Sebagai seorang dokter, Chelsea langsung menghampiri Frank dan bertanya, "Di mana dia?""Di lantai atas ...." Frank menggenggam Chelsea dengan tangannya yang berlumuran darah, lalu bertanya, "Kamu bisa menyelamatkan Sandra?""Aku harus periksa kondisinya dulu," sahut Chelsea yang menarik tangannya.Setelah mengatakan itu, Chelsea langsung naik tanpa memedulikan orang lain. Ferdy juga tidak menghalangi mereka, hanya mengikuti Chelsea.Di dalam kamar, terlihat Sandra yang wajahnya pucat pasi. Dia berbaring sambil meratap, genangan darah membasahi karpet di bawah tubuhnya.Chelsea masuk, lalu berjongkok di samping Sandra dan menyibakkan roknya untuk melihat. Adegan mendadak ini membuat Ferdy sontak menghentikan langkah kakinya. Wajahnya memucat, dia pun merasa sangat mual.Chelsea fokus menyelamatkan Sandra sehingga tidak menyadari kondisi Ferdy. Dia menancapkan beberapa jarum ke tubuh Sandra agar sakitnya mereda untuk sementara waktu. Kemudian, Chelsea berseru kepada orang di luar, "Dia
Setelah pulang ke rumah, Chelsea pun mandi. Dia juga membuang pakaian yang ternodai darah ke tong sampah. Kemudian, dia membawa jaket Ferdy keluar dari kamar mandi. Chelsea mengeluarkan ponsel. Kebetulan Ferdy mengirim pesan kepadanya.[ Sandra dan anaknya selamat. ]Pesan yang singkat ini membuat Chelsea senang. Dia membalas pesan Ferdy.[ Oke. ]Chelsea terus melihat ruang obrolan untuk waktu yang lama. Dia masih ragu-ragu untuk menanyakan kondisi Ferdy. Meskipun hari ini Ferdy terlihat tenang, Chelsea tetap merasa tidak tenang.Beberapa tahun ini, Chelsea juga banyak bertemu dengan pasien yang punya trauma masa kecil. Orang-orang tersebut memang tampak normal sesudah menjalani pengobatan. Namun, jika melihat kejadian serupa, penyakit mereka akan kambuh.Hanya saja, kalau sekarang Ferdy bisa memperhatikan kondisi Sandra, seharusnya kondisi Ferdy tidak terlalu buruk. Akhirnya, Chelsea meletakkan ponselnya di atas meja.....Dalam waktu 3 hari, Hope Cloud langsung menjadi platform medi
Malcolm tidak mempersulit Timothy. Dia hanya menghabiskan kue kastanya. Malcolm suka makanan manis. Kue di toko ini cocok dengan selera Malcolm. Sebelum pergi, Malcolm membeli kue lagi, lalu menyuruh bawahannya untuk melepaskan Ardi dan lainnya.Ardi bergegas menghampiri Timothy dan melindunginya. Dia menatap Malcolm dengan garang."Jangan melihatku dengan tatapan seperti itu," ucap Malcolm dengan santai. Namun, tatapannya tampak mengintimidasi.Melihat Ardi yang tidak bersikap patuh, Malcolm tersenyum sinis dan berkomentar, "Kelihatannya, kamu sudah meninggalkan Zenith terlalu lama. Kamu sudah lupa dulu kamu itu bawahanku. Aku paling benci bawahan yang melupakan majikannya."Kemudian, Malcolm mundur. Bawahannya langsung paham, mereka menggerakkan pergelangan tangan dan maju. Malcolm mengingatkan, "Jangan sakiti anak-anak." Setelah itu, Malcolm keluar dari toko kue dan mengabaikan suara perkelahian di belakang.....Sore harinya, Chelsea mendengar suara tangisan Melvin begitu masuk. Ar
Chelsea menghubungi Malcolm. Mereka akan bertemu 3 hari lagi di lapangan tembak. Saat Chelsea sampai, Malcolm baru selesai menembak 1 putaran. Terdapat banyak bekas tembakan pada target. Malcolm melepaskan pelindung mata dan earphone. Dia tersenyum licik dan bertanya sambil menatap Chelsea, "Sudah berapa lama kamu nggak pegang pistol?"Chelsea berujar, "Hari ini aku datang untuk ....""Kalau kamu menang, kamu baru berhak bernegosiasi denganku," kata Malcolm. Dia menyerahkan sebuah pistol kepada Chelsea dan bertanya, "Ini pistol Beretta U22, bagaimana?"Chelsea tidak ingat sudah berapa lama dia tidak memegang pistol. Namun, setelah mendengar perkataan Malcolm, sepertinya hari ini Chelsea harus bertanding dengan Malcolm.Melihat Chelsea yang berdiri di posisinya, Malcolm diam-diam tersenyum. Dia lumayan suka dengan karakter Chelsea. Jika Chelsea bukan anggota Keluarga Soraya ....Begitu pemikiran ini muncul, Malcolm langsung menyingkirkannya. Tatapannya menjadi dingin.Chelsea langsung m
