Rania melepas penutup matanya ketika tidak mendengar apapun. Wanita itu cukup terkejut dengan langit hitam yang banyak sekali taburan bunga. Belum lagi lilin yang menyala membentuk hati, dan juga taburan bunga di dalamnya. Rania tersenyum,m sore tadi Abrisam menang menelpon Rania untuk menerima bingkisan yang dia kirimkan. Bahkan Abrisam juga meminta Rania untuk menggunakan hadiah yang dia berikan malam ini. Belum lagi dipadukan dengan dompet yang dibelikan oleh Selena. Wanita itu menutup mulutnya ketika suara musik terdengar. Rania menatap ke arah tangga, yang dimana ada banyak sekali lilin dan juga karpet merah. "Apa saya harus kesana?" tanya Rania memastikan. Pelayanan itu mengangguk. "Ya Nona. Tuan Abri menunggu anda di atas." Rania semakin penasaran apa yang akan dilakukan Abrisam dengan dirinya. Sedangkan sore tadi, pria itu hanya mengatakan jika dia akan mengajak Rania untuk menonton sebuah film. Awalnya Rania mengajak Gaby yang katanya ingin nonton film dengan Rania juga.
"Bintangnya banyak ya Mas." ucap Rania untuk mengusir keheningan diantara mereka. "Iya kali Ran. Aku kan juga nggak tau." Rania menatap Abrisam dengan nanar, senyum sendunya tercetak jelas di wajahnya. Entah harus bahagia atau sedih dengan jalan hidup seperti ini. Tapi Rania bersyukur jikaAbrisam tidak bisa melihatnya, doa tidak tahu antara Rania dan juga Rana yang sesungguhnya memiliki perbedaan yang signitif. Jika saja nanti Tuhan membongkar ini semua, Rania berharap nanti jika dia benar-benar sudah lelah. Jangan sekarang, sungguh, Rania masih menginginkan Abrisam dalam hidupnya."Kalau dilihat-lihat … " Rania menggantung ucapannya meneliti penampilan Abrisam dari rambut, baju, hingga warna sepatu yang serasi sekali pria itu kenakan. "Mas Abri ganteng juga malam ini." ujarnya dengan rasa malu. Abrisam menunduk menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ini pujian, dulu dia sering mendapat pujian seperti ini. Tapi kenapa dengan Rania rasanya berbeda?Melihat reaksi Abrisam. Rania p
Brak … Selena memukul meja yang ada di hadapannya dengan kencang. Tatapannya memerah menatap sebuah vas bunga yang ada di hadapannya juga. Tangan wanita itu mengepal dengan sempurna. Dalam bayangan Bagas kedua tangan itu sudah terbalut dengan indah sarung tangan, yang siap kapanpun dan dimanapun untuk menghantam dan juga memukul orang-orang yang ada di sekitarnya."Apa kamu bilang!!" “A-apa?” Bagas masih menunjukkan wajah polosnya, seolah dia melupakan apa yang dia katakan beberapa menit yang lalu“Masih bisa bilang apa!! Kamu pengen leher kamu hilang atau gimana!!” teriak selena kembali.Bagas menelan salivanya kasar, dia pun menggeser duduknya untuk menjauh dari Selena. Sejujurnya dia juga terpaksa untuk melakukan hal ini, tapi karena dia tidak percaya dengan apa yang dokter itu katakan, makanya dia memberitahu Selena jika kekasih Abrisam dulu pernah mengandung pewaris keluarga ini. Kalau mereka tidak ingat, perlu Bagas ingatkan dulu Abrisam pernah mengatakan jika dia ingin menika
