Chelsea menatap Ferdy sambil mengernyit. Dia makin tidak memahami Ferdy. Sementara itu, Ferdy yang merasakan tatapan Chelsea menoleh. Dia memandang Chelsea dengan curiga.Chelsea berusaha menenangkan dirinya, lalu bertanya, "Anggota Keluarga Milano sudah tahu identitas Timothy?""Um, aku yang bilang," sahut Ferdy dengan tenang. Dia bahkan terkesan sedikit bangga.Chelsea menimpali, "Kenapa kamu membocorkan rahasia ini? Bukannya kamu sudah mau menikah dengan Diana? Apa untungnya kamu berbuat seperti ini?""Vera mendengar kabar kamu melahirkan anak ...," ujar Ferdy. Dia tidak ingin menyebutkan kata "haram", jadi dia melanjutkan, "Itulah sebabnya aku mengakui bahwa Timothy itu anakku."Chelsea tertegun sejenak. Kemudian, dia bertanya lagi, "Apa kamu pernah memikirkan perasaan Diana kalau dia tahu hal ini?"Ferdy menjawab dengan santai, "Cepat atau lambat dia pasti tahu."Diana sudah mengetahui hal ini, bahkan Chelsea yang memberitahunya. Chelsea bertanya kepada Ferdy hanya untuk menguji F
Sore harinya, Ferdy menggendong Maura yang tertidur pulas keluar dari rumah Chelsea. Maura masih memeluk boneka itu dengan erat. Ferdy berucap, "Maaf mengganggumu." Dia mengangguk kepada Chelsea, lalu naik ke mobil.Di bawah cahaya senja, Chelsea memandang mobil Maybach yang melaju pergi. Dia baru menyadari sesuatu, bisa-bisanya Ferdy membawa putrinya mencari Timothy! Bahkan, Ferdy bisa menjaga sikapnya dengan begitu baik. Rasanya tidak mungkin Ferdy bisa melakukan hal seperti ini!Bagaimanapun, untung saja Ferdy bukan datang untuk mencari Theo. Chelsea mengembuskan napas lega, lalu berjalan masuk dan menutup pintu.Timothy yang berada di dalam kamar sedang bermain laptop. Dia juga memakai earphone. Timothy tampak sangat serius.Chelsea mendekati Timothy. Sebelum sempat melihat jelas gambar di layar laptop, Timothy sudah menutup laptopnya. Timothy memandang Chelsea seraya bertanya dengan ekspresi kesal, "Mama, kenapa kamu nggak mengetuk pintu sebelum masuk?"Chelsea tersenyum canggung
Irfan menjawab panggilan telepon, lalu melapor kepada Ferdy, "Theo pergi menemui Sharren. Tapi, ada yang menjaga Theo. Jadi, Theo nggak berhasil ditangkap."Setelah tahu bahwa Theo pulang dari luar negeri, Ferdy langsung mengutus 2 kelompok bawahannya untuk mencari Theo dan mengikuti Sharren. Akhirnya, mereka berhasil menemukan Theo!Tatapan Ferdy terlihat muram. Irfan menelan ludah, lalu bertanya, "Bagaimana sekarang?"Ferdy bertanya balik, "Apa orang yang menjaga Theo itu Ardi dan anak buahnya?"Irfan mengangguk seraya menyahut, "Iya." Irfan baru teringat saat dalam perjalanan menuju ke kediaman Soraya, dia melihat sebuah mobil Volkswagen.Irfan langsung menepuk kepalanya dan berujar, "Theo bersembunyi di kediaman Soraya! Pak Ferdy, apa perlu mengutus orang ke kediaman Soraya ....""Kamu mau menakuti anak-anak?" sergah Ferdy dengan tatapan dingin. Dia terdengar marah.Irfan menggaruk kepalanya dan menimpali, "Aku memang kurang teliti.""Biarkan dulu. Kalau Theo ingin bersembunyi sela
Sharren terus terisak-isak sejak menginjakkan kaki ke dalam Kediaman Milano. Brian merangkul bahunya dan membujuk lembut, "Berhentilah menangis, masalah ini bukan ....""Gimana aku bisa nggak menangis? Ini salahku! Seharusnya aku nggak menikah denganmu. Sekarang putraku yang harus menanggung akibatnya. Dia punya rumah, tapi nggak bisa kembali. Belum lagi dia masih harus terus mengkhawatirkan keselamatannya," balas Sharren dengan pedih.Sharren melempar tatapan memelas pada Antoni dan berkata, "Pa, tolong bantu Theo, dia juga cucumu. Papa nggak tahu ... sesulit apa hidupnya di luar. Bahkan waktu Theo sakit, Ferdy tetap nggak melepaskannya. Theo sudah bersembunyi 5 tahun di luar negeri. Sudah seperti itu, Ferdy masih belum puas. Kalau begitu, sebenarnya apa yang dia inginkan?""Apa dia benar-benar ingin membunuh saudaranya sendiri?" jerit Sharren dengan histeris.Antoni menyahut dengan raut muram, "Baiklah, sekarang aku sudah mengetahui masalah ini. Aku akan bicara dengan Ferdy nanti."
