Saat Ferdy tiba di Kediaman Milano, segenap kediaman tengah diliputi atmosfer duka.Diana bergegas menyambutnya dengan berlinang air mata sambil berkata, "Erdy, cepat temui Nenek, dia ...."Orang yang menelepon Ferdy tadi adalah Diana. Saat itu, dokter sedang melakukan upaya penyelamatan terakhir bagi Anissa. Meski telah berusaha sebaiknya, sang dokter akhirnya memberi tahu mereka bahwa harapan hidup Anissa sudah sangat tipis.Ruangan itu dipenuhi orang-orang Keluarga Milano. Anissa berbaring di kasur dengan mata berkabut yang menatap lurus ke langit-langit. Dia sudah sekarat dan di ujung napas terakhirnya.Saat Ferdy masuk, Antoni mundur ke belakang dan membiarkan cucunya mendekat. Saat ini , Anissa sudah tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Dengan sekuat tenaga, dia berusaha memandang ke arah Ferdy, lalu menoleh pada Diana.Ferdy bisa menebak maksud Anissa. Sang nenek sedang membuat permintaan sebelum dia meninggal. Namun, Ferdy baru mengetahui bahwa anaknya dengan Chelsea masih
Keluarga Milano adalah keluarga terkemuka di Kota Mahara. Wajar jika kabar kematian Anissa akan tersebar luas.Ketika Chelsea menerima kabar tersebut, kebetulan dia sedang mengambil pakaian ganti untuk Timothy. Olivia mengirimkan setumpuk pesan suara kepadanya. Chelsea pun menekan pesan suara panjang teratas.“Bu Anissa meninggal! Keluarga Milano ….” Baru terdengar awal kalimat saja, Chelsea segera menutupnya, lalu spontan melirik ke sisi Timothy yang sedang mengenakan pakaian dengan patuhnya.Sepertinya Timothy tidak kedengaran. Chelsea menghela napas lega, lalu mengecilkan volume ponselnya, lanjut mendengar pesan suara itu.Anissa telah meninggal. Anggota Keluarga Milano akan mengadakan upacara besar-besaran selama seminggu. Pada saat itu, seluruh anggota Keluarga Milano akan berkumpul semuanya. Konon katanya, bahkan putra ketiga Anissa yang melarikan diri dari rumah, Frank Milano, juga akan kembali.Kali ini, Keluarga Milano menjadi ramai.Chelsea juga tidak tahu banyak mengenai mas
Pada hari kematian Anissa, hujan tak berhenti mengguyur Kota Mahara.Ada banyak mobil mewah berhenti di depan balai pemakaman. Hari ini sudah hari ketiga kepergian Anissa. Masih banyak tamu yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir.Raut semua orang kelihatan sangat serius. Saat memberi hormat kepada mendiang, bahkan ada yang meneteskan air mata.Upacara pemakaman ini juga telah berubah menjadi kesempatan bagi para pebisnis untuk saling bertemu. Mereka semua hendak meninggalkan kesan bagus di hati Keluarga Milano. Jadi, mereka berlagak bagai bisa mengerti perasaan kehilangan anggota Keluarga Milano.Ferdy sungguh bosan ketika melihat muka dua mereka semua. Saat dia hendak memasuki ruangan, terdengar suara panggilan pengurus rumah dari luar sana. “Pak Frank!”Semua orang di dalam aula upacara spontan melirik ke arah datangnya suara. Tampak seorang lelaki paruh baya sedang memapah seorang wanita berperut buncit berjalan perlahan ke dalam.Lantaran tidak pernah bertemu selama 10
Suasana di dalam ruangan sangatlah hening.Seorang wanita hamil berinisiatif untuk berdiri dan memperkenalkan diri. “Namaku Sandra Oktavia. Aku istrinya Frank. Kami ….”“Heh.” Suara dengus dingin memotong ucapan Sandra.Sandra melihat ke sisi Brian. Dia masih bersikap sopan. “Kamu kakak pertama Frank, ‘kan? Aku sering mendengarmu dari Frank. Selama ini dia hidup sendirian di luar. Dia sangat merindukan anggota keluarganya. Dia ….”“Cukup, kamu nggak berhak untuk bicara di sini.” Brian menatap Frank dengan wajah tegas. “Hari ini Papa lagi istirahat di rumah. Selagi dia lagi nggak di sini, cepat selesaikan hubunganmu dengan wanita ini.”“Sandra itu istriku.” Raut wajah Frank tidak berubah. “Aku bisa membawanya pulang, itu berarti aku sudah bersiap-siap untuk menanggung semuanya. Kalau kalian nggak bisa menerimanya, aku akan pergi bersamanya setelah upacara selesai.”Baru saja Frank menyelesaikan omongannya, terdengar suara keras meja digebrak.“Kamu mau pergi lagi? Kamu kira Kediaman Mil
Ketika melihat Diana melarikan diri, Gino yang mesum itu segera meraih pergelangan tangannya.“Diana, kamu jangan lari. Ada yang ingin aku bicarakan kepadamu ….”“Plak!” Suara tamparan keras terdengar nyaring dari wajah Gino.Sekujur tubuh Diana gemetar. Dia menatap Gino dengan kedua mata merah. “Jangan muncul di hadapanku lagi! Nggak ada yang ingin aku katakan sama kamu!”Demi menunjukkan ketulusan hatinya, Gino melepaskan tangan Diana, lalu mengangkat kedua tangannya tanda dirinya telah menyerah.“Kelak kamu akan menjadi bagian dari Keluarga Milano. Apa kamu ingin terus memperlakukanku seperti ini? Dihitung-hitung, aku itu adik iparmu, kan? Kamu itu calon kakak iparku.”Setelah mendengar ucapan Gino, Diana pun langsung sadar. Memang benar! Seandainya Diana menikah dengan Ferdy, dia pasti akan sering berhubungan dengan Gino.Jika hubungan mereka seperti sekarang ini, Ferdy pasti akan curiga nantinya.Diana menahan rasa takut, lalu melangkah mundur. “Kamu … apa yang ingin kamu katakan?
