsey seketika berwaspada. Dia tanpa sadar beringsut mundur seraya bertanya, "Untuk apa ka
"Omong kosong!" sergah Evan dari depan pintu. Dia berjalan ke sebelah Lindsey dan mendorong Yanto.Evan memandang Damian dengan penuh amarah seraya menyindir, "Pak Damian, kalau aku jadi kamu yang punya putra bajingan seperti Gino, aku pasti sudah menggali lubang dan mendorongnya masuk ke sana. Kamu malah berani melakukan trik semacam ini di hadapan putri orang lain?""Sekarang aku sudah mengerti. Gino bisa melakukan hal bejat karena didukung oleh orang-orang nggak tahu malu seperti kalian!" Evan meludah ke lantai sambil mencela, "Cih! Orang tua dan anak sama saja!"Damian bertanya sembari mengernyit, "Kamu pasti putra Keluarga Mahendra. Apa hubungan masalah ini denganmu? Apa kamu berhak untuk berbicara?""Linda adalah temanku. Aku nggak bisa melihat kalian menindas temanku!" Evan tersenyum sinis dan menghina, "Gino memang bajingan yang nggak bisa apa-apa. Setelah melakukan kesalahan, dia hanya bisa meminta bantuan orang tuanya."Damian menghardik, "Jaga ucapanmu!"Evan menyergah, "Kal
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me