Akhirnya Alya bisa tersenyum cerah, manakala Reno membawanya jalan-jalan hari ini ke beberapa tempat yang indah di Bali. Hingga sesekali Alya bisa mengenang beberapa tempat yang pernah dia datangi dengan kedua orang tuanya. Sebelum ayahnya meninggal."Kenapa melihat kursi itu dengan pancaran mata sendu seperti itu?" tanya Reno dengan heran. Saat itu mereka tengah berada di sebuah taman yang dipenuhi oleh para pengunjung. "Kita duduk sebentar disana ya, Mas?" ajak Alya pada Reno. "Baiklah!" jawab Reno. Mereka lalu duduk di kursi pengunjung itu. Alya mengelus pegangan kursi panjang itu. Disana, dulunya ayahnya menunggi dia bermain wahana yang ada di taman bermain itu. Alya masih ingat betul, wajah ayahnya tersenyum kecut saat melihat dirinya kembali dari wahana permainan yang cukup membuat jantung berdebar kencang. Masih dia ingat betul bagaimana ibunya yang dengan khawatir bertanya banyak hal tentang keadaannya setelah menaiki wahana permainan yang ekstrim itu. Sungguh, itu adalah k
Lama mereka saling terdiam, saling menatap satu sama lain. Mencoba mencari jawaban mereka masing-masing. Mencoba menyelami pandangan masing-masing. Ingin mencari, adakah cinta yang terpancar dari pandangan mata mereka untuk satu sama lain."Aku yang duluan bertanya!" ujar Alya dengan lirih dan seketika mengalihkan pandangannya dari Reno. Alya takut, Reno menyadari betapa dia sangat mencintai Reno.Reno mengangkat sudut bibirnya melihat tindakan Alya."Aku rasa, aku tak punya kewajiban untuk menjawab pertanyaanmu. Tapi, kamu yang harus menjawab pertanyaanku!" elak Reno. "Kenapa seperti itu?" tanya Alya dengan heran. "Karena hidupmu di Bali ini bergantung kepadaku. Jika aku tinggalkan kamu sendirian disini, siapa yang akan membawamu kembali ke rumah!" pancing Reno."Jangan lakukan itu!" jawab Alya dengan wajah khawatir. Dia tak mengerti dengan jalan pikiran Reno. Sampai di Bali pun, Alya tak memegang uang sepersenpun. Semuanya di biayai Reno. Alya merasa takut Reno mewujudkan ancamanny
Alya berusaha melepaskan pagutan Reno terhadapnya setelah mereka memasuki kamar hotel."Mas, kenapa seperti ini? Kenapa harus memanas-manasi Natasya seperti itu? Dia pasti merasa semakin kesal daj sakit hati padaku!" protes Alya pada Reno."Aku tidak peduli! Siapa suruh dia selalu saja menguntit diriku. Bukankah dia tahu, kita datang kesini untuk bulan madu? Lalu kenapa dia malah menyusul kita kesini? Aku tak mau dia mengganggu bulan madu kita yang tersisa hanya dua hari lagi!" ujar Reno sambil menarik kembali tubuh Alya kedalam dekapannya."Mas mau ngapain?" tanya Alya berusaha menahan tubuh Reno agar tidak terlalu dekat dengannya dengan kedua tangannya di dada bidang Reno.Reno tersenyum melihat Alya yang grogi."Apa lagi? Ini bulan madu kita. Apa yang orang lakukan saat berbulan madu?" tanya Reno pada Alya dengan raut wajah menggoda."Ta-pi kita kan belum mandi?" ujar Alya dengan kikuk."Tak masalah, kita bisa mandi barengan nanti!" jawab Reno dan langsung mendekatkan wajahnya pada
Natasya meninggalkan bandara dengan perasaan dongkol. Dia langsung berniat untuk mendatangi rumah Reno untuk bertemu dengan Mama dari Reno. Agar dia bisa mengatakan kepada Mama Reno bagaimana cara Reno menolak dirinya saat dia berusaha untuk mendapatkan perhatian Reno kembali."Sial! Aku sungguh sakit hati pada Alya! Dia sudah berhasil merebut perhatian dan kasih sayang Reno. Aku nggak boleh lengah lagi. Kalau tidak, selamanya aku akan kehilangan dia!" umpat Natasya saat dia berdiri di depan bandara sambil menunggu taksi lewat. Dia sudah tidak sabar lagi untuk segera bertemu dengan Mama Reno.Saat sebuah taksi lewat, Natasya langsung menyetopnya dan mengatakan alamat tujuannya. Ya, dia langsung berniat untuk menemui Mama dari Reno. Dia tak ingin menunggu terlalu lama lagi. Di dalam taksi, Natasya langsung meraih handphonenya dari dalam tas yang belum sempat dia nyalakan lagi setelah turun dari pesawat.Saat handphone itu menyala, ada banyak pesan masuk dan panggilan tak terjawab dari
