Setelah pulang ke rumah, Chelsea pun mandi. Dia juga membuang pakaian yang ternodai darah ke tong sampah. Kemudian, dia membawa jaket Ferdy keluar dari kamar mandi. Chelsea mengeluarkan ponsel. Kebetulan Ferdy mengirim pesan kepadanya.[ Sandra dan anaknya selamat. ]Pesan yang singkat ini membuat Chelsea senang. Dia membalas pesan Ferdy.[ Oke. ]Chelsea terus melihat ruang obrolan untuk waktu yang lama. Dia masih ragu-ragu untuk menanyakan kondisi Ferdy. Meskipun hari ini Ferdy terlihat tenang, Chelsea tetap merasa tidak tenang.Beberapa tahun ini, Chelsea juga banyak bertemu dengan pasien yang punya trauma masa kecil. Orang-orang tersebut memang tampak normal sesudah menjalani pengobatan. Namun, jika melihat kejadian serupa, penyakit mereka akan kambuh.Hanya saja, kalau sekarang Ferdy bisa memperhatikan kondisi Sandra, seharusnya kondisi Ferdy tidak terlalu buruk. Akhirnya, Chelsea meletakkan ponselnya di atas meja.....Dalam waktu 3 hari, Hope Cloud langsung menjadi platform medi
Malcolm tidak mempersulit Timothy. Dia hanya menghabiskan kue kastanya. Malcolm suka makanan manis. Kue di toko ini cocok dengan selera Malcolm. Sebelum pergi, Malcolm membeli kue lagi, lalu menyuruh bawahannya untuk melepaskan Ardi dan lainnya.Ardi bergegas menghampiri Timothy dan melindunginya. Dia menatap Malcolm dengan garang."Jangan melihatku dengan tatapan seperti itu," ucap Malcolm dengan santai. Namun, tatapannya tampak mengintimidasi.Melihat Ardi yang tidak bersikap patuh, Malcolm tersenyum sinis dan berkomentar, "Kelihatannya, kamu sudah meninggalkan Zenith terlalu lama. Kamu sudah lupa dulu kamu itu bawahanku. Aku paling benci bawahan yang melupakan majikannya."Kemudian, Malcolm mundur. Bawahannya langsung paham, mereka menggerakkan pergelangan tangan dan maju. Malcolm mengingatkan, "Jangan sakiti anak-anak." Setelah itu, Malcolm keluar dari toko kue dan mengabaikan suara perkelahian di belakang.....Sore harinya, Chelsea mendengar suara tangisan Melvin begitu masuk. Ar
Chelsea menghubungi Malcolm. Mereka akan bertemu 3 hari lagi di lapangan tembak. Saat Chelsea sampai, Malcolm baru selesai menembak 1 putaran. Terdapat banyak bekas tembakan pada target. Malcolm melepaskan pelindung mata dan earphone. Dia tersenyum licik dan bertanya sambil menatap Chelsea, "Sudah berapa lama kamu nggak pegang pistol?"Chelsea berujar, "Hari ini aku datang untuk ....""Kalau kamu menang, kamu baru berhak bernegosiasi denganku," kata Malcolm. Dia menyerahkan sebuah pistol kepada Chelsea dan bertanya, "Ini pistol Beretta U22, bagaimana?"Chelsea tidak ingat sudah berapa lama dia tidak memegang pistol. Namun, setelah mendengar perkataan Malcolm, sepertinya hari ini Chelsea harus bertanding dengan Malcolm.Melihat Chelsea yang berdiri di posisinya, Malcolm diam-diam tersenyum. Dia lumayan suka dengan karakter Chelsea. Jika Chelsea bukan anggota Keluarga Soraya ....Begitu pemikiran ini muncul, Malcolm langsung menyingkirkannya. Tatapannya menjadi dingin.Chelsea langsung m
"Kak Malcolm, kalau kamu bersikeras begini, nggak ada yang perlu dibicarakan di antara kita lagi. Kamu kira aku masih sama seperti dulu?" Chelsea mundur selangkah sembari mengangkat alisnya. Penampilannya yang seperti ini persis dengan rubah yang siap menyerang."Hope Cloud harus dijalankan, dia harus dilindungi." Ketika negosiasi pertama, Chelsea masih belum memiliki kepercayaan diri sehingga memilih untuk mengalah. Kini, dia disokong oleh Hope, bahkan berhubungan dengan banyak orang kaya dari dalam negeri ataupun luar negeri. Bagi Zenith, sumber daya seperti ini sangatlah berharga.Malcolm terdiam dan terus melirik Chelsea. Pada tatapannya yang tenang, samar-samar terlihat niat membunuh."Meskipun kamu kepala inti Zenith, organisasi mementingkan keuntungan. Begitu 2 kepala lainnya mendapati kamu berniat menghancurkan Hope, kira-kira seperti apa hasilnya?" tanya Malcolm.Chelsea terkekeh-kekeh dan menyahut, "Kak Malcolm, kita bekerja sama dengan sangat baik selama beberapa tahun. Aku
