"Jonas, syukurlah kamu sudah baikan? Aku minta maaf karena terpaksa aku harus pulang dengan Tu ...""Celine aku mau bicara denganmu. Ada hal yang harus kita bicarakan." Celine mengurungkan niatnya untuk masuk dan menemani Jonas duduk."Apa yang mau kamu bicarakan, Jo?""Celine apa kamu mencurigai seseorang saat komplotan penjahat kemaren menyebut nama temanku? Siapa temanku itu. Berarti dia suruhan orang." Celine berfikir sesaat mencerna apa yang Jonas katakan.''Tidak, Jonas. Aku tidak mencurigai siapapun. Memangnya kamu mencurigai seseorang?" "Tidak juga, Celine. Aku mengira kalau kau tau siapa orang yang mereka maksud itu!" Celine menggeleng."Tidak Jonas, aku tidak tau. Awalnya aku mengira kalau meraka itu teman-temanmu. Tapi ternyata..."Membayangkan wajah babak belur Jonas memang sungguh kasihan, dia terpaksa membongkar celengannya yang semula berniat untuk membeli motor baru. Terpaksa dia mengambil sedikit uangnya untuk membeli kaca mata baru.Jonas menuntun motor sendirian di
"Mau apa kau ke mari? Bukan kah sudah ku ingatkan kalau aku hanya akan membayar jika tugasmu selesai dengan benar!"Diego hanya berdiri, tersenyum sambil memainkan lidi korek api di mulutnya."Mungkin lebih menyenangkan jika istrimu tau kalau yang menyuruh kita melakukan itu adalah kamu!""Brengsek!" Zack spontan meraih kerah baju Diego dengan tatapan bengisnya, tapi preman itu hanya tersenyum tidak ada takut-takutnya sama sekali. "Jangan berani-berani kau buka mulut di depan Celine, atau aku akan...""Oh, jadi namanya Celine? Nama yang bagus! Dan pasti cantik orangnya. Akan sangat menyenangkan jika aku bisa...""Tutup mulutmu, sialan!" Saat kepalan tangan Zack tepat di depan wajah Diego, tiba-tiba Veronica keluar yang membuat Zack menahan pukulan terhadap preman itu."Zack, sedang apa kalian di sini? Siapa dia?""Ma-Mama.""Eh, Tante, perkenalkan saya Diego, teman Zack, putra Tante!"Keduanya
"Leo, sedang apa kau di sini?" Wajah Celine sedikit memucat karena khawatir Leo mendengar apa yang baru saja dia katakan.''Kau sendiri sedang apa di sini? Aku kebetulan mampir dan melihat kamu masih ada di sini, jadi aku putuskan untuk menunggumu pulang!""Kamu kenapa?" tanya Leo curiga dengan wajah Celine yang pucat pasi bak habis di kejar hewan buas."A-aku ti-tidak apa-apa Le! Aku baik-baik saja." Celine sengaja berbohong."Kamu yakin?" Leo sedikit ragu."Iya, aku baik-baik saja.""Syukurlah, kalau begitu, kita pulang sekarang!"Terang saja Celine mau saat Leo mengajaknya pulang, dia berfikir bagaimana bisa pulang di waktu sore seperti ini.Menaiki motor trail-nya Celine membonceng di belakang dan menjadikan pundak Leo sebagai pegangannya."Kenapa jam segini kau masih ada di sini?""Hah?" Kedap-nya suara yang tertutup helm full face membuat Celine tak mendengar apa yang Leo katakan.