Handphone Reno sejak tadi terus berdering Alya yang tengah berbaring di ranjang lantas beranjak dari tempat tidur lalu menuju ke arah sofa. Di mana terletak handphone Reno yang tengah mandi saat itu. Saat melihat nama mama Reno terpampang di layar handphone Reno nyali Alya untuk mengangkat telepon itu langsung menciut dia tak berani sedikitpun untuk menjawab panggilan telepon Mama dari Reno tersebut.Sedangkan Reno saat itu tengah mandi di dalam kamar mandi. Dengan perasaan gelisah Alya kembali menuju ranjang dan duduk di sana. Lalu handphone itu berhenti berdering Alya sedikit lega lalu berencana untuk rebah kembali tapi niat itu urung dia lakukan manakala handphone Reno kembali berdering.Sekali lagi Alya bangkit dari tempat tidur lalu beranjak menuju sofa dan melihat Siapa yang menelpon. Lagi-lagi itu adalah panggilan masuk dari mama Reno tapi Alya tak kunjung juga berani mengangkat telepon dari mertuanya itu."Ah, aku tidak berani untuk mengangkat telepon dari Mama. Jika aku yang
Setelah puas berjalan-jalan dan membeli beberapa cenderamata yang akan mereka bawa untuk pulang besok, Reno mengajak Alya untuk kembali ke hotel. Sampai di hotel, Reno meraih handphone dan melihat ada panggilan tak terjawab kembali dari mamanya.Dahi Reno mengkerut melihat panggilan tak terjawab dari mamanya yang berulang kali dan dia pun berinisiatif untuk langsung menghubungi mamanya tersebut.Melihat Reno tengah sibuk dengan handphonenya, Alya pun memutuskan untuk membersihkan diri di kamar mandi dan berganti pakaian sedangkan Reno malah sibuk mencoba untuk menghubungi mamanya kembali. Tak butuh waktu lama Lastri langsung menjawab panggilan telepon dari Reno tersebut dan Reno pun bernafas lega saat mendengar teleponnya tersambung dengan mamanya."Ada apa Ma? Kenapa sehari ini Mama sibuk sekali untuk menelepon diriku? Apakah ada hal yang penting?"tanya Rino dengan heran melalui sambungan telepon itu kepada mamanya."Kamu ini kemana saja si Reno? Sejak tadi Mama berusaha untuk mengh
Kepulangan Alya dan Reno ke rumahnya disambut dengan wajah masam oleh Lastri. Genggaman tangan Reno terhadap jemari Alya sungguh membuat Lastri langsung naik pitam dan menarik kasar tangan Reno dari genggaman Alya."Apa-apaan ini, Reno? Apa sekarang kamu sudah benar-benar jatuh hati kepada perempuan miskin ini?" tanya Lastri dengan marah kepada putranya itu. Reno menarik kasar nafasnya mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh mamanya tersebut."Apa salahnya aku mencintai istriku sendiri? Dia sudah menemani hari-hariku belakangan ini. Lalu bagaimana mungkin aku tidak jatuh hati kepada dirinya? Sedangkan dia selalu bersikap baik terhadap diriku. Dan sebagai seorang istri dia sungguh sangat pandai menghargai diriku serta melayani semua kebutuhan diriku. Tentu saja aku jatuh hati kepadanya, Ma!" jawab Reno terhadap mamanya tersebut.Mendengar jawaban dari putranya tersebut, Lastri langsung kaget setengah mati mendengar semua kebenaran yang dilontarkan oleh putranya itu. Sungguh dia san
Malam harinya, Alya dan Reno turun dari lantai atas untuk makan malam bersama dengan Lastri dan juga Gunawan yang sudah menunggu mereka.Lastri sudah mengabarkan kepada suaminya itu bahwa Reno dan Alya sudah pulang dari bulan madu mereka sejak tadi sore."Pa!" sapa Reno pada papanya tersebut.Gunawan tersenyum lebar melihat kedatangan anak serta menantunya tersebut."Sepertinya bulan madu itu membuatmu semakin berisi, Reno? Apa disana kerjamu hanya kulineran saja? Alya juga terlihat lebih cerah sehabis pulang dari Bali!" ujar Gunawan pada mereka.Reno melirik pada Alya dan tersenyum kecil. Begitupun dengan Alya, Alya tersenyum malu menatap ke arah mertuanya itu."Udah deh, Pa! Nggak usah terlalu memanjakan mereka gara-gara Reno pergi berbulan madu seperti itu, perusahaan jadi terbengkalai. Kalau terjadi sesuatu kepada perusahaan lalu apa yang akan Papa lakukan? Itu makanya jangan terlalu sibuk mengurusi hubungan antara Alya dengan Reno yang belum tentu ujungnya seperti apa. Lebih baik