Paginya, Rania bangun lebih awal. Dia pun langsung memunguti semua baju miliknya dan juga baju milik Abrisam dan menyimpannya di sofa hotel. Barulah, wanita itu memilih membersihkan diri lebih dulu dan barulah membantu Abrisam mandi. Membantu Abrisam mandi? Membayangkan saja membuat kedua pipi Rania merah padam.Semalam, Rania dan juga Abrisam menghabiskan waktu untuk menonton film, banyak sekali yang Rania ceritakan dalam hal ini, sehingga membuat hubungan mereka semakin dekat dan erat. Abrisam juga banyak tertawa mendengar cerita lucu Rania waktu sekolah, dimana ada satu pria yang meminta Rania menunggu dia kembali dan akan menikahinya. Sayangnya Rania tidak mau, dia tidak memiliki kekasih bukan berarti dia menunggu pria itu. hanya saja memang Rania saja yang tidak mau, dia tidak suka menunggu hingga dia dipertemukan dengan Rana. Jika sudah memiliki ketertarikan kenapa harus menunggu lama?Ketika Abrisam bertanya hal yang sama, jawaban Rania pun juga masih sama. Dia yang sudah tert
Dada Rania sesak mendengar hal itu. Dia terus menundukkan dan tak berani mengangkat wajahnya hanya sekedar melihat Selena, atau mungkin melihat ekspresi wajah Abrisam. Jika saja bisa memilih, mungkin kali ini Rania tidak ingin satu mobil dengan mereka. "Abrisam jawab Mami!!" sentak Selena. "Ya!!" hanya kata itu yang mampu Abrisam katakan. Tanpa ditanyakan darimana Selena tahu, tentu saja Bagas yang memberitahu. Entah Bagas kelepasan ketika berbicara dengan Selena, dan membuat Bagas menceritakan semuanya karena paksaan Selena. Selena menutup matanya, bersamaan dengan itu air mata Rania pun jatuh dengan perlahan. Sesak di dadanya menjadi, bagaimana bisa hal ini terjadi pada dirinya? Meskipun itu hanya masa lalu, tapi tetap saja mampu membuat Rania tidak terima. Sekarang Rania tahu kenapa setiap kali Rania bertanya tentang masa lalu pria itu, Abrisam memilih diam dan tidak mengatakan apapun. Bahkan pria itu akan mengajak Rania untuk membahas hal lain tentang Rania. Entah tidak ingin
Setelah membantu Abrisam mandi, Rania memutuskan untuk turun. Dia membuat dia teh hangat untuk dirinya dan juga Abrisam. Tak lupa juga membawa satu piring biskuit yang sangat pas dan serasi ketika dinikmati dengan secangkir teh. "Rana … " panggilan itu membuat Rania menoleh. Dia menatap Selena yang baru saja masuk ke dalam dapur dengan wajah di Teluk. "Mami minta maaf." ujarnya. Helaan nafas keluar dari bibir Rania, dia pun menatap Selena dengan berat hati. "Ini Mami kenapa minta maaf sama Rana? Kan Mami lagi nggak melakukan kesalahan apapun sama Rana." Menurut Rania memang begitu, beda cerita dengan perasaan Selena yang mendadak lupa kalau Abrisam sudah menikah dan malah membahas tentang Claudia. Apalagi Selena yang kaget dan membutuhkan penjelasan dari Abrisam tentang kehamilan Claudia mantan kekasih Abrisam. Selena tahu perasaan Rania waktu di mobil, wanita itu mendadak diam dan murung. Belum lagi tatapan Rania yang kosong, dengan mata berkaca-kaca, seperti seseorang yang ingin
"Ya, aku tau kalau itu Mas. Bedanya kamu melakukan itu dengan dia atas dasar cinta. Sedangkan denganku, atas keinginan ibumu yang ingin punya cucu cepat." "Demi Tuhan Rana aku menyentuhmu bukan karena itu. Bahkan kalau Mami nggak minta cucu pun aku juga akan menyentuhmu. Kamu istriku, dan aku berhak meminta hakku sebagai suami sama kamu!!" "Aku tau Mas, kita terpaksa bersama juga karena perjodohan. Aku pikir selama kita bersama, aku susah mengetahui semua tentang dirimu. Taunya aku salah, aku hanya mengetahui sebatas nama tanpa kisahmu." Abrisam mengacak rambutnya, dia pun menahan tangan Rania agar tidak pergi dari sampingnya. "Ran itu hanya masa lalu, aku salah aku tidak memberitahumu apapun tentang aku. Tapi bukan berarti kamu harus menghukumku dengan cara begini kan? Aku nggak suka, aku gak bisa, dan aku nggak tahan!!" Tidak perlu khawatir akan hal itu, lagian Rania tidak akan marah pada Abrisam. Dia hanya memaklumi dan menghargai privasi Abrisam selama ini. Bahkan Rania malah