"Bagaimana kalau Tuan Zack mengejar Leo sekarang! Semoga saja Leo baik-baik saja."Dan benar saja, apa yang di khawatirkan Celine kini menjadi kenyataan. dengan mobil sportnya, Zack mengejar Leo dari belakang.Leo yang melihat sebuah mobil mengejarnya dari spion motor segera menarik gas sekencang mungkin, tidak mau kalah darinya, Zack pun demikian hingga mereka terlihat seperti sedang manufer di jalan raya."Sialan! Siapa yang mengejar aku ini, ck!" Leo terlihat tenang sambil menyetir."Tidak akan aku biarkan kau lari begitu saja! Aku pasti akan mendapatkan-mu!"Keduanya memacu kendaraan dengan kecepatan penuh sampai daun kering di jalan berterbangan terkena hembusan angin kecepatan mereka.Melintas terowongan yang begitu gelap dan sepi, menyusuri di sepanjang jalan yang lenggang tanpa lalu lalang warga yang lewat."Aku harus bisa lari darinya!"Suara lonceng kereta terdengar semakin mendekatinya, Leo menoleh ke
Sebagai Laki-Laki normal Zack tentu mengagumi kecantikan istrinya yang sedang berdiri sambil menyiapkan baju untuknya.Perlahan dia berjalan mendekat, namun ketakutan di mata Celine masih ada."Ibu menyuruhku untuk menyiapkan baju untukmu, Tuan." Usai mengatakan itu secepat mungkin Celine pergi dari hadapan Zack takut di interogasi perihal siapa yang mengantarnya pulang.Zack hanya memandang datar sampai sosok itu keluar dari kamar."Bagaimana, apa suamimu sedang bersiap?" tanya Veronica penasaran."Iya, Bu. Tuan sedang bersiap di kamarnya.""Bagus kalau begitu."Sambil menunggu pria tampan itu datang, ke tiga wanita itu mengobrol begitu hangat sambil sesekali terkekeh.Tanpa mereka sadari Zack kini tidak jauh dari mereka dan mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Dia sadar kalau selama ini gadis yang pergi meninggalkannya tak pernah sehangat ini dengan keluarganya."Ehem!" Suara itu spontan menghe
Zack berdiri di belakang Celine dan menyodorkan kedua tangannya ke depan. Posisinya saat ini seperti sedang memeluk yang membuat Celine sulit untuk bergerak.Dia mengambil pisau kecil lalu memberi contoh bagaimana cara mengiris steak tersebut.Jangan di tanya bagaimana perasaan Celine saat itu. Jantungnya berdegup kencang bisa sedekat itu dengannya."Begitu saja kau tak bisa," pekiknya ketus."Nak Celine, bagaimana kau bisa makan steak kalau yang kamu ambil ini sendok dan garpu. Seharusnya kau mengambil pisau dan garpu untuk memakan." Ucapan Veronica membuat dia merasa sangat bodoh."I-iya, Ibu. Aku memang belum pernah makan makanan seperti ini sebelumnya. Mungkin aku harus banyak belajar dari kalian."Sedikit demi sedikit Celine mencoba mengiris sendiri seperti yang sudah di ajarkan oleh Zack. Melihat Celine yang masih saja kesusahan membuat Granella dan Veronica tersenyum sambil mengunyah makanan di mulutnya.
"Sayang, kamu tau nggak! Malam ini aku bahagia sekali! Akhirnya kita bisa bersama tanpa si tua bangka itu."Sisilia pulang dengan sempoyongan bersama seorang pria yang dia cinta. Tak ada rasa malu sama sekali dia membawa kekasihnya itu pulang ke rumah.Guprak!Tubuhnya yang lemah membuat dia tak sengaja menabrak pintu saat masuk. Mendengar suara keras dari luar, Jesica keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi."Mama! Astaga Mama mabuk?" Jesica terkejut Sisilia pulang dengan seorang laki-laki."Hei, siapa kamu! Kenapa kamu kemari dengan Mamaku?""Ah, berisik kamu, anak kecil!" Justru Sisilia-lah yang menjawabnya dengan ketus."Dia pacarku! Kenapa? Apa kamu keberatan?""Pa-pacar, maksud Mama?" Jesica masih belum mengerti kenapa Sisilia mengatakan itu.Padahal selama ini dia mengira kalau Sisilia ibu yang baik untuk keluarganya."Sudah, Sayang. Kau jangan pikirkan ucapan anak kecil ini! Kita ma
Ingin rasanya Celine mendatangi rumah orang tuanya, tapi Zack justru membawanya pulang ke rumah.Di dalam kamar dia merasa tak tenang, Celine berjalan bolak-balik yang membuat kepala Zack menjadi pusing."Hei, apa kau tak bisa tenang? Kepalaku pusing melihatmu yang terus mondar-mandir seperti ini!"Alih-alih mendapat dukungan dari suaminya, dia justru mendapat sentakan suara dari Zack.Mau tidak mau Celine terpaksa duduk dan merebahkan tubuhnya di atas sofa yang mutlak menjadi tempat tidurnya.Matanya terpejam tanpa sadar dia tertidur sampai pagi hari."Sepulang kuliah nanti aku harus datang ke rumah Papa! Aku masih penasaran kenapa Jesica begitu banyak meneleponku."Sedang berangkat ke kampus pun Celine ragu, dia masih takut dengan kejadian kemaren dimana Pak Reinaldi berusaha merenggut kesuciannya. Entah bagaimana nasibnya kini kalau saja dia tidak bisa lepas dari Kungkungan dosen gila itu."Ibu, pulang kuliah