Di kediaman Keluarga Soraya. Begitu Chelsea turun dari mobil, terlihat 3 pria dewasa langsung menghampiri.Ardi bertanya dengan panik, "Kak Chelsea, kamu baik-baik saja, 'kan? Kak Malcolm menyulitkanmu nggak?""Aku baik-baik saja." Chelsea terkekeh-kekeh, bahkan berputar untuk menunjukkan semuanya dan berkata, "Lihat saja sendiri."Ardi dan Melvin menghela napas lega melihatnya. Sementara itu, Kendrian tidak tahu siapa yang mereka maksud sehingga mengernyit sambil bertanya, "Siapa Kak Malcolm?""Kak Malcolm itu ...." Begitu mendapat isyarat mata dari Ardi, Melvin langsung mengatupkan bibir. Identitas para ketua di Zenith selalu dirahasiakan, dia hampir saja membuat masalah.Kendrian terus melirik Ardi dan Melvin. Dia kira-kira sudah mengetahui identitas orang itu sehingga bertanya, "Maksud kalian, ketua dari Zenith?""Jangan sembarangan menebak." Chelsea segera mengalihkan topik, "Bukannya kamu bilang tahu lokasi Theo? Bajingan ini tahunya cuma bersembunyi setelah membuat masalah. Bena
Theo berucap dengan tenang, "Aku mau bertemu Kak Ferdy."Irfan menimpali seraya mengernyit, "Pak Ferdy nggak punya waktu untuk bertemu denganmu. Kamu pulang saja."Theo tertegun sejenak, lalu bertanya, "Bukannya dia terus mencariku?""Sebelumnya Pak Ferdy memang mencarimu," sahut Irfan. Dia tidak ingin menjelaskan kepada Theo, jadi dia langsung mengusir Theo, "Kamu pulang saja. Aku nggak akan membiarkanmu bertemu Pak Ferdy."Theo bertanya lagi, "Apa terjadi sesuatu kepada Kak Ferdy?""Cepat pulang," ujar Irfan. Dia mundur, lalu Theo segera maju. Namun, Irfan langsung menutup pintu dengan kuat.Theo terkejut. Semalam, dia sudah mempersiapkan mentalnya dan membayangkan berbagai kejadian saat bertemu dengan Ferdy. Kemudian, Theo memberanikan diri untuk datang ke Harbourside Villa. Alhasil, Theo bahkan tidak bisa bertemu dengan Ferdy! Theo memandang ke arah lantai 2 vila dengan kebingungan. Sebenarnya apa maksud Ferdy?Sementara itu, Irfan kembali ke kamar Ferdy. Dia melihat Ferdy yang dud
Situasi di kediaman Keluarga Milano kacau balau, tetapi Ferdy masih belum datang. Antoni yang kesal langsung membawa Brian dan Sharren ke Harbourside Villa. Di perjalanan, Sharren mengirim pesan kepada Chelsea. Dia memberi tahu Chelsea bahwa Theo diculik oleh Ferdy dan dikurung di Harbourside Villa. Mereka sampai di Harbourside Villa pada tengah malam.Antoni berjalan di paling depan sehingga tidak ada yang berani menghalangi mereka masuk. Irfan mundur sampai ke ruang tamu. Dia menjelaskan, "Aku sudah bilang tadi, Pak Ferdy nggak bertemu dengan Theo. Mana mungkin Pak Ferdy menculiknya?"Tentu saja Sharren tidak percaya dengan ucapan Irfan. Dia berteriak ke arah tangga, "Ferdy, cepat keluar! Kamu pasti berbuat jahat makanya nggak berani datang ke kediaman tua!"Kasih segera menghentikan Sharren, "Jangan teriak ... di rumah ini ada anak kecil. Nanti dia ketakutan."Sharren tetap berteriak, "Ferdy! Cepat keluar! Kembalikan Theo kepadaku! Kamu pasti akan mendapat karma karena terlalu banya
Akhirnya, Sharren yang berteriak sambil menangis dibawa pergi oleh Brian. Sebelum pergi, Antoni menatap Ferdy lekat-lekat seraya mengingatkan, "Ferdy, jangan lupa, Keluarga Milano nggak akan menerima orang yang menyakiti saudaranya."Antoni masih kurang percaya dengan Ferdy, makanya dia memperingatkan Ferdy lagi. Sementara itu, Ferdy hanya terdiam sembari memandang Antoni dan lainnya pergi. Angin malam berembus, tatapan Ferdy menjadi muram. Dia merasa kedinginan.Irfan menghampiri Ferdy dan melapor, "Pak Ferdy, aku sudah memeriksa rekaman kamera pengawas di tempat petugas keamanan vila setelah menerima panggilan telepon. Ada sebagian data dari rekaman kamera pengawas hilang. Aku juga mengecek rekaman kamera pengawas pintu masuk, tapi aku nggak melihat Theo keluar dari vila. Menurutmu, apa mungkin Theo masih ada di vila?"Selesai bicara, Irfan menunduk dan melanjutkan saat melihat Ferdy tidak berbicara, "Seharusnya aku nggak berinisiatif untuk menyelidikinya ...."Ferdy menyergah, "Seli
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me