"Angel, nama yang bagus! Ternyata kita begitu dekat! Kita berada dalam negara yang sama."
Marcel bergumam sendiri sambil senyum-senyum setelah membuka dompet yang dia temukan di bandara yang ternyata milik gadis bernama Angelina Lee terlihat dari kartu identitas yang dia ambil.Gadis itu rupanya tinggal di kota yang sama dengannya yakni Itali.Namun entah mengapa gadis itu seperti dikejar-kejar waktu itu dan ini masih menjadi alasan bagi Marcel.Marcel lalu mengambil ponselnya dan berusaha menghubungi nomer yang tertera di sebuah kartu nama.Marcel mengerutkan alisnya saat panggilan itu berdering tetapi tidak juga ada yang mengangkat."Sepertinya kau gadis yang misterius."Beberapa kali panggilan itu Marcel lakukan tanpa putus asa dan akhirnya membuahkan hasil.Suara serak basah terdengar dari sambungan telepon mengatakan."Halo, iya, siapa ini? Halo!"Suara kencang yang tiba-tiba membuat MarceDua hari kemudian saat Marcel yang tengah meeting bersama para stafnya tiba-tiba ponselnya.Terpaksa dia izin untuk keluar sebentar untuk melihat siapa yang meneleponnya. Marcel memicingkan matanya saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya."Ange."Tak perlu menunggu waktu lama, pemuda tampan itu segera menggeser tombol hijau hingga panggilan kini tersambung."Halo!""Hei, kau dimana sekarang! Aku ada di Louisa Resto, cepat temui aku!""Sekarang aku masih meeting dengan para staf, satu jam lagi aku sampai di lokasi!" Angel melongok mendengar kata satu jam lagi."Astaga, satu jam lagi. Please, aku tak bisa lama-lama disini! Aku akan kembali ke New York secepatnya!"Marcel merasa heran dengan gadis ini, kenapa begitu buru-buru-nya meninggalkan kota kelahiran dia."Aku tidak janji, usai meeting nanti aku langsung ke tempat tujuan."Tut!Tut!Marcel menutup teleponnya, tak perduli dengan apa yang dikatakan oleh gadis itu, walau kendati demikian dia sudah tak bisa fokus lagi dengan
"Orang tuan Nona pasti sangat senang jika tau kami berhasil membawa pulang Nona!""Lepasin!" Angel terus saja meronta.Melihat kegaduhan di luar tentu sama membuat Marcel keluar dan tak bisa tinggal diam melihat seorang wanita di tangkap oleh dua orang bertubuh besar.Walau dia sendiri tidak mengenal siapa mereka."Heh, lepasin dia!" ujarnya sambil menunjuk ke arah mereka."Kami tidak ada urusannya dengan anda, Tuan. Lebih baik Tuan jangan ikut campur!"Angel membelalakkan matanya saat sebuah mobil yang sangat dia kenal berhenti di hadapannya. Dia berusaha menyembunyikan wajahnya saat melihat siapa yang turun dari mobil tersebut."Da_Daddy!"Dengan gagahnya pria paruh baya itu menghampiri mereka dan menyuruh anak buahnya untuk melepaskan putrinya dengan kode gerak tangan.Kedua anak buah itu spontan melepaskan genggaman tangannya terhadap Angel."Kenapa kau melarikan diri seperti ini? Pulang! M
"Aku ..., em, aku ..."Melihat gelagat Marcel yang gelagapan, Nyonya Belinda dan Tuan Andrew tak bisa memaksa. Oleh kerena itu mereka mempercayakan kedua anak muda itu untuk bicara."Ya sudah, kalian bicarakan dulu berdua. Setelah itu kabar kami jika dirimu sudah siap memanggil orang tuamu datang kemari.Mereka beranjak dari meja makan meninggalkan Marcel dan Angel berdua. Kini mereka saling pandang dengan tatapan seperti kucing dan anjing sama-sama ingin menerkam."Kenapa kau lakukan ini? Kenapa kau seret aku dalam masalahmu?" tanya Marcel dengan tatapan menakutkan.Dia berdiri dari duduknya dan mendekati Angel. Merasa tak bisa menjawab pertanyaan Marcel, Angel pun bangun dari duduknya dan beranjak pergi, tapi tangan Marcel sigap menarik dan mengungkungnya menempel di dinding.Marcel mengunci tubuh Angel di antara kedua tangannya, wajahnya semakin mendekat seolah akan menciumnya."A_apa yang akan ka_kamu laku_