"Aku akan beri mereka nama Eleana dan Evander, mereka cantik dan juga gagah seperti aku." Zack begitu bangganya."Eleana dan Evander? Em, nama yang bagus, aku suka dengan nama itu, Honey." Zack mengecup kening sang istri dengan begitu hikmatnya."Oh, iya kalian belum memberitahu berita bahagia ini pada Marcel dan juga Granella bukan? Biar Mama yang menelepon mereka." Veronica mengambil ponselnya dan menelepon kedua anaknya yang berada di seberang sana.Marcel memicingkan matanya saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya membuat Granella penasaran siapa yang meneleponnya."Siapa yang menelepon-mu, Kak?"Marcel menunjukan ponselnya pada Granella. Mereka berharap tidak ada hal buruk yang menimpa keluarganya di sana, Marcel segera menggeser tombol berwarna hijau hingga panggilan tersambung."Hai Mah, apa Mama baik-baik saja bukan?" Wajah Veronica terlihat di layar ponsel setelah saat melakukan vidio call."Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Oh iya, Marcel,
Kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia susah untuk melakukan aktifitas seperti biasanya. Di klaim oleh dokter kalau Celine memiliki bayi kembar di dalam rahimnya.Zack begitu senang setelah tau kalau calon anaknya kembar, satu pria dan satu wanita setelah mereka tau lewat USG yang di lakukan setiap kali periksa."Zack, lebih baik hari ini kau jangan dulu masuk ke kantor. Hari ini bukankah HPL istrimu, Celine? Aku tidak menyangka kalau Celine memilih melahirkan secara normal!" Veronica bergidik ngeri.Membayangkan wanita yang kesakitan hendak melahirkan normal, tapi itu jalan yang dipilih oleh menantunya.Sengaja Celine memilih persalinan normal supaya dia bisa tau bagaimana rasanya melahirkan secara spontan."Hem, seperti biasanya, Mah. Aku hanya sebentar untuk absen. Setelah itu, aku akan segera pulang. Mana mungkin aku melewatkan detik-detik yang paling berharga untuk'ku!"Wanita hamil itu masih di dalam kamarnya pa
"Gimana, kalian sudah siap? Kalau sudah kita berangkat sekarang?"Usai sarapan mereka bertiga keluar untuk jalan-jalan. Marcel sengaja membatalkan semua urusan kantornya demi adiknya mumpung Granella ada di kota itu.Kini saatnya untuk membuat dia senang."Siap, Kak. Aku udah siap! Kita berangkat sekarang!"Sekitar 15 menit lamanya, mereka di perjalanan, Marcel justru membawa mereka ke tempat yang tidak terduga, terutama oleh angel sendiri.Mereka ke sebuah taman di tengah-tengah kota. Pemandangan yang sangat indah serta wahana yang membuat mereka merasa tertantang ingin mencobanya, namun tidak untuk Angel."Astaga, kenapa kau membawaku kemari, Marcel? Memangnya nggak ada tempat lain untuk berlibur? Kita bisa ke Mall atau ke pantai?""Apa yang kau katakan, Kak? Di sini? Kak Angel kau lihat! Di sana ada wahana itu. Bagaimana kalau kita mencobanya?""Apa? Naik? Tidak, tidak, tidak! Aku tidak berani mencobanya."
"Oh iya, ada apa kau kemari?""Daddy menyuruhku untuk datang ke rumah. Dia bilang ada hal penting yang mau dibicarakan denganmu!""Hal penting? Hal penting apa?"Angel hanya mengangkat tangan dan bahunya yang menandakan kalau dia tidak tau."Ya sudah, nanti siang aku curi-curi waktu untuk datang ke rumahmu. Atau jangan-jangan kau sengaja menyuruh Daddy-mu agar aku datang ke sana." Marcel terkekeh. "Marcel!" "Sudah, aku mau pulang. Pokonya kau harus datang, Daddy menunggumu di rumah."Angel bangun dari duduknya untuk pulang namun Marcel kembali bicara."Kau yakin mau pulang? Memangnya kau tidak mau ikut dengan kami untuk jalan-jalan?"Dilewatkan juga sayang, akan tetapi rasanya malu jika mendadak dia mau ikut untuk jalan-jalan bersama kakak beradik itu."Jalan-jalan? Jalan-jalan kemana?""Ya kemana aja, ke bukit kayak kemaren?" Angel membelalakkan matanya malu di depan Granella.
Tok!Tok!"Marcel buka pintunya! Marcel, buka!"Granella berlari saat seseorang mengetuk pintu apartemen kakaknya.Pasalnya Marcel sendiri tengah berada di kamar mandi saat ini. Siapa yang berani datang sambil mengetuk pintu lumayan kencang."Iya, iya. Sebentar!"Begitu pintu di buka, "Iya, ada yang bisa saya bantu?" Angel mengerutkan alisnya saat melihat wanita lain di dalam apartemen Marcel.Entah mengapa perasaannya marah, dia mengira kalau Marcel dan wanita ini memiliki hubungan walau sebenarnya bukan urusan dia jika memang itu benar.Karena Angel sendiri hanya teman, bukan siapa-siapanya Marcel."Siapa kau? Kenapa kau berada di apartemen Marcel?" Granella tersenyum."Kau pasti Angel, bukan? Aku Granella, Adiknya Kak Marcel." Granella mengulurkan tangannya mengajak Angel salaman.Berapa malunya Angel yang setelah tau dialah Granella gadis yang sering mereka bicarakan.Nad
"Baby, aku berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah, jaga bayi kita dengan baik!""Kau hati-hati Honey, jangan pulang terlambat, atau aku akan merajuk?" ucap Celine pura-pura cemberut."Kau tidak perlu khawatir! Akan ku habiskan waktuku untuk kalian yang tersayang." Zack memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat sambil menciumi pucuk kepalanya.Usai melakukan itu, dia pergi untuk bekerja setelah mengecup kening sang istri. Usia kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia cepat lelah dan memerlukan banyak istirahat.Zack tak pernah lama di kantor setelah tau kalau istrinya hamil untuk yang kedua kalinya.Dia menjadi calon Daddy yang siaga, akan tetapi tuntutan pekerjaan membuat dia harus absen berangkat walau hanya beberapa jam saja di kantornya."Suamimu sudah berangkat?" tanya Veronica."Baru saja, Ibu. Hari ini Honey ada meeting dengan para stafnya, dia bilang ada rencana baru yang akan di buat oleh perusahaannya
"Astaga, kenapa aku sampai lupa untuk ke belakang! Ok, makasih Edward, aku ke belakang dulu!" Edward menunjukan toilet dengan tangannya.Dia beranjak lebih dulu kembali ke kamar poppy-nya bergabung bersama Marcel dan mommy-nya.Obrolan mereka serasa menyenangkan baginya, padahal biasanya Edward sendiri enggan untuk berkumpul."Betulkan, Edward. Kalau menurutmu bagaimana jika Poppy menanam saham di perusahaan milik Nona Granella. Jadi komunikasi kita bisa terus berlanjut."Edward menghela nafas kasar sebelum bicara, "Iya, itu ide yang bagus, Pih. Tapi apa Poppy yakin kalau Nona Granella bakal menerima tawaran itu?""Nanti kita tanyakan langsung pada Nona Granella." Tuan Mickey terlihat begitu bersemangat.Tak berapa lama kemudian, Granella keluar dari kamar mandi, tuan Mickey mengatakan niatnya itu pada gadis ini untuk mengajaknya kerja sama.Semula Granella tidak yakin dan mengira kalau tuan Mickey hanya bercanda.
"Ok, Nak. Kau di sini saja, biar aku yang menghubungi Kakak kamu itu.""Apa Uncle yakin?" Pasalnya Granella sendiri tidak yakin kalau tuan Mickey ini mengenal kakaknya. Begitu juga dengan Edward dan nyonya Amelie yang saling pandang dengan pikiran masing-masing."Kenapa tidak, tunggu!"Tuan Mickey mengambil ponselnya lalu menghubungi Marcel yang kini berada di kantornya."Halo, Tuan Mickey ada yang bisa saya bantu?" Suara Marcel dari sambungan telepon."Tuan muda Welyoston, bisa kan anda datang ke rumahku sekarang juga?" Granella membelalakkan matanya saat tuan Mickey menyebut nama tuan muda Welyoston. Itu artinya tuan Mickey memang mengenal kakaknya."Ada hal yang sangat penting yang harus ada ketahui sekarang juga!""Kalau boleh tau, apa hal penting itu, Tuan. Karena saya tidak punya banyak waktu untuk berleha-leha.""Oh, tentu ini sangat penting, Tuan." Tuan Mickey melirik pada Granella."D
"Em, Berlian, Louise tunggu!""Iya, Nona.""Sekarang kalian bebas untuk kemana aja, aku pun akan mencari dimana tempat tinggal Kakak'ku di sini, pulang nanti kita akan bertemu di hotel ini lagi."Kedua bawahannya itu seperti mendapatkan kesempatan emas untuk mengunjungi tempat-tempat indah di kota itu tanpa gangguan soal pekerjaan."Sungguh, Nona?""Iya, bersenang-senanglah kalian, selamat berlibur!"Berpisah dari hotel yang sama mereka berpencar ke tempat tujuan masing-masing.Granella beranjak ke kota lain untuk mencari keberadaan Marcel sekarang."Kak Marcel pasti terkejut kalau tau tiba-tiba aku ada di sini."Menaiki sebuah taksi Granella duduk di kursi belakang sambil memandang indahnya kota tersebut.Laju kendaraan terhenti saat lampu lalu lalu lintas menunjukan warna merah. Dari kejauhan tak sengaja Granella melihat seorang pria tua yang berdiri sambil memegangi kepalanya yang terasa sak