"Kak Malcolm, kalau kamu bersikeras begini, nggak ada yang perlu dibicarakan di antara kita lagi. Kamu kira aku masih sama seperti dulu?" Chelsea mundur selangkah sembari mengangkat alisnya. Penampilannya yang seperti ini persis dengan rubah yang siap menyerang."Hope Cloud harus dijalankan, dia harus dilindungi." Ketika negosiasi pertama, Chelsea masih belum memiliki kepercayaan diri sehingga memilih untuk mengalah. Kini, dia disokong oleh Hope, bahkan berhubungan dengan banyak orang kaya dari dalam negeri ataupun luar negeri. Bagi Zenith, sumber daya seperti ini sangatlah berharga.Malcolm terdiam dan terus melirik Chelsea. Pada tatapannya yang tenang, samar-samar terlihat niat membunuh."Meskipun kamu kepala inti Zenith, organisasi mementingkan keuntungan. Begitu 2 kepala lainnya mendapati kamu berniat menghancurkan Hope, kira-kira seperti apa hasilnya?" tanya Malcolm.Chelsea terkekeh-kekeh dan menyahut, "Kak Malcolm, kita bekerja sama dengan sangat baik selama beberapa tahun. Aku
Di kediaman Keluarga Soraya. Begitu Chelsea turun dari mobil, terlihat 3 pria dewasa langsung menghampiri.Ardi bertanya dengan panik, "Kak Chelsea, kamu baik-baik saja, 'kan? Kak Malcolm menyulitkanmu nggak?""Aku baik-baik saja." Chelsea terkekeh-kekeh, bahkan berputar untuk menunjukkan semuanya dan berkata, "Lihat saja sendiri."Ardi dan Melvin menghela napas lega melihatnya. Sementara itu, Kendrian tidak tahu siapa yang mereka maksud sehingga mengernyit sambil bertanya, "Siapa Kak Malcolm?""Kak Malcolm itu ...." Begitu mendapat isyarat mata dari Ardi, Melvin langsung mengatupkan bibir. Identitas para ketua di Zenith selalu dirahasiakan, dia hampir saja membuat masalah.Kendrian terus melirik Ardi dan Melvin. Dia kira-kira sudah mengetahui identitas orang itu sehingga bertanya, "Maksud kalian, ketua dari Zenith?""Jangan sembarangan menebak." Chelsea segera mengalihkan topik, "Bukannya kamu bilang tahu lokasi Theo? Bajingan ini tahunya cuma bersembunyi setelah membuat masalah. Bena
Theo berucap dengan tenang, "Aku mau bertemu Kak Ferdy."Irfan menimpali seraya mengernyit, "Pak Ferdy nggak punya waktu untuk bertemu denganmu. Kamu pulang saja."Theo tertegun sejenak, lalu bertanya, "Bukannya dia terus mencariku?""Sebelumnya Pak Ferdy memang mencarimu," sahut Irfan. Dia tidak ingin menjelaskan kepada Theo, jadi dia langsung mengusir Theo, "Kamu pulang saja. Aku nggak akan membiarkanmu bertemu Pak Ferdy."Theo bertanya lagi, "Apa terjadi sesuatu kepada Kak Ferdy?""Cepat pulang," ujar Irfan. Dia mundur, lalu Theo segera maju. Namun, Irfan langsung menutup pintu dengan kuat.Theo terkejut. Semalam, dia sudah mempersiapkan mentalnya dan membayangkan berbagai kejadian saat bertemu dengan Ferdy. Kemudian, Theo memberanikan diri untuk datang ke Harbourside Villa. Alhasil, Theo bahkan tidak bisa bertemu dengan Ferdy! Theo memandang ke arah lantai 2 vila dengan kebingungan. Sebenarnya apa maksud Ferdy?Sementara itu, Irfan kembali ke kamar Ferdy. Dia melihat Ferdy yang dud
Situasi di kediaman Keluarga Milano kacau balau, tetapi Ferdy masih belum datang. Antoni yang kesal langsung membawa Brian dan Sharren ke Harbourside Villa. Di perjalanan, Sharren mengirim pesan kepada Chelsea. Dia memberi tahu Chelsea bahwa Theo diculik oleh Ferdy dan dikurung di Harbourside Villa. Mereka sampai di Harbourside Villa pada tengah malam.Antoni berjalan di paling depan sehingga tidak ada yang berani menghalangi mereka masuk. Irfan mundur sampai ke ruang tamu. Dia menjelaskan, "Aku sudah bilang tadi, Pak Ferdy nggak bertemu dengan Theo. Mana mungkin Pak Ferdy menculiknya?"Tentu saja Sharren tidak percaya dengan ucapan Irfan. Dia berteriak ke arah tangga, "Ferdy, cepat keluar! Kamu pasti berbuat jahat makanya nggak berani datang ke kediaman tua!"Kasih segera menghentikan Sharren, "Jangan teriak ... di rumah ini ada anak kecil. Nanti dia ketakutan."Sharren tetap berteriak, "Ferdy! Cepat keluar! Kembalikan Theo kepadaku! Kamu pasti akan mendapat karma karena terlalu banya