"Tapi Baby, apa kau yakin akan kesana?" "Kenapa tidak. Apa kau mau ikut dengan kami?" Celine tersenyum manis.Melihat senyum dari istrinya membuat Zack semakin merasa bersalah.Tanpa menjawab ajakan dari Celine, Zack berjalan lebih dulu masuk ke dalam mobil dan membuka semua pintunya.Mempersilahkan semuanya untuk masuk dan bergegas ke tempat tujuan."Terima kasih, Honey. Kau mau mengantar kita ke sana." Zack membalasnya dengan senyuman kecut.Mobil berjalan begitu kencang, sengaja Zack melakukan itu agar urusan mereka cepat selesai. Rasanya Zack tak ingin berlama-lama berurusan dengan yang namanya Greta jika itu memang benar dirinya.Sesampainya di sana, kepala rumah sakit jiwa menyambut baik kedatangan wanita yang pernah menitipkan pasien di dalam."Selamat siang, Nyonya. Sepertinya ada hal serius, Nyonya membawa banyak orang kemari?" Zack memicingkan matanya heran, kenapa kepala rumah sakit jiwa ini begitu b
Betapa terkejutnya mereka saat mendapati tanda lahir itu benar-benar ada di lengan kiri Greta.Mata nyonya Gutawa spontan berkaca-kaca, hatinya terasa sesak kala mengingat putrinya yang lama hilang dan sekarang ..."Pah, putri kita. Greta putri kita, Pah," ucapnya dengan nada bergetar.Tuan Charles mengangguk cepat sambil menggigit bibirnya, menahan bulir beling yang hendak terjatuh."Jadi ..., jadi dia benar-benar putri kalian?" Kedua orang tua itu mengangguk serentak. Celine bisa merasakan bagaimana perasaan mereka berdua saat ini.Batinnya merasa teriris, terutama dengan nyonya Gutawa yang merasakan mengandung dia selama 9 bulan dan melahirkannya. Belum puas membesarkan, anak itu hilang entah kemana.Kini sosok itu ada di hadapan mereka, sosok yang di rindukannya selama ini."Benar, Nyonya, dia putri kami. Dia Greta yang selama ini kami cari-cari!"Greta hanya terdiam bingung sambil menggaruk rambut
"Aku minta kalian diam! Jangan sampai bocorkan tentang masa lalu kepada mereka."Celine dan Veronica saling pandang heran, entah kenapa raut wajah Zack terlihat kesal.Jika memang dia tidak mengizinkan nyonya Gutawa dan tuan Charles tinggal di sini, seharunya dia mengatakan sejak awal.Saat itu juga Granella datang. Gadis yang baru saja pulang kerja dibuat bertanya-tanya mendengar ucapan Zack yang tidak dia sengaja terdengar sampai ke depan."Aku pulang."Namun suasana tampak sepi tanpa ada yang menjawab kepulangan Granella."Adda apa ini? Kenapa kalian terlihat tegang?" tanya Granella penasaran. Masih saja tidak ada jawaban dari mereka, Zack justru bangun dari duduknya dan menjauh pergi dari hadapan mereka."Granella kau sudah pulang?" Celine berusaha mencairkan suasana."Apa yang terjadi pada Kak Zack, Kak? Mereka? Siapa yang dia maksud?""Oh, tidak. Mungkin Kakakmu mungkin hanya sedang lela
