Beranda / Romansa / Istri Pengganti Untuk Suamiku / Chapter 14 - Simbiosis Mutualisme

Share

Chapter 14 - Simbiosis Mutualisme

Penulis: LazuardiBianca
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Aileen merintih pelan, menyeret langkahnya tertatih, menyusuri lorong rumah sakit. Pandangannya berpindah dari satu sudut ke sudut lainnya untuk mencari sosok yang sangat dibutuhkannya saat ini.

"Ai, apa yang kamu cari?"

Mardiana menghampiri Aileen yang sedari tadi mengusik rasa penasarannya.

"Bu Mar, lihat Aira?"

"Aira?" Mardiana mengernyitkan keningnya, bingung.

"Semenjak suaminya diperbolehkan pulang, wanita itu tidak pernah lagi muncul disini."

Aileen berdiri, menyandarkan tubuhnya ke dinding. 'Kemana aku harus mencari wanita itu?' Pikir Aileen.

"Kamu mau ketemu sama Aira?"

Aileen mengangguk ringan. "Ya, ada sesuatu yang harus aku katakan padanya."

"Kamu ke rumah suaminya saja. Aira pasti ada disana," usul Mardiana.

'Ya, Aira pasti ada di sekitar suaminya,' batin Aileen membenarkan.

"Terima kasih, Bu Mar. Aku pergi dulu."

Aileen melanjutkan langkahnya, menuju pintu keluar rumah sakit. Begitu mencapai pintu lobi, sebuah tangan menangkap dan menariknya kembali.

"Apa yang kamu lakuka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 15 - Pengakuan

    'Bagas?!'Aileen membulatkan matanya kaget, terlebih begitu melihat sosok yang berdiri disamping Daren. "Da—dari atap," balas Aileen singkat lalu beralih pada Bagas—pria yang tengah menatapnya melalui sorot mata tajam.Meski dia telah membulatkan tekad untuk menemui Bagas tapi tetap saja hatinya tidak siap bila harus berpapasan langsung dengan pria itu, secepat ini."Bisa kita bicara?" "Bicara apa? Aku tidak berminat mendengar omong kosong mu lagi," sergah Bagas ketus.Aileen menelan amarah yang meluap naik untuk mengontrol emosinya. "Ada hal penting yang harus aku sampaikan." Ia melirik Aira yang sedari tadi ada disampingnya."Kamu udah makan siang, Ai? Gimana kalau kamu ikut kami makan bareng?" Sela Daren begitu melihat ketegangan diantara kedua pasiennya."Tidak," protes Bagas cepat. Namun Daren tak mengindahkannya."Sudah, dok," sahut Aileen lalu kembali beralih pada Bagas. "Bisakah kita bicara sebentar?" Pintanya setengah memohon.Bagas berdecak pelan lalu beralih pada sepupun

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 16 - Turun Ranjang

    "Bagas? Kamu baru pulang, Nak?"Bagas menghampiri sang Ibu yang telah menyambutnya di pintu depan dengan senyum terkembang."Iya, Ma." Ia memeluk dan mengecup sekilas pipi Cintya."Apa Mama menunggu ku?" Bagas mengiring ibunya untuk masuk ke dalam rumah bersamanya."Iya, Sayang. Gio bilang kamu dari rumah sakit, apa kata Daren?""Kondisi ku sudah lebih baik. Daren juga mengamuk dan segera mengusir ku pulang," canda Bagas.Cintya menepuk pelan lengan putra semata wayangnya. "Pasti kamu menggoda adik sepupu lagi.""Hmm. Mama mulai lagi deh. Selalu saja memihak Daren," goda Bagas. Sengaja memasang wajah sedih yang berlebihan."Habisnya kamu suka sekali mengganggunya," kilah Cintya.Bagas terkekeh pelan. "Dia terlalu polos, Ma. Selalu saja gampang dibodohi.""Oh, ya. Mama masak apa? Aku lapar?""Ayo. Mama sengaja menunggumu pulang untuk makan siang bersama. Mama tahu, kamu pasti belum makan apalagi kamu nggak suka makan sendirian 'kan?""Iya, Ma. Semenjak pacaran dan menikah dengan Aira,

