Malam harinya, hujan deras turun di Kota Mahara. Saat Chelsea sedang berusaha untuk menghubungi Malcolm, terdengar suara bel pintu.Melvin pergi membuka pintu. Ketika melihat seseorang yang jatuh di luar gerbang, Melvin bergegas menerjang hujan untuk memeriksa orang yang datang. Melvin membalikkan tubuh orang itu, lalu berteriak, "Kak Chelsea! Kak Ardi!"Chelsea dan Ardi bergegas menghampiri Melvin. Mereka terkejut sewaktu melihat orang yang tergeletak di tanah. Theo pingsan, wajahnya yang dibasahi hujan ternodai oleh darah. Kondisinya cukup parah.Chelsea berjongkok dan memeriksa kondisi Theo sekilas. Dia menemukan bahwa tulang di beberapa bagian tubuh Theo patah. Namun, dia takut masih ada luka dalam lainnya. Lebih baik Theo segera dibawa ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan CT scan. Chelsea berseru, "Cepat panggil ambulans!"....Di rumah sakit. Chelsea melihat perawat mendorong Theo ke ruang CT scan. Chelsea yang berdiri di koridor merasa kedinginan. Tubuhnya terus bergetar.
Ketika Chelsea hendak berdebat, tiba-tiba terdengar suara Ferdy dari kejauhan. "Nggak perlu, aku sudah datang."Semua orang sontak memandang ke arah sumber suara. Terlihat Ferdy yang menghampiri dengan ekspresi datar.Ferdy berdiri di samping Chelsea untuk melindunginya, lalu berucap, "Bukan aku pelakunya."Sharren segera maju dan mengangkat tangan untuk menampar Ferdy, tetapi pergelangan tangannya malah ditahan oleh Ferdy."Aku selalu mengakui perbuatan sendiri. Tapi, kalau aku nggak melakukannya, jangan harap ada yang bisa memfitnahku." Selesai mengatakan itu, Ferdy mendorong Sharren, menatapnya jatuh di pelukan Brian dengan dingin.Brian sungguh murka. Dia bertanya, "Memangnya siapa lagi kalau bukan kamu?""Aku sedang menyelidikinya." Ferdy tampak sangat tenang. Dia meneruskan, "Beberapa hari ini, aku khawatir orang itu mengincar Chelsea dan anaknya, jadi mengatur orang untuk berjaga di rumahnya. Malam ini, mereka membuang Theo di depan rumah Chelsea. Bawahanku melihatnya dan mengej
Setelah memastikan Theo baik-baik saja, Chelsea dan Ardi pun pulang. Ferdy menyaksikan mobil mereka pergi. Sesaat kemudian, Irfan meneleponnya."Pak, orang-orang kita kehilangan jejak mereka. Tapi, kami sudah memeriksa CCTV. Mobil itu keluar dari sebuah pabrik terbengkalai. Kami juga sudah menemukan berbagai peralatan di TKP," lapor Irfan.Ketika berbicara, Irfan menoleh melirik rantai besi yang tergantung tinggi beserta noda darah yang terdapat di atasnya. Irfan meneruskan, "Aku sudah menghubungi polisi untuk memeriksa sidik jari.""Ya." Ekspresi Ferdy tampak sangat masam. Dia tidak terlalu menaruh harapan pada penyelidikan ini. Orang-orang itu sangat berwaspada dalam bertindak, mana mungkin ada petunjuk yang begitu jelas seperti sidik jari?Kalaupun ada, tidak mungkin dalang di balik kejadian ini bisa ditemukan, orang gila yang membuat Chelsea ketakutan.....Seminggu kemudian, Theo akhirnya bisa berkomunikasi dengan normal. Ketika melihat situasi Theo membaik, Sharren pun bertanya d
Malam hari, Sharren pulang dan Brian menjaga Theo. Begitu masuk, Vera langsung menghampiri dengan tergesa-gesa dan bertanya, "Kudengar, Theo mengobrol berdua dengan Chelsea?"Sharren meliriknya sekilas dan bertanya balik, "Gimana kamu bisa tahu?"Vera tersenyum sambil membalas, "Aku punya kenalan di rumah sakit. Aku juga mencemaskan Theo, makanya terus mencari informasi tentangnya. Aku nggak punya maksud lain kok."Sharren tentu tidak memercayainya. Dia mengalihkan pandangannya, lalu tidak menghiraukan Vera lagi.Vera masih sibuk berbicara, "Theo sudah disiksa sampai begitu, tapi masih ingin bertemu Chelsea. Bukannya ini aneh? Jangan-jangan masalah ini ada kaitannya dengan Chelsea?"Sharren menyahut dengan jengkel, "Vera, aku tahu kamu punya konflik dengan Chelsea. Kalau hebat, balas dendam sendiri, jangan terus menghasutku untuk melawan Chelsea. Biar kuberi tahu, di dunia ini, hanya Chelsea yang tidak mungkin menyakiti Theo."Usai melontarkan itu, Sharren langsung berjalan pergi, meni