Berkali-kali Rania menghela nafasnya yang mendadak berat, wanita itu saat ini tengah beradaptasi di taman kota hanya untuk memikirkan banyak hal. Tak seharusnya Rania melibatkan perasaannya lebih dalam lagi, sedangkan dari awal Rania tahu jika pria itu tidak mencintainya. Dia hanya masih berusaha menerima kehadiran Rania bukan berusaha untuk mencintai Rania. Harusnya Rania sadar akan hal itu. Mau seberapa keras dia berusaha, jika Abrisam tidak ingin mencintai Rania tentu saja rasa itu akan menjadi percuma. Yang terlalu cinta itu Rania bukan Abrisam. Belum lagi wanita yang pernah mengandung bayi Abrisam. Jujur saja Rania iri dengan semua ini, dia iri di posisi wanita itu. Bahkan wanita itu sampai berpikir jika selama ini dirinya hanya tempat singgah. Ingat pertemuan mereka di taman ini bersama dengan Abrisam, di situlah jantung Rania sudah mulai tidak baik. Rania mencoba seasyik mungkin ketika bersama dengan Abrisam. setidaknya dia mampu membahagiakan pria itu dengan hal kecil. Menga
Grace mengepalkan tangannya setelah tahu kebenarannya. Dia marah da dia murka, dia merasa dibohongi sama anak kemarin sore yang dibesarkan mati-matian. Grace berharap semuanya bisa berubah lebih baik, ternyata dia kecolongan. Ya Grace sudah tahu yang saat ini menikah dengan Abrisam adalah Rania bukan Rana. Dan wanita siaan itu malah menikmati hidup bebas nya di kanada bersama dengan pria asing yang saat ini tinggal dengannya. Yang dimana Grace sedang melakukan perjalanan bisnis ke kanada dan tak sengaja bertemu dengan mereka. Terkejut? Tentu saja iyaaa. Grace sangat terkejut dan marah pada Rana, bisa-bisanya dia kecolongan karena hal ini. Dan bodohnya Grace kenapa dia tidak curiga akan hal ini, dan kenapa juga dia tidak bisa membedakan Rania dan juga Rana. “Sial!!” umpat Grace terang-terangan.David yang di sampingnya pun mendengus. “Harusnya ini tidak menjadi masalah Grace, yang penting perusahaan ini masih berjalan dengan lancar.”Tapi tetap saja Grace
“Waktu itu apa?” Bagas gelagapan dia pun memutar otaknya untuk mencari alasan yang tepat agar mereka tidak salah paham lagi. Hanya saja waktu itu memang membuat Bagas sedikit shock dengan pengakuan Leon. Yang dimana pria itu mengaku menyukai Rania dan mengiming-iming akan memberikan apapun yang Rania mau, dari perusahaan, rumah mewah, kehidupan yang layak dan juga apapun yang Rania inginkan. Itu bukan ketertarikan semata tapi Leon benar-benar ingin memiliki Rania seutuhnya, bukan macam Claudya yang hanya dimanfaatkan Leon untuk menghancurkan abrisam. Dan sayangnya setelah mendapatkan Claudya yang gila harta dan juga kedudukan, Leon langsung membuang Claudya begitu saja. Tapi dengan Rania … Leon sangat berbeda, benar-benar berbeda. Jika dia menginginkan Rania untuk menghancurkan Abrisam kembali itu tidak mungkin, karena menurut Bagas pria itu berubah dan berbeda. Dia tidak terobsesi meskipun dia ingin, hanya saja Leon ingin kedekatanya dengan Rania secara terang-terangan.“Maksudnya?