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 17 - Sang Indigo

    "Apa kamu percaya kalau di dunia ada mahkluk tak kasat mata?" Ungkap Aileen. Ia menelisik ekspresi Daren, memastikan dokter tampan itu tidak menganggapnya gila."Maksud kamu hantu?" Tukas Daren sambil terkekeh geli.Aileen mengangguk ragu. "Ya. Sejenis itu lah.""Tentu saja. Bukankah semua kitab suci menyatakan bahwa mereka ada?""Ah, ya." Kekeh Aileen datar. "Kamu benar.""Lalu?" Daren menatap lekat wajah Aileen. Menunggunya dengan rasa penasaran.Aileen mengaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. "Hmm. I—itu …""Ah, sebentar," tahan Daren. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel."Baiklah. Aku kesana sekarang." Ucapnya pada seseorang di balik sambungan ponsel."Aileen, aku harus ke UGD. Ada pasien mendadak."Aileen mengangguk cepat. "Pergilah.""Disini dingin, lebih baik kamu segera kembali ke kamarmu." Pesan Daren dan berlari pergi dengan terburu-buru."Terima kasih Tuhan. Anda tidak menambah deret orang yang menganggap ku gila." Desah Aileen lega.***"Akh!"Bagas bangkit dari pos

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 18 - Kejutan

    "Maaf, Nona Aileen. Pak Bagas ingin bertemu dengan anda."Aileen mengerutkan keningnya begitu melihat sosok jangkung berdiri tepat didepannya. Ia menengadah untuk melihat wajah dari orang yang menghalangi langkahnya dengan lebih jelas."Kamu? Asisten Bagas?" Tebak Aileen.Gio mengangguk kecil. "Pak Bagas ingin bertemu anda." Ulangnya."Apa lagi yang diinginkan bos mu itu?" Desah Aileen malas."Mari Nona Aileen—""Berhenti memanggilku dengan sebutan itu. Kamu membuat semua bulu ku bergidik ngeri." Protes Aileen. "Cukup Aileen, saja." Tegasnya.Seumur hidup, Aileen berada di ruang lingkup warga pinggiran hingga tak pernah ada orang yang bicara bahkan memanggilnya dengan sebutan yang formal. "Hmm." Gio berdeham canggung. "Baiklah, Aileen.""Itu terdengar lebih baik.""Pak Bagas menunggu mu di cafe." Tunjuk Gio ke arah cafe di seberang jalan.Aileen menghela napas panjang. "Apa yang akan dibicarakannya?" Keluhnya seolah tengah bicara pada dirinya sendiri."Ayo." Ajak Gio. Ia menatap k

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 19 - Lamaran

    "Apa?!"'Surat penagihan utang?'"Apa maksudnya ini? Bukankah kamu bilang aku bisa mencicil utang ini?" Buru Aileen.Bagas mengendikkan bahunya. "Aku berubah pikiran." Ujarnya santai."Kamu!" Erang Aileen marah. Ia meremas kertas sampul yang di bacanya."A, A." Bagas menggoyangkan telunjuknya. "Jangan lakukan itu, kamu harus menyimpan setiap lembaran itu dengan baik karena mereka bernilai 100 juta untuk mu.""Brengsek. Kamu pria terburuk yang pernah ku temui."Bagas mengabaikan setiap makian yang keluar dari mulut wanita itu. Tujuannya jelas, bagaimanapun caranya ia harus membuat Aira tetap disampingnya."Nampaknya kamu tidak berniat untuk membaca isi dokumen itu. Jadi, aku akan menjelaskannya."Aileen bungkam seribu bahasa. Ia menutup mulutnya rapat-rapat agar tidak memuntahkan sederet umpatan yang bersarang di pikirannya."Menikahlah denganku," ucap Bagas dengan ekspresi datar."Hah?" Aileen memusatkan perhatiannya. "Apa?"Baru saja—bersamaan dengan kalimat yang keluar dari mulut Ba

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 20 - Di seret Paksa

    Aileen membuka matanya perlahan disusul oleh rasa perih akibat mata yang bengkak setelah semalaman menangis.Ia meraba sudut nakas, mencari benda yang terus bergetar hingga menganggu tidurnya."Halo." Ucapnya dengan suara serak.[Aileen, mengapa orang-orang ini datang dan menagih utang kesini?]Suara teriakan bernada emosi seketika menarik paksa kesadaran Aileen untuk kembali. Ia memaksa tubuhnya untuk bangkit dari posisi tidur lalu melihat nama di layar ponselnya, Denis."Apa yang terjadi?" Tanyanya yang yakin kalau Ibunya telah mengambil alih ponsel Denis."Ada lima pria mengerikan datang ke rumah dan menagih utang." Jelas Nani.'Orang? Utang?' pikiran di benak Aileen berkecamuk. Memaksanya untuk fokus.Ia menjauhkan layar ponsel demi melihat jam, 10.30. 'Celaka! Aku terlambat bangun.'"Di mana mereka sekarang?" "Di depan rumah. Mereka tidak mau pergi kalau kamu tidak membayar utang mu." Nani terisak pelan. "Mereka memukuli Denis dan Bono.""Apa?" Aileen berdesis geram dan mengaca

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 21 - Terjebak

    "Cintya, apa kamu sudah membicarakannya dengan Bagas?"Cintya tersenyum canggung, ia merasa bersalah karena tidak dapat memberi kabar yang akan memuaskan Viona tapi dia juga tidak bisa memaksa putranya."Aku sudah menyinggung ide mu di depan Bagas tapi, dia belum berniat untuk menikah lagi.""Tampaknya Bagas masih berduka akan kepergian Aira." Viona menyesap pelan teh yang masih mengepulkan uap hangat dari bibir cangkir."Ku harap dengan kehadiran Soraya, perlahan-lahan Bagas bisa bangkit lagi."Cintya mengangguk setuju. "Aku juga berpikir hal yang sama.""Aku harap Soraya mau bersabar dan berusaha keras untuk menaklukkan hati Bagas yang masih beku." Ia beralih pada wanita dengan paras cantik bagai rembulan di malam purnama.Soraya menunduk malu. "Aku akan berusaha sebaik mungkin, Tante." Ucapnya."Haduh, kenapa kamu masih memanggil Tante." Tukas Viona. "Kamu harus mulai memanggil Cintya dengan sebutan Mama.""Ah, Mama. Jangan membuatku semakin malu," ujar Soraya dengan wajah bersemu

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 22 - Menjual Jiwa dan Raga

    Aileen mengerjabkan matanya kagum saat Bagas membawanya masuk ke sebuah ruangan bernuansa minimalis namun terkesan elegan dengan perabotan mewah yang rata-rata berwarna pastel. Ia memperhatikan setiap pigura yang tertata rapi di atas lemari panjangan. Hampir semua foto berisikan potret kemesraan sepasang kekasih, Bagas dan Aira."Pria itu benar-benar mencintaimu," gumam Aileen sambil melirik Aira yang tak lekang dari sisi suaminya.Mata Aileen terpaku pada ranjang berukuran besar di tengah ruangan, seketika langkahnya terhenti dan segera memasang sikap waspada."Ini kamar mu?" tanya Aileen untuk memastikan."Tentu saja. Menurutmu kemana lagi aku akan membawa calon istriku?"Aileen bergidik ngeri setiap kali Bagas menyinggungnya dengan kata 'istriku'.Melihat senyum sinis di wajah Bagas membuat Aileen segera sadar bahwa pria itu hanya menggodanya namun itu tak semerta-merta membuat Aileen tenang dan mengendurkan penjagaannya."Bisakah kamu menyingkirkan kata-kata istriku setiap kali b

Bab terbaru

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 89 - Rasa Sakit Tak Tertahankan

    Aileen bergerak gelisah dalam tidurnya. Napasnya tersengal-sengal hingga beberapa kali terdengar erangan tertahan, lolos dari bibirnya yang bergetar.Perlahan ia membuka mata lalu beranjak ke posisi duduk. Aileen menekuk punggung lalu menyangga kepalanya yang terasa berat dengan kedua tangan—serasa tengah menopang beban ribuan kilo. “Sakit,” lenguhnya pelan sambil menekan perutnya.Aileen menegakkan tubuh lalu menginjak kaki di lantai dingin. Matanya meneliti bungkusan obat di atas nakas. Aileen yakin, sebelum naik ke atas ranjang, ia telah menegak sebungkus obat yang harus rutin di minumnya.Jemarinya meraih bungkusan kecil yang tersusun rapi di dalam box lalu menggenggam erat. Tertatih, Aileen menyeret langkahnya keluar dari kamar. Ia mendekatkan lengan ke wajah untuk menyeka keringat yang mengaburkan pandangan dengan permukaan lengan piyama yang dikenakannya.Aileen memanfaatkan setiap permukaan dinding sebagai tempat menumpukan tubuhnya yang lemah. Begitu melewati ruang tengah, A

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 88 - Hasrat Untuk Memiliki

    “Bagas, bisakah aku pulang ke rumah?” Aileen bersuara setelah menimbang lama, ia merasa ini adalah waktu yang tepat.Ia menatap Bagas yang baru saja memarkirkan mobil dan melepaskan kemudi.“Bukankah kita sekarang di rumah?” tanggap Bagas sambil menjangkau seatbelt di sisi Aileen dan melepaskannya.Aileen menahan napasnya saat wajah Bagas hanya berjarak sebatas pandangan—sangat dekat hingga membuatnya tak bisa berkutik. “Maksudku rumah Ibu,” ralat Aileen setelah Bagas kembali ke kursinya.Buku-buku jari Aileen memerah akibat meremas jemarinya terlalu erat saat gugup. Ia mengatur ritme napasnya, demi menutupi kegelisahan yang tiba-tiba menghampirinya.“Buat apa?” Bagas menarik diri, namun tetap menautkan pandangannya dengan kening berkerut. “Dokter bilang kondisi Ibu sudah membaik. Apa beliau mengeluhkan sakit?”Ia menatap lekat untuk menyelami apa yang tengah dipikirkan oleh Aileen hingga membuat wanita itu gelisah dan terus saja mengalihkan pandangan, seolah tengah menghindar agar k

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 87 - Batas Waktu

    “Aileen!” Suara nyaring yang tiba-tiba muncul dari balik pintu, setengah berlari—menghampiri Aileen dan menyentak tubuhnya agar menjauh dari sisi Daren. “Apa yang kalian lakukan?”“Bagas! Soraya?” Seru Aira, terkejut akan kehadiran sosok Bagas yang datang bersama adik tirinya.Daren bergerak risih—menepis tangan Soraya yang memeluk lengannya. “Lepaskan, Soraya.” Wajah Soraya berubah masam namun hal itu tak menyurutkan langkah Daren untuk menarik diri dan beralih untuk menghampiri Aileen yang masih terpaku dengan wajah bingung.Sayangnya, langkah Daren kurang cepat karena Bagas telah lebih dulu menjangkau lengan Aileen dan menarik tubuh ringkih itu ke sisinya. “Bukankah aku menyuruhmu tetap diam di rumah,” desis Bagas. Ia meraih tangan Aileen dan terkejut akan jemari sedingin es. “Apa yang terjadi?” Burunya cemas.Bagas menempelkan punggung tangannya di atas dahi pucat itu. Dua alisnya saling bertaut begitu menyadari suhu tubuh Aileen jauh lebih rendah dari manusia normal.Pandangan

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 86 - Oralit

    “Dok.”“AAA …”“Eh, kenapa?” Aira segera menghampiri dua orang yang kompak menjerit bersamaan.“Ah, maafkan aku,” desah Daren sembari mengelus dadanya. “Aku belum terbiasa dengan ini,” ujarnya seraya beringsut mundur—menjauhi Rachel dan Aira.“Apa maksudnya?” Rachel mengerjabkan kedua matanya, bingung.Aira mengulum senyum geli. “Dia takut padamu, Rachel. Apa kamu tak mengerti juga?” urainya di balik tawa tertahan.Rachel mengerucutkan bibirnya, sebal. “Aku adalah hantu tercantik diantara semua hantu di abad ini. Tidak sopan berteriak ketakutan di hadapan wajah se cantik ini,” protesnya sambil menyibak rambut sebahu yang menutupi sebagian wajahnya. Aira mencelos malas sedangkan Daren mengurai senyum serba salah.“Abaikan saja dia, Daren. Kamu hanya butuh sedikit waktu agar terbiasa melihat kami.” Aira beralih pada kertas di tangan Daren. “Apa itu?”“Entahlah.” Daren mengedikkan bahunya. “Dukun itu memintaku menyiapkan obat,” jelasnya sambil melambaikan kertas panjang itu.“Obat?” Air

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 85 - Tak Mampu Bertahan

    “Wanita itu sangat keras kepala,” desis Bagas gusar. Ia menggenggam erat ponselnya seraya menatap titik merah yang berkedip-kedip di atas peta—aplikasi tracking.“Padahal aku sudah melarangnya keluar rumah,” gerutunya sembari berjalan keluar rumah menuju mobil yang terparkir di halaman.“Bagas, kamu mau kemana?” Wanita anggun berambut sebahu, menghentikan langkah Bagas yang tengah bersiap memasuki mobilnya.“Soraya?” Bagas menautkan alisnya. Sudah beberapa hari, ia tak melihat adik iparnya pulang ke rumah ini. “Apa renovasi rumahmu sudah selesai?” Soraya terdiam sesaat sebelum menggelengkan kepalanya. “Masih ada beberapa bagian yang membutuhkan perbaikan,” ulasnya ragu-ragu.“Hmm,” gumam Bagas acuh tanpa berniat mencari tahu lebih jauh.“Bagas, boleh aku ikut? Belakangan ini aku tidak nyaman berada di rumah ini sendirian,” pinta Soraya dengan suara lembut, berhias senyum manis di bibirnya.Bagas terdiam lama, ia kurang nyaman akan keberadaan Soraya disekitarnya, karena ia tahu wanit

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 84 - Tabir Kelam

    'Apa yang sekarang dipikirkan Aira? Apa dia tahu kalau mereka pernah bertemu di masa lalu? Harus'kah aku menceritakannya?' Pertanyaan demi pertanyaan saling sambut menyambut dalam benak Aileen. Sesekali ia melirik wanita yang duduk disampingnya. Sejak meninggalkan restoran dan memasuki mobil mewah, tak banyak yang terucap di antara Aileen dan Aira. Keduanya saling berdiam diri, larut dalam pemikiran masing-masing.Mobil memasuki area parkir, mata kedua wanita yang duduk di kursi belakang terpaku pada gedung bergaya artistik dimana puluhan orang tengah mengantri untuk memasuki area dalam."Ini?" Aileen bergumam samar, bertanya pada benaknya."Galeri Mama Viona," balas Aira. Ia menarik pergelangan tangan Aileen agar mereka bisa segera mengikuti langkah cepat sosok dirinya dalam ingatan. "Mau kemana dia?"Tanpa sadar, Aileen terkikik geli akan celetukan yang di lontarkan wanita disampingnya."Kenapa? Apa yang lucu?" Selidik Aira dengan alis yang saling bertaut."Aku hanya merasa aneh k

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 83 - Kebenaran Yang Membingungkan

    'Bocah? Wanita? Siapa yang sebenarnya yang mereka maksud?'"Apa kamu kenal? Siapa yang sedang mereka bicarakan?" Usik Aileen."Entahlah," sahut Aira dengan mata meraut bingung. "Kami punya yayasan yang mengasuh banyak anak-anak telantar tapi Papa tidak pernah mengatakan niatnya untuk mengadopsi salah satunya.""Tapi Kak …" Farhan terdiam saat wanita yang dilingkupi keangkuhan itu menatapnya tajam."Farhan, aku merasa kamu terlalu bertele-tele. Apa kamu sudah menemukan wanita itu?" Selidik Viona curiga.Farhan menggeleng cepat seakan hendak melepaskan kepalanya dari pangkal leher. "Ti-tidak, Kak," cicitnya terbata.Viona mendesis jengkel. "Jangan coba-coba untuk membohongi ku, Farhan. Kau tentu tahu apa akibatnya," kecamnya."Ba-baik, Kak." Farhan takut-takut untuk membalas sang Kakak.Aileen terdiam sesaat sambil memicingkan matanya, meneliti dengan lebih seksama sosok Farhan. Wajah itu seolah tak asing baginya namun tak juga spesial hingga meninggalkan jejak khusus dalam ingatannya.

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 82 - Alam Bawah Sadar

    "Berhati-hati 'lah! Jangan sampai terjebak ..."Aileen membuka matanya perlahan, sayup-sayup kalimat terakhir Vincent terngiang-ngiang di benaknya. 'Kenapa nada suaranya terdengar sangat cemas?' pikirnya."Kamu baik-baik saja, Ai?"Suara Aira membuat kesadaran Aileen meningkat sedikit demi sedikit. Ia menggosok pelipisnya yang berdenyut nyeri, rasanya seluruh isi dalam perutnya bergejolak—berlomba untuk keluar.'Kenapa Vincent tidak mengatakan kalau rasanya akan seburuk ini! Paling tidak aku bisa bersiap sebelumnya,' desah Aileen dalam hati."Oke," ucapnya dengan susah payah demi memenangkan wajah panik yang terus menatapnya. "Di mana kita sekarang?"Aira memperhatikan keadaan disekelilingnya. "Ku rasa ini kamar ku," tebaknya."Di rumah?" Aileen mengerutkan keningnya ragu. "Rasanya ini bukan kamar Bagas," gumamnya."Bukan. Ini kamar ku di rumah Papa," jelas Aira. "Oh." Aileen mengangguk paham. "Kenapa kita disini?" Ia mendekati rak bertingkat tiga dimana puluhan buku tertata rapi.

  • Istri Pengganti Untuk Suamiku   Chapter 81 - Memasuki Alam Bawah Sadar

    "Terlambat!"Kalimat pertama yang diucapkan Vincent dengan kening berkerut, begitu melihat Aileen dan Aira muncul dari balik pintu masuk kafe."Dan, apa ini?" Vincent menyeringai sinis, sengaja ingin menggoda Aileen. "Kali ini kamu membawa yang mana? Nomor satu atau dua?"Aileen mendesis jengkel. "Buang pikiran buruk mu itu. Daren sedang libur, jadi dia ikut untuk membantu," kilahnya ketus."Oh … membantu? Emangnya dokter tampan ini, bisa merawat hantu?" Ujar Vincent mengolok-olok alasan Aileen."Apa kamu akan terus mengocehkan hal konyol? Berarti aku bisa pulang lebih awal hari ini," kecam Aileen bernada ancaman."Ok … ok. Aku berhenti." Vincent mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah. "Ayo ke lantai atas.""Di mana Rachel? Aku tidak melihatnya dari tadi." Aira mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok yang tak pernah ingin ketinggalan dalam setiap kegiatan yang menurutnya menyenangkan."Aku mengutusnya untuk melakukan sesuatu," sahut Vincent singkat sembari melangkahkan kakiny

DMCA.com Protection Status