"Ayok silahkan dimakan, Angel. Kau pasti suka masakan ini."
"Oh, iya Aunty, suka, aku suka sekali."Sambil menjawab sesekali Angel melirik pada Marcel yang duduk berseberangan dengan kedua orang tua dia.Sedang Angel sendiri duduk sejajar dengan tuan Mickey dan nyonya Amelie.Betapa tidak membuat dia penasaran, Marcel terlihat begitu santai membaur dengan keluarga kaya raya seperti mereka."Sebenarnya siapa kau? Dan dari golongan mana kau berasal," gumamnya dalam hati."Em, Nak Marcel." Marcel seketika mendongakkan wajahnya memandang tuan Mickey yang memanggilnya."Kau bekerja dimana sekarang?" Marcel bingung apa yang harus dia jawab, berkata jujur, atau menyembunyikan identitasnya di hadapan mereka.Kebetulan sekali Angel spontan menjawabnya, namun jawaban itu membuat Marcel dan semuanya tercengang."Oh, calon suami sebagai staf di perusahaan Smart Global Corporation, Uncle. Iya, disana." Marcel spont"Ehem, siapa yang menelepon-mu, Nak? Sepertinya penting sekali?""Oh, dia Granella, Adik'ku."Nyonya Amelie spontan membetulkan duduknya menjadi tegak. Terlihat dia begitu antusias setelah Marcel menjawab pertanyaan suaminya yang menanyakan siapa yang meneleponnya.Mengatakan bahwa yang meneleponnya adalah adiknya seolah menjadi angin segar untuk nyonya Amelie. Sekilas dia memikirkan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya."Adikmu? Oiya? Dia pria? Atau ..., sudah berumah tangga, atau ...?"Uhuk! Tapi justru Angel yang tersedak. Banyak sekali pertanyaan yang terlontar dari mulut nyonya Amelie, terlihat dari gelagatnya, sepertinya nyonya Amelie tertarik dengan adiknya Marcel ini.Marcel pun tersenyum karena dia merasakan hal yang sama dengan Angel. Bisa-bisanya nyonya Amelie punya pikiran seperti itu sedangkan Angel saja menolak putranya mentah-mentah."Ya, ya gadis. Adik'ku gadis, masih singgel tapi ya dia s
Entah mengapa semenjak kejadian itu Angel tak bisa menghilangkan sosok Marcel. Bayangan kekecewaan dia masih menari-nari di pelupuk mata yang membuatnya merasa bersalah.Rasanya ingin sekali mendatangi pemuda itu untuk meminta maaf tetapi rasa malu dan gengsi itu ada."Kenapa aku harus datang ke sana! Memangnya dia siapa aku, pacar bukan, teman juga bukan," gumam Angel kesal.Dia sengaja mengurung diri di dalam kamar agar tidak ada yang mengganggunya.Tetapi ternyata keinginannya tidak seperti peda kenyataannya, nyonya Amelie mengetuk pintu dan menyuruhnya untuk ikut bersamanya.Lama tak pergi dengan putrinya membuat nyonya Amelie rindu dan sekarang dia berniat untuk mengajak Angel pergi.Tok! Tok!"Angel, kau sedang apa di dalam? Keluar, ikut Mommy ke butik sekarang!""Ke butik?"Memang sudah lama dia tidak mendatangi butik baju milik orang tuanya itu, dari semenjak dia kabur dari rumah.Padah
"Delisa, apa kau sudah layani tamu saya di paviliun? Jangan sampai mereka kesusahan dalam membutuhkan sesuatu.""Sudah, Nyonya muda."Pagi hari Celine dan Zack duduk di meja makan untuk sarapan, satu bulan semenjak nyonya Gutawa dan tuan Charles tinggal bersamanya, tugas kedua asisten rumah tangganya selain bertambah, yaitu melayani kebutuhan finansial mereka.Baru saja Celine selesai bicara, tiba-tiba ponselnya berdering. Susah payah dia mengambil ponselnya yang berada di saku celana pendek yang dia kenakan."Siapa yang menelepon-mu?" Zack penasaran."Kepala rumah sakit jiwa, sebentar aku angkat dulu telepon ini."Celine menggeser tombol layar berwarna hijau hingga panggilan mereka tersambung."Selamat pagi, Nyonya. Saya punya kabar baik untuk Nyonya sekeluarga.""Kabar baik? Kabar baik apa, Sir?"Kenapa rumah sakit jiwa lalu menceritakan apa tujuan dia meneleponnya. Zack terus saja memandangi istrinya