Pada saat yang sama, di Harbourside Villa. Ferdy menggendong Maura dan hendak keluar. Kebetulan sekali, mereka bertemu Diana.Diana tertegun melihatnya. Dia tanpa sadar bertanya, "Kalian mau ke rumah Chelsea?"Ferdy mengernyit, sorot matanya dipenuhi kewaspadaan. Diana menyadari ada yang salah dengan ucapannya. Dia segera menambahkan, "Kudengar, masalah yang menimpa Theo kali ini berkaitan dengan Chelsea. Aku kira kamu keluar untuk meminta penjelasan darinya."Ferdy menatapnya dengan curiga. Sesaat kemudian, dia baru mengiakan. "Ya."Maura tidak bisa menilai perubahan suasana hati pada orang dewasa. Dia berseru dengan gembira, "Bibi, kami mau mencari Timothy."Diana tersenyum lembut dan membalas, "Oh ya?"Maura mengangguk dengan kuat, lalu mengundang dengan senang hati, "Bibi mau ikut nggak?"Diana termangu sesaat sebelum melirik Ferdy. Dari tampangnya, jelas sekali Ferdy tidak akan setuju membawanya pergi. Lagi pula, apa gunanya dia pergi? Untuk melihat perhatian Ferdy pada Chelsea?D
Ferdy mendekat, melirik lauk di meja. Begitu mendapati hanya ada 2 piring dan 2 sendok, dia seketika mengernyit."Hanya kalian berdua yang makan?" tanya Ferdy."Ya." Chelsea tidak berpikir banyak. Lagi pula, memangnya dia perlu menjelaskan bahwa Ardi dan lainnya telah selesai makan, lalu lauk ini disiapkan oleh Kendrian karena merasa sudah lama tidak memasak untuk Chelsea? Hanya saja, sarapan ini memang terlalu mewah untuk mereka berdua."Kamu dan Maura sudah makan belum? Mau makan bersama?" tanya Chelsea."Boleh," jawab Ferdy secara spontan. Sebelum Chelsea bereaksi, Ferdy sudah duduk di kursi.'Pria sekaya Ferdy nggak seharusnya kelaparan, 'kan?' batin Chelsea.Kendrian menghampiri Chelsea dan berkata, "Kamu sudah lapar, 'kan? Ayo, coba masakanku."Begitu mendengarnya, Ferdy mengernyit dengan makin kuat. Ternyata, makanan ini disiapkan oleh Kendrian? Dilihat dari aspek mana pun, tindakan Kendrian ini jelas terkesan sangat romantis.Ketika melihat Chelsea hendak mengambil sup, Ferdy s
Di dalam kamar, Maura mengikuti Timothy dan bertanya, "Kenapa kamu nggak mau main sama aku?"Timothy sama sekali tidak memedulikan Maura. Dia hanya fokus bermain laptop. Sementara itu, Maura merasa kesal dengan sikap Timothy. Maura mengetik papan tik di laptop Timothy dengan asal dengan ekspresi cemberut."Apa yang kamu lakukan?" bentak Timothy. Dia tanpa sadar mendorong Maura dengan kuat sehingga Maura terjatuh ke lantai. Maura yang kesakitan memeluk bonekanya sambil menangis.Chelsea dan Ferdy pun mendengar suara tangisan Maura. Begitu membuka pintu kamar, mereka melihat Maura yang duduk di lantai seraya menangis dan Timothy yang sibuk memperbaiki programnya."Sakit ...," keluh Maura. Dia menangis terisak-isak sembari memandang Ferdy yang menghampirinya. Maura memanggil, "Papa ...."Ferdy menggendong Maura dan membujuk, "Jangan menangis. Kamu beri tahu Papa, apa yang terjadi?"Maura menunjuk Timothy sambil mengadu, "Dia ... nggak mau main sama Maura. Dia juga mendorong Maura ...."Me
Timothy tertegun, lalu menyahut sambil menunduk, "Aku ....""Apa Maura yang menceritakan semua itu kepadamu melalui jam tangan pintarnya?" tanya Chelsea dengan tenang. Dia melepaskan jam tangan pintar Timothy.Sebelum Timothy sempat merespons, Chelsea sudah mengambil jam tangan Timothy. Chelsea mengecek riwayat obrolan antara Maura dan Timothy. Dia menemukan bahwa Maura hanya mengirim berbagai emotikon lucu kepada Timothy dan terus menanyakan apa yang dilakukan Timothy. Mana ada informasi yang diceritakan Timothy tadi?Chelsea merasa dirinya dibohongi. Dia frustrasi, putra kandungnya yang baru berusia 5 tahun sudah mulai berbohong kepadanya! Chelsea memegang jam tangan dengan erat seraya bertanya, "Bukannya aku pernah bilang kamu nggak boleh berbohong kepadaku?"Timothy menunduk sembari menjawab, "Aku ... bukan sengaja ...."Chelsea bertanya, "Kenapa kamu berbohong kepadaku?"Timothy pun terpaksa menceritakan masalah alat penyadap kepada Chelsea karena tidak bisa ditutupi lagi. Chelsea
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me