Sebelum datang ke acara amal, Chelsea tidak menyangka acaranya akan semegah ini. Di perjalanan, Agnes bahkan terus berkata padanya, "Anggap saja ini sebuah perkumpulan dengan kakak-kakak sekalian, jangan terlalu kaku."Setibanya di lokasi acara, Chelsea baru menyadari bahwa yang berkumpul di acara ini semuanya adalah orang kaya dan bos. Setiap orang memiliki aset yang setidaknya bernilai triliunan. Jelas sekali acara ini adalah sebuah perkumpulan konglomerat.Chelsea menoleh dan tersenyum pada Agnes. "Kak Agnes, kamu bilang ini sebuah perkumpulan teman biasa?"Agnes tersenyum dengan lembut saat menjawab, "Di kalangan kita ini, bukannya ini memang pertemuan biasa?"Chelsea tidak bisa menyangkalnya, "Benar juga sih.""Kubawa kamu untuk temui tokoh utama hari ini dulu, kakakku yang baik," ajak Agnes sambil menarik Chelsea masuk dan berjalan melalui beberapa orang yang tampak memukau.Dari jarak yang cukup jauh, Chelsea melihat seseorang yang dikerumuni dan disanjung oleh beberapa orang. W
Mendengar suara itu, Chelsea langsung menoleh. Dia melihat Vera yang mengenakan sepatu hak tinggi sedang berjalan mendekat, diikuti oleh Sandy di belakangnya. Ekspresi Vera terlihat sangat buruk. Dia curiga bahwa Chelsea sengaja datang ke acara ini karena mengetahui Sandy akan hadir. Kalau tidak, mana mungkin Chelsea bisa termasuk dalam undangan Yunita dengan statusnya saat ini?Vera melihat ke arah Agnes, lalu bertanya dengan kesal, "Kamu yang membawanya ke sini? Kalau Kak Yunita tahu kamu bawa orang rendahan begini untuk mengacaukan pestanya, lihat saja bagaimana dia beri kamu pelajaran!"Agnes membalas dengan wajah muram, "Jaga ucapanmu. Lihat saja gayamu sekarang, sepertinya kamu yang lebih pantas dibilang rendahan.""Kamu ...." Vera merasa sangat kesal.Sandy menarik lengan Vera dengan pelan, lalu menatap Agnes dengan perasaan bersalah, "Bu Agnes, ucapan ibuku memang keterlaluan. Aku mewakilinya minta maaf padamu."Sambil berbicara, dia berbalik untuk mengingatkan Vera, "Bu, ini a
Chelsea menyantap kue dengan santai, lalu mencemooh, "Diana, padahal kamu dari keluarga terpelajar, tapi aku nggak tahu apa yang sudah kamu pelajari selama ini."Raut wajah Diana sontak berubah. Dia bertanya, "Apa maksudmu?"Chelsea bersandar ke belakang dan menyilangkan kaki panjangnya. Sikapnya santai, tetapi terkesan sombong. Dia segera menjelaskan, "Rahim itu milik kita sendiri dan anak tumbuh di dalam rahim. Jadi, wanita jelas punya hak reproduksi yang mutlak. Memangnya aku nggak boleh melahirkan anak untuk diriku sendiri?"Chelsea berdecak kesal sebelum bertanya, "Jadi menurutmu, kita punya rahim karena pria butuh? Sebagai wanita, kita hidup di dunia ini cuma untuk melahirkan keturunan mereka?" Seolah-olah teringat dengan sesuatu, Chelsea pun berucap sambil tersenyum, "Aku hampir lupa, kamu bahkan rela melakukan operasi steril untuk pria. Pantas kamu bisa bilang seperti itu.""Kamu ...." Diana menggertakkan giginya. Wajahnya bahkan sudah memerah.Wanita itu menahan amarahnya, lal
Setelah pengumuman pembentukan dana, orang-orang yang ingin memberi selamat kepada Chelsea tidak berhenti menghampirinya. Chelsea hanya meneguk sedikit setiap kalinya, tetapi akhirnya dia tetap minum beberapa gelas anggur. Pipinya sudah agak merona.Di kejauhan, Irfan mendekati Ferdy sambil berucap, "Pak Ferdy, gimana kalau kamu bantu Bu Chelsea menahan mereka?"Ferdy masih memandang Chelsea. Dia menjawab sambil tersenyum samar, "Nggak perlu. Dia sangat senang hari ini, biarkan dia minum beberapa gelas lagi."Ferdy berhasil menebak pemikiran Chelsea. Wanita itu sedang dalam suasana hati yang baik, bahkan ingin minum sampai mabuk. Namun, senyuman Chelsea berubah menjadi dingin ketika Sandy muncul dalam pandangannya."Selamat, Chelsea," ujar Sandy sambil menyodorkan gelas anggur ke arahnya. Akan tetapi, Chelsea menolak untuk bersulang dengannya."Makasih, Sandy." Usai berkata demikian, Chelsea meneguk sisa anggur dalam gelasnya. Melihat ini, Sandy langsung merasa kesal. Wanita itu langsu