"Ibu, jadi kau Ibuku?" Nyonya Gutawa mengangguk."Dan kau Papaku?" Tuan Charles merentangkan tangannya.Greta spontan berlari kedalam pelukan papa tersayang dengan air mata yang mulai membanjiri pipi mulusnya.Celine pun ikut menangis tak kuasa menahan rasa haru dalam pertemuan keluarga yang sudah lama terpisah."Syukurlah, ya Tuhan, mereka kini bisa berkumpul kembali."Namun tiba-tiba dia mengingat sesuatu."Mana mungkin aku membawa Greta pulang ke rumah, yang ada Honey pasti marah atau itu akan berdampak buruk juga nantinya."Dia berfikir sesaat kemana akan membawa mereka untuk tinggal. Tak lama setelah itu Celine mengambil ponselnya dan terlihat menghubungi seseorang.Nyonya Gutawa terlihat menunjuk pada Celine di saat dia sedang menelepon, Celine hanya bisa mengacungkan jempolnya sambil bicara.Belum selesai dengan orang tersebut, Greta terlihat berjalan menghampirinya yang membuat terpaksa dia meng
"Honey, kau sudah pulang? Bagaimana pekerjaan di kantor, apa ada masalah?" "Tidak, semuanya baik-baik saja," ujar Zack sambil melepas dasi yang melingkar di leher.Dia duduk lalu melepas sepatunya sendiri."Oh iya, bagaimana. Apa ada peningkatan pada diri, Greta?" Celine tersenyum melihat suaminya yang raga saat menyebut nama Greta.Dia tau kalau pertanyaan Zack ini hanya sekedar basa-basi pembuka obrolan agar tidak terlalu sepi."Dia sudah sadar sepenuhnya, dia juga sudah bisa menerima Aunty Gutawa sebagai Ibunya dan Uncle Charles sebagai Papanya.""Oiya? Bagus kalau begitu.""Tapi maaf, Honey. Aku tidak membawa mereka ke sini, aku menempatkan mereka di sebuah hotel. Mereka minta besok pagi untuk kembali ke Swis."Dan kini gantian Zack yang tersenyum. Celine pikir Zack akan marah mengetahui kalau istrinya itu tidak membawa mantan kekasihnya ke kediaman dia.Tetapi Zack justru bersyukur Celine tau soa
"Nah, ini minuman untukmu, Honey. Minumlah, ini akan menjaga daya tahan tubuh kamu."Dari tekstur warnanya saja Zack sudah ragu minuman apa yang istrinya berikan itu."Minuman apa ini, Baby? Sepertinya aku baru melihat minuman seperti ini?" ucap Zack sambil meringis saat menerima secangkir minuman herbal itu."Itu minuman herbal, baik untukmu.""Apa, minuman herbal? Tapi aku ...!""Sudah, jangan banyak bicara! Kamu minum saja, keburu dingin.""Tapi aku nggak suka dengan minuman herbal, Baby. Bagaimana aku meminumnya?"Sudah Veronica duga yang menguping dari luar pintu bersama Margot menahan tawanya agar tidak terdengar sampai ke dalam.Perdebatan terdengar terdengar begitu sengit gimana keduanya kekeh dengan ambisinya masing-masing."Apa kau tidak menghargai jerih payahku membuat minuman ini, Honey? Setidaknya kamu minum walau hanya sedikit."Dengan geram Zack menjawab, "Iya aku minum! Ok, aku
"Ya tuhan, cobaan apa lagi ini."Zack mengepak kepalanya saat melihat Celine tertidur pulas di atas tempat tidur, bahkan wanita itu masih mengenakan kimono yang digunakan dalam kamar mandi.Diner mereka gagal setelah Zack menunggu lama di pantai dasar, dia mengira kalau istrinya sedang bersiap dan ternyata ...Zack mendekat dan berusaha membangunkan Celine bermaksud agar istrinya itu ganti baju."Baby, kenapa kau tertidur bangun ayok ganti bajumu!" "Eeemmm, aku ngantuk Honey. Tolong kau jangan bangunkan aku," jawab dia dengan suara parau-nya."Haiz! Kenapa jadi begini, ck!" Terpaksa Zack mengganti baju istrinya dan melepas kembali baju formal yang sudah dia kenakan menggantinya dengan yang lebih santai."Kalau aku tidak cinta kepadamu, mungkin sudah aku seret kau keluar dari kamar ini, hufh!" gerutu Zack kesal.Dia berdiri sambil berkacak tangan dan mengajak Celine bicara. Merasa bosan di dalam kamar
"Morning Honey."Pagi harinya Celine bangun, dia duduk sambil menggeliat, mengulur tubuhnya yang terasa pegal."Hem," jawab Zack singkat. Saat itu juga Celine teringat kalau semalam dia baru saja menggagalkan dinernya."Astag, maafkan aku, Honey. Aku tidak bermaksud untuk menggagalkan makan malam kita! Aku ..., aku ...!""Sudah lah, kau mungkin capek, kau istirahatlah, aku berangkat sekarang!"Zack mendekat dan mencium kening sang istri, walau suaminya menyuruh untuk beristirahat tetapi Celine justru turun dari tempat tidurnya dan mengikuti di belakang Zack."Honey, kau pasti marah padaku! Aku minta maaf. Benar apa katamu, kemaren aku sangat lelah.""Iya aku tau, makanya aku menyuruhmu untuk beristirahat, masuklah ke dalam! Aku berangkat sekarang!" Zack melakukan hal yang sama sebelum masuk ke mobilnya.Walau sepertinya ada yang mengganjal dalam hati Celine akan tetapi dia hanya bisa dia sambil melihat mobil itu