Sesampainya di rumah Rania dan Abrisam masuk lebih dulu meninggalkan Kara dan juga Bagas yang sibuk mengeluarkan koper besar milik Kara. Pria itu hanya diam saja tidak mengatakan apapun semenjak Kara pulang. Dan hal itu tentu saja menambah kejengkelan Kara disini, bisa tidak ya senyum sedikit saja atau mungkin mau bilang sesuatu apa yang terjadi di masa lalu? Tidak!! Mengharapkan manusia batu bicara itu sama halnya dengan menunggu ayam beranak hingga puluhan anaknya. Setelah menurunkan kopernya, Kara lebih dulu berjalan menuju kamarnya sambil memainkan ponselnya. Sedangkan Bagas hanya bisa memperhatikan apa yang wanita itu lakukan dengan ponselnya hingga tersenyum dan tertawa. Bahkan jarinya begitu lincah membalas pesan seseorang dan kembali tersenyum. Membanting pintu kamarnya Kara terkejut bukan main, dia membalik badannya dan menatap Bagas yang sudah berdiri di depan pintu dengan tangan kekarnya. Kara menelan ludahnya, dia pun mundur beberapa langkah sampai la
“Mulai besok antar makan siang ke kantor untukku.” kata Abrisam.Bagas menoleh menatap Rania dan tersenyum. “Aku juga mau. Boleh bawakan aku satu?” Disini Abrisam mendengus. “Kamu kan bisa beli sendiri Gas, atau nggak cari istri sana biar nggak numpang ke istri orang terus.” Tapi nyatanya dus tidak bisa memungkiri kalau masakan Rania benar-benar enak, dan membuat Bagas seolah tidak bisa berhenti untuk makan terus menerus. Jika saja ada orang yang mau memasak untuk nya mungkin juga dia tidak akan meminta Rania memasak untuk dirinya. Dia akan merepotkan istrinya terus menerus untuk menghidupi nya. Untuk saat ini tidak ada salahnya jika dia menumpang hidup pada Rania dan juga Abrisam, lagian Bagas juga sudah menganggap mereka sebagai keluarga. Jadinya … “Nggak ada!! Intinya Rana hanya boleh masak cuma untuk aku bukan untuk kamu!!” potong Abrisam cepat sebelum andai-andai Bagas selesai. Disini Rania tersenyum geli, ini hanya perkara masak memasak kenapa harus se drama ini sih? Lagian
Rania pulang dari kantor, sedangkan Abrisam memilih untuk tetap atau di dalam kantor. Dia menunggu sesuatu yang katanya bisa membuat Abrisam bahagia. Sedangkan menurut Abrisam tidak ada yang bisa membuatnya bahagia di dunia ini kecuali Rania. Entah kenapa hanya nama itu yang terlintas dipikiran Abrisam saat ini.“Dokter bilang ada donor mata yang cocok untuk kamu.” ucap Bagas.Abrisam hanya terdiam, telinganya mendengarkan setiap kata yang muncul dari bibir Bagas. Hanya saja bukannya tidak ingin, tapi …“Kalau iya aku bisa jadwalkan operasinya.” Sekali lagi Abrisam hanya diam saja sampai Bagas menyelesaikan ucapannya. Tidak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya kecuali tubuhnya yang tiba-tiba saja bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk pergi. Dia akan memikirkan hal ini, bukan masalah apa hanya saja ada banyak keganjilan yang akan Abrisam selesaikan lebih dulu. Bagas yang mengetahui hal itu hanya mampu mendengus mengikuti lan
“Selamat pagi.” sapa Rania ketika melihat Kara turun dengan wajah lelahnya.“Selamat pagi Kakak Iparku yang baik dan penuh dengan pengertian.” Rania cekikikan, dia pun meminta Kara untuk segera makan. Sebenarnya ini bukan lagi pagi, melainkan siang yang dimana Rania harus mengantar makan siang ke kantor Abrisam. Bukan untuk menyindir Kara hanya saja candaan seperti itu sering mereka lakukan berdua ketika bertemu. Kara maupun Rania tidak keberatan sama sekali, mereka malah lebih akrab dengan semua ini.“Beneran mau anter makan siang ke kantor mas Abri, Mbak?” Kara hanya memastikan, apalagi melihat dua kotak makan yang berbeda warna tapi memiliki isi yang sama. Kalau cuma untuk Abrisam terus satunya untuk siapa? Masa iya Abrisam makan sampai dua porsi?Rania mengangguk, sebentar lagi dia akan pergi. Lagian ini hanya mengantarkan makan siang, kalau Kara ingin ikut ya bisa saja. Dia akan dengan senang hati pergi bersama dengan Kara dan ada temannya. Tapi sayangnya Kara tidak ingin, dia t
“Jadi hanya luka kecil?” tanya Abrisam.Pria itu menertawakan kebodohannya yang begitu percaya dengan apa yang ibunya katakan. Jika leher Rania hampir putus karena ulah Claudia. Dan ketika diperiksa oleh dokter memang lukanya terus mengeluarkan darah tapi tidak begitu dalam, dan tidak perlu dijahit juga. Hanya diberikan suntikan agar darahnya berhenti mengalir. Dan sudah diperban dengan baik agar cepat sembuh, dia juga diberikan obat untuk anti nyeri dan lukanya agar cepat kering. Dan menurut dokter luka ini tidak begitu serius dan tidak menyebabkan leher Rania hampir putus.“Iya, aku mau jelaskan Mami keburu teriak.” jelas Rania.“Astaga Mami … sumpah ya aku khawatir banget waktu bilang leher kamu hampir putus.” “Yang jelas kalau hal itu terjadi aku udah masuk sakaratul maut, udah mau mati tapi aku masih bisa ngomong tadi.” Abrisam tersenyum kecil sumpah Demi apapun dia begitu takut untuk kehilangan Rania. Jika suatu ketika nanti dia b
Ya, Claudia dengan nekat menempelkan pisau tajam di leher Rania dan sesekali mengarah ke mereka. Disini semua orang terlihat panik begitu juga dengan Bagas yang ingin menyelamatkan Rania tapi tidak bisa. Belum lagi Selena yang berteriak kencang, seolah dia tidak berani untuk melawan Claudia. Wanita itu sudah gila hanya karena ditolak oleh Abrisam sampai ingin membunuh Rania? “Jangan sentuh istriku!!” teriak Abrisam.“Claudia jangan gila kamu!! Jangan sakiti menantuku!!” seru Selena yang tidak tahan dengan sikpat Claudia. Disini Claudia tertawa kecil melihat hal itu, terlihat jelas jika mereka khawatir dengan apa yang Claudia lakukan. Dia hanya menempelkan pisau itu saja tidak menggorok atau memutuskan leher Rania. Dia hanya ingin Abrisam kembali padanya tidak lebih, kenapa semua orang tidak tahu? “Claudia jangan gila, aku bisa membuat hidup kamu menderita!!” ancam Selena.“Lakukan!! Aku akan melakukan hal yang sama dengan menantu
“Untuk apa kamu kesini?” tanya Abrisam. Di dapur Mbok Yem berbisik tentang hal ini dengan Atun, kenapa juga Atun tidak bilang apapun jika Claudia telah kembali. Seharusnya ketika wanita uru kembali Atun bercerita dengan Mbok Yem biar dia tidak kaget seperti ini. Kan jadinya repot Mbok Yem takutnya kena serangan jantung sanking kagetnya.“Aku lupa Yem, lagian kamu libur lama banget sih jadinya kan ketinggalan berita rumah ini.” Yem pun menoleh menatap Atun yang seolah penasaran dengan apa yang mereka bahas di ruang makan. “Ya kan tetap harus bilang, kalau begini kan kasihani Non Rana. Kamu tau sendiri kan Non Claudia itu kayak apa, jahatnya minta ampun.” Iya, Yem juga tahu nika Claudia begitu jahat dengan semua orang termasuk dengan Abrisam yang tega meninggalkan tuannya karena karena buta. Sekarang giliran ada orang yang bisa menerima Abrisam dengan sepuluh hati dia malah kembali. Kenapa? Apa sama yang kemarin Claudia sudah dibuang? Terus menatap pertengkaran mereka Mbok Yem maup