Di Soraya Jewelry.Chelsea baru keluar dari departemen desain ketika dia melihat Sandy menunggunya sambil membawa sebuah buket bunga. Beberapa karyawan di kantor sekretaris memandang pria itu. Saat melihat Chelsea yang berjalan mendekat, mereka segera kembali ke meja mereka masing-masing.Chelsea melirik bunga di tangan Sandy dan bertanya, "Pak Sandy, apa maksudmu dengan bunga ini?""Karena pesanku nggak dibalas, aku hanya bisa langsung berkunjung," sahut Sandy. Dia menyodorkan buket bunga itu sambil melanjutkan, "Aku nggak mungkin datang dengan tangan kosong waktu bertemu Bu Chelsea. Semoga kamu suka."Chelsea tidak berniat menerima hadiah itu. Dia menatap Sandy dan berujar, "Terima kasih atas niat baikmu, tapi ada baiknya kamu nggak melakukan hal yang mudah disalahartikan seperti ini di masa depan."Sandy tertawa kecil dan membalas, "Ini cuma buket bunga, nggak ada maksud lain. Kita nggak perlu takut orang-orang menyebarkan rumor aneh-aneh kalau kita memang nggak bersalah."Chelsea b
Chelsea memberikan buket bunga pada asistennya. Setelah itu, dia meminta Vera masuk ke kantornya, sengaja meninggalkan Sandy sendirian di luar pintu.Vera mengikuti langkah Chelsea dengan amarah membara di dada. Tujuannya datang ke sini adalah untuk memperingatkan Chelsea menjauhi Sandy. Tak disangka, dia justru menangkap basah saat keduanya sedang bersama. Vera pun memanfaatkan kesempatan ini untuk langsung mengonfrontasi Chelsea supaya wanita itu tidak menempeli putranya lagi.Setelah bokongnya menyentuh kursi, Vera langsung membanting kuat tasnya ke meja untuk menunjukkan kemarahannya pada Chelsea.Chelsea sama sekali tidak terpengaruh. Senyum tidak pernah luntur dari wajahnya saat dia berkata, "Sekarang tinggal kita berdua di sini. Bisakah kita berunding sekarang?""Berunding? Apa yang bisa kamu rundingkan denganku? Kamu pikir siapa dirimu?" ujar Vera dengan masam."Tentu saja merundingkan Pak Sandy. Kenapa? Apa dia kurang berharga untuk menjadi bahan negosiasi di matamu?" sahut C
"Kurasa yang dia katakan ada benarnya. Aku juga penasaran, seberapa berharga aku di hatimu," ujar Sandy dengan santai.Vera tertegun sejenak, lalu berkata, "Apa maksudmu?""Nggak, aku cuma tiba-tiba penasaran," sahut Sandy sambil merapikan dasinya. Ekspresi di wajahnya tampak serius, sama sekali tidak seperti sedang bercanda.Jika Chelsea ingin memeras Vera, Sandy bisa membantunya. Berhubung wanita itu menginginkan uang, dia akan memberikannya sebagai wujud ketulusan. Bagi Sandy, memuaskan seseorang secara materi lebih mudah daripada memberikan cinta.Vera menatap tidak percaya pada Sandy. Ini putra yang dikasihinya, mengapa dia seperti orang yang sangat asing baginya? Sebelum ini, Sandy tidak pernah terlihat tertarik dengan hubungan percintaan. Dia tidak pernah begitu tidak berprinsip dan membela orang luar seperti sekarang. Apakah Chelsea sudah menaruh guna-guna pada Sandy?Hingga Sandy mengantarnya ke Kediaman Milano, Vera tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia benar-benar linglung. Ba
Seminggu kemudian, Vera datang lagi. Kali ini, Vera telah membuat janji lebih awal. Dia menjadi lebih taat aturan. Asisten pun membawa Vera ke ruang tamu.Beberapa saat kemudian, Chelsea baru menghampirinya. Ketika sepatu hak tingginya menginjak lantai, aura kuat yang tak kasatmata seolah-olah menggema.Begitu melihat Chelsea duduk, kebencian dalam tatapan Vera perlahan memudar. Dia tidak ingin berurusan dengan Chelsea. Vera langsung mengeluarkan kartu bank dari dalam tas sambil berucap, "Di dalamnya ada 40 miliar. Tolong menjauh dari Sandy setelah ambil uangnya."Chelsea malah menyindir seraya tersenyum, "Ternyata Pak Sandy cuma bernilai segitu.""Kamu ...." Vera menggenggam kartu bank dengan erat dan mengambil napas dalam-dalam. Awalnya, dia tidak ingin memberikan uang sepeser pun. Namun, obrolannya dengan Sharren dua hari lalu telah membuatnya berubah pikiran.Kala itu, Vera mengira bahwa dia bisa membujuk Sharren untuk berpihak padanya. Bagaimanapun, hubungan Sharren dan Chelsea ha