Chelsea tidak ikut campur dalam masalah Keluarga Milano. Hingga upacara pemakaman berakhir, Chelsea juga tidak bertanya apa pun. Hanya saja, dia tidak menyangka dirinya akan tertiban masalah.Tetiba Chelsea menerima kabar dari Calvin. Katanya, anggota Keluarga Pangestu sedang mencari dokter. Sekarang Chelsea sedang berada di Kota Mahara. Ditambah lagi, upah yang akan diterima juga sangat besar. Calvin otomatis langsung kepikiran dengan Chelsea.Dalam kondisi seperti ini, Chelsea pun kepikiran besar kemungkinan masalah berhubungan dengan Keluarga Milano.Chelsea ragu sejenak, lalu tampak pesan baru yang dikirim oleh Calvin.[ Upahnya 40 miliar. ]Nominal itu langsung menghilangkan rasa ragu di hati Chelsea. Tidak ada orang yang tidak suka dengan uang, apalagi dengan nilai sebanyak ini. Sekarang Soraya Group sedang melakukan ekspansi, mereka pun membutuhkan uang banyak.Oleh sebab itu, Chelsea langsung menerima tawaran.Keesokan harinya, Chelsea memasang kamera CCTV, menyuruh Ardi dan Me
“Bawa aku ke dalam.” Chelsea hendak memasuki Kediaman Pangestu. Namun, tangannya malah ditarik oleh anak SMA itu.“Jangan sampai Papa tahu kamu itu dokter.” Raut wajah anak SMA kelihatan agak pucat. “Kamu … kamu bilang saja ….”“Sebelumnya Soraya Group ada kerja sama Pangestu Group. Beberapa hari ini aku nggak bisa menghubungi Bu Agnes, makanya aku datang ke sini.” Chelsea mengarang alasan yang cukup masuk akal.Kedua mata si anak SMA langsung berkilauan. “Iya! Kamu pintar sekali! Bilang saja seperti itu!”“Siapa namamu?” tanya Chelsea.“Cornelia Pangestu. Kamu bisa panggil aku Lia.”“Oke, Lia, bawa aku ke dalam.”“Oke!” Cornelia membawa Chelsea ke dalam rumah dengan kegirangan. “Papa, ada seorang kakak datang untuk membahas masalah bisnis!”Di dalam ruang tamu, Indra Pangestu berdiri. “Apa-apaan? Bukankah aku sudah bilang ….” Ketika melihat jelas wajah Chelsea, Indra spontan merasa syok. “Kamu … kenapa kamu ….”Chelsea pun melontarkan alasan yang sudah disusunnya tadi, lalu tersenyum
Setelah masuk selama setengah jam, masih tidak kedengaran gerak-gerik apa-apa dari dalam kamar.Indra yang menunggu di luar merasa gelisah. Saat dia hendak mengetuk pintu, Cornelia langsung menghentikannya.“Papa, sepertinya nggak sopan, deh? Bukankah kakak yang tadi suruh kita tunggu di luar?”“Kamu ….” Indra membelalaki Cornelia, lalu berkata dengan penuh curiga, “Ada yang aneh dengan kamu hari ini. Untuk apa kamu ikut campur dengan masalah orang dewasa?”“Aku ….” Cornelia merasa bersalah. Tanpa sadar dia menunduk, lalu berkata, “Aku lihat kamu nggak urus Tante. Aku merasa takut …. Papa, kenapa kamu nggak izinin dokter untuk periksa ….”Indra segera membekap mulut Cornelia. “Jangan sembarangan bicara.”Pada saat ini, Chelsea membuka pintu dan melihat gambaran di depan sana. Ujung bibir delimanya sedikit melengkung ke atas. “Kalian lagi ngapain?”“Nggak ….” Indra melepaskan tangannya. “Aku lagi beri sedikit pelajaran kepada anak ini, suka sekali sembarangan bicara. Bu Chelsea, kamu su
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me