Sandy menyadari kesalahannya. Dia menarik Vera dengan kuat dan memberinya isyarat untuk diam. Baru setelah itu, Vera bergerak mundur ke belakang Sandy dengan sedih. Dia tidak lupa menatap tajam ke arah Chelsea.Sebagai sosok pria yang elegan, ini pertama kalinya Sandy mengalami kejadian memalukan di depan banyak orang. Dia merasa sangat malu. Pria itu menoleh ke arah Chelsea sambil menahan amarahnya. Sandy melemparkan pandangan penuh permohonan seraya bertanya, "Chelsea, kita selesaikan salah paham ini secara pribadi saja. Gimana menurutmu?"Chelsea mengerucutkan bibirnya. Matanya yang berkaca-kaca membuatnya terlihat sangat lemah. Orang-orang akan bersimpati melihatnya. Namun, hanya Sandy yang tahu betapa jahatnya wanita ini. Chelsea sengaja tidak memberinya kesempatan untuk meredakan situasi.Berhubung tak sanggup melihat Chelsea tertekan, Yunita menatap ke arah Sandy dan berkata dengan serius, "Aku kira kamu adalah orang yang berani mengakui tindakanmu sendiri. Bukannya meluruskan k
Tanpa perlu berbalik, Chelsea sudah mencium aroma kayu yang tidak asing. Dia segera menahan pergelangan tangan Ferdy dan menghindar dengan gesit. Setelah berputar, Chelsea langsung menahan tangan pria itu di belakang punggung.Sayangnya karena mabuk, kekuatan Chelsea agak melemah. Dia segera ditarik kembali ke dalam pelukan Ferdy. Kali ini, Ferdy menjadi lebih waspada. Chelsea sama sekali tidak bisa melepaskan diri. Dia menatap tajam ke arah Ferdy sambil memerintahkan, "Lepaskan aku.""Biarkan aku mengantarmu," ucap Ferdy. Sembari melihat mata Chelsea yang memesona, dia bertanya dengan heran, "Apa aku bikin salah?"Lantaran mabuk, semua emosi yang ditahan dalam hati dilepaskan dan bahkan diperbesar. Saat ini, Chelsea hanya merasa sangat kesal ketika melihat Ferdy. Wanita itu membalas, "Apa aku harus bersikap baik pada mantan suami yang berengsek?""Hmm?" Ferdy tidak ingin bertengkar dengan orang mabuk. Itu sebabnya, dia memutuskan untuk menggendong Chelsea dan berjalan menuju mobil.Ch
Melvin menjelaskan, "Pagi ini ketika aku mau bangunkan Timothy, dia ternyata nggak ada di kamarnya. Tasnya juga nggak ada. Jadi, aku pergi cek rekaman CCTV. Timothy ternyata sudah keluar rumah dari jam setengah 7 pagi. Kak Ardi sudah pergi mencarinya dengan mobil. Dia suruh aku memberitahumu, jadi kita bisa berpencar mencarinya."Setelah mendengarkan laporan Melvin, Chelsea mengenakan mantel dan langsung keluar tanpa mencuci mukanya. Melvin mengikutinya dan naik ke mobil. Begitu sabuk pengaman dipasang, mobil Chelsea langsung melaju dengan sangat cepat. Hal ini membuat Melvin terkejut. Dia hanya bisa diam-diam merapatkan sabuk pengamannya sambil berdoa dalam hati.....Setengah jam kemudian, rumah Keluarga Milano juga mendapat telepon dari TK. "Kenapa Maura nggak datang ke sekolah? Apa dia sakit?" tanya guru yang perhatian.Ekspresi Antoni menjadi serius, lalu dia memarahi, "Omong kosong! Pagi tadi, aku sudah antar dia ke sekolah. Aku akan segera ke sana, pokoknya kalian harus menemuka
Hingga telepon ditutup, Chelsea tidak mengeluarkan suara. Namun, emosinya sudah terkendali. Setelah menyeka air mata, dia lagi-lagi menyetir mobilnya. Pada tengah hari, Melvin menerima telepon dari Ardi."Timothy sudah bawa pulang anak haramnya Ferdy," ucap Ardi. Dia jauh lebih waspada. Sambil mencari orang di luar, dia juga terus memantau kamera CCTV di rumah Chelsea. Ketika melihat Timothy dan Maura duduk di ruang tamu, Ardi merasa lega tetapi juga sangat kesal. Bocah nakal itu keluar begitu saja dan membawa pulang anak orang lain. Nyalinya sungguh besar.....Satu jam kemudian, Chelsea kembali ke rumah dengan emosi."Timothy, kamu tahu apa yang kamu lakukan?" Teriakan Chelsea membuat Maura ketakutan. Dia bersembunyi di belakang Timothy dan memandang Chelsea dengan ngeri. Chelsea terlihat sangat menyeramkan sekarang.Sementara itu, Timothy mendongak dengan percaya diri. Dia bersikap seperti pria dewasa, lalu menjawab, "Aku tahu."Mata Chelsea sudah memerah. Dia berbicara dengan suara
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me