Tok! Tok! Tok!"Marcel buka pintunya!"Di dalam apartemennya Marcel terperanjat kaget saat seseorang mengetuk pintu dari luar begitu keras.Dia bertanya dalam hati, siapa yang datang. Pasalnya selama ini tidak pernah ada orang datang ke tempatnya kecuali menghubunginya lebih dulu lewat sambungan telepon.Tok! Tok!"Marcel buka!"Beberapa ketukan itu membuat dia penasaran, secepat mungkin dia menghampiri untuk melihat siapa yang datang."Angel, sedang apa kau di sini?""Aduh! Itu tidak penting. Kau harus ikut denganku sekarang," gumamnya sambil menarik tangan Marcel seketika."Eits, tunggu! Ada apa ini?""Udah! Nanti aku ceritakan di dalam mobil!"Gadis itu segera menggandeng tangan Marcel dan berlari kecil bergegas membawa pemuda tampan itu pergi."Sebenarnya ini kita mau kemana? Kenapa kau begitu buru-buru." Tetapi Angel tidak menjawab, dia justru memberikan sesuatu pada Marc
"Ayok silahkan dimakan, Angel. Kau pasti suka masakan ini.""Oh, iya Aunty, suka, aku suka sekali." Sambil menjawab sesekali Angel melirik pada Marcel yang duduk berseberangan dengan kedua orang tua dia.Sedang Angel sendiri duduk sejajar dengan tuan Mickey dan nyonya Amelie.Betapa tidak membuat dia penasaran, Marcel terlihat begitu santai membaur dengan keluarga kaya raya seperti mereka."Sebenarnya siapa kau? Dan dari golongan mana kau berasal," gumamnya dalam hati."Em, Nak Marcel." Marcel seketika mendongakkan wajahnya memandang tuan Mickey yang memanggilnya."Kau bekerja dimana sekarang?" Marcel bingung apa yang harus dia jawab, berkata jujur, atau menyembunyikan identitasnya di hadapan mereka.Kebetulan sekali Angel spontan menjawabnya, namun jawaban itu membuat Marcel dan semuanya tercengang."Oh, calon suami sebagai staf di perusahaan Smart Global Corporation, Uncle. Iya, disana." Marcel spont
"Aku akan beri mereka nama Eleana dan Evander, mereka cantik dan juga gagah seperti aku." Zack begitu bangganya."Eleana dan Evander? Em, nama yang bagus, aku suka dengan nama itu, Honey." Zack mengecup kening sang istri dengan begitu hikmatnya."Oh, iya kalian belum memberitahu berita bahagia ini pada Marcel dan juga Granella bukan? Biar Mama yang menelepon mereka." Veronica mengambil ponselnya dan menelepon kedua anaknya yang berada di seberang sana.Marcel memicingkan matanya saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya membuat Granella penasaran siapa yang meneleponnya."Siapa yang menelepon-mu, Kak?"Marcel menunjukan ponselnya pada Granella. Mereka berharap tidak ada hal buruk yang menimpa keluarganya di sana, Marcel segera menggeser tombol berwarna hijau hingga panggilan tersambung."Hai Mah, apa Mama baik-baik saja bukan?" Wajah Veronica terlihat di layar ponsel setelah saat melakukan vidio call."Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Oh iya, Marcel,
Kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia susah untuk melakukan aktifitas seperti biasanya. Di klaim oleh dokter kalau Celine memiliki bayi kembar di dalam rahimnya.Zack begitu senang setelah tau kalau calon anaknya kembar, satu pria dan satu wanita setelah mereka tau lewat USG yang di lakukan setiap kali periksa."Zack, lebih baik hari ini kau jangan dulu masuk ke kantor. Hari ini bukankah HPL istrimu, Celine? Aku tidak menyangka kalau Celine memilih melahirkan secara normal!" Veronica bergidik ngeri.Membayangkan wanita yang kesakitan hendak melahirkan normal, tapi itu jalan yang dipilih oleh menantunya.Sengaja Celine memilih persalinan normal supaya dia bisa tau bagaimana rasanya melahirkan secara spontan."Hem, seperti biasanya, Mah. Aku hanya sebentar untuk absen. Setelah itu, aku akan segera pulang. Mana mungkin aku melewatkan detik-detik yang paling berharga untuk'ku!"Wanita hamil itu masih di dalam kamarnya pa
"Gimana, kalian sudah siap? Kalau sudah kita berangkat sekarang?"Usai sarapan mereka bertiga keluar untuk jalan-jalan. Marcel sengaja membatalkan semua urusan kantornya demi adiknya mumpung Granella ada di kota itu.Kini saatnya untuk membuat dia senang."Siap, Kak. Aku udah siap! Kita berangkat sekarang!"Sekitar 15 menit lamanya, mereka di perjalanan, Marcel justru membawa mereka ke tempat yang tidak terduga, terutama oleh angel sendiri.Mereka ke sebuah taman di tengah-tengah kota. Pemandangan yang sangat indah serta wahana yang membuat mereka merasa tertantang ingin mencobanya, namun tidak untuk Angel."Astaga, kenapa kau membawaku kemari, Marcel? Memangnya nggak ada tempat lain untuk berlibur? Kita bisa ke Mall atau ke pantai?""Apa yang kau katakan, Kak? Di sini? Kak Angel kau lihat! Di sana ada wahana itu. Bagaimana kalau kita mencobanya?""Apa? Naik? Tidak, tidak, tidak! Aku tidak berani mencobanya."
"Oh iya, ada apa kau kemari?""Daddy menyuruhku untuk datang ke rumah. Dia bilang ada hal penting yang mau dibicarakan denganmu!""Hal penting? Hal penting apa?"Angel hanya mengangkat tangan dan bahunya yang menandakan kalau dia tidak tau."Ya sudah, nanti siang aku curi-curi waktu untuk datang ke rumahmu. Atau jangan-jangan kau sengaja menyuruh Daddy-mu agar aku datang ke sana." Marcel terkekeh. "Marcel!" "Sudah, aku mau pulang. Pokonya kau harus datang, Daddy menunggumu di rumah."Angel bangun dari duduknya untuk pulang namun Marcel kembali bicara."Kau yakin mau pulang? Memangnya kau tidak mau ikut dengan kami untuk jalan-jalan?"Dilewatkan juga sayang, akan tetapi rasanya malu jika mendadak dia mau ikut untuk jalan-jalan bersama kakak beradik itu."Jalan-jalan? Jalan-jalan kemana?""Ya kemana aja, ke bukit kayak kemaren?" Angel membelalakkan matanya malu di depan Granella.
Tok!Tok!"Marcel buka pintunya! Marcel, buka!"Granella berlari saat seseorang mengetuk pintu apartemen kakaknya.Pasalnya Marcel sendiri tengah berada di kamar mandi saat ini. Siapa yang berani datang sambil mengetuk pintu lumayan kencang."Iya, iya. Sebentar!"Begitu pintu di buka, "Iya, ada yang bisa saya bantu?" Angel mengerutkan alisnya saat melihat wanita lain di dalam apartemen Marcel.Entah mengapa perasaannya marah, dia mengira kalau Marcel dan wanita ini memiliki hubungan walau sebenarnya bukan urusan dia jika memang itu benar.Karena Angel sendiri hanya teman, bukan siapa-siapanya Marcel."Siapa kau? Kenapa kau berada di apartemen Marcel?" Granella tersenyum."Kau pasti Angel, bukan? Aku Granella, Adiknya Kak Marcel." Granella mengulurkan tangannya mengajak Angel salaman.Berapa malunya Angel yang setelah tau dialah Granella gadis yang sering mereka bicarakan.Nad
"Baby, aku berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah, jaga bayi kita dengan baik!""Kau hati-hati Honey, jangan pulang terlambat, atau aku akan merajuk?" ucap Celine pura-pura cemberut."Kau tidak perlu khawatir! Akan ku habiskan waktuku untuk kalian yang tersayang." Zack memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat sambil menciumi pucuk kepalanya.Usai melakukan itu, dia pergi untuk bekerja setelah mengecup kening sang istri. Usia kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia cepat lelah dan memerlukan banyak istirahat.Zack tak pernah lama di kantor setelah tau kalau istrinya hamil untuk yang kedua kalinya.Dia menjadi calon Daddy yang siaga, akan tetapi tuntutan pekerjaan membuat dia harus absen berangkat walau hanya beberapa jam saja di kantornya."Suamimu sudah berangkat?" tanya Veronica."Baru saja, Ibu. Hari ini Honey ada meeting dengan para stafnya, dia bilang ada rencana baru yang akan di buat oleh perusahaannya
"Astaga, kenapa aku sampai lupa untuk ke belakang! Ok, makasih Edward, aku ke belakang dulu!" Edward menunjukan toilet dengan tangannya.Dia beranjak lebih dulu kembali ke kamar poppy-nya bergabung bersama Marcel dan mommy-nya.Obrolan mereka serasa menyenangkan baginya, padahal biasanya Edward sendiri enggan untuk berkumpul."Betulkan, Edward. Kalau menurutmu bagaimana jika Poppy menanam saham di perusahaan milik Nona Granella. Jadi komunikasi kita bisa terus berlanjut."Edward menghela nafas kasar sebelum bicara, "Iya, itu ide yang bagus, Pih. Tapi apa Poppy yakin kalau Nona Granella bakal menerima tawaran itu?""Nanti kita tanyakan langsung pada Nona Granella." Tuan Mickey terlihat begitu bersemangat.Tak berapa lama kemudian, Granella keluar dari kamar mandi, tuan Mickey mengatakan niatnya itu pada gadis ini untuk mengajaknya kerja sama.Semula Granella tidak yakin dan mengira kalau tuan Mickey hanya bercanda.
"Ok, Nak. Kau di sini saja, biar aku yang menghubungi Kakak kamu itu.""Apa Uncle yakin?" Pasalnya Granella sendiri tidak yakin kalau tuan Mickey ini mengenal kakaknya. Begitu juga dengan Edward dan nyonya Amelie yang saling pandang dengan pikiran masing-masing."Kenapa tidak, tunggu!"Tuan Mickey mengambil ponselnya lalu menghubungi Marcel yang kini berada di kantornya."Halo, Tuan Mickey ada yang bisa saya bantu?" Suara Marcel dari sambungan telepon."Tuan muda Welyoston, bisa kan anda datang ke rumahku sekarang juga?" Granella membelalakkan matanya saat tuan Mickey menyebut nama tuan muda Welyoston. Itu artinya tuan Mickey memang mengenal kakaknya."Ada hal yang sangat penting yang harus ada ketahui sekarang juga!""Kalau boleh tau, apa hal penting itu, Tuan. Karena saya tidak punya banyak waktu untuk berleha-leha.""Oh, tentu ini sangat penting, Tuan." Tuan Mickey melirik pada Granella."D
"Em, Berlian, Louise tunggu!""Iya, Nona.""Sekarang kalian bebas untuk kemana aja, aku pun akan mencari dimana tempat tinggal Kakak'ku di sini, pulang nanti kita akan bertemu di hotel ini lagi."Kedua bawahannya itu seperti mendapatkan kesempatan emas untuk mengunjungi tempat-tempat indah di kota itu tanpa gangguan soal pekerjaan."Sungguh, Nona?""Iya, bersenang-senanglah kalian, selamat berlibur!"Berpisah dari hotel yang sama mereka berpencar ke tempat tujuan masing-masing.Granella beranjak ke kota lain untuk mencari keberadaan Marcel sekarang."Kak Marcel pasti terkejut kalau tau tiba-tiba aku ada di sini."Menaiki sebuah taksi Granella duduk di kursi belakang sambil memandang indahnya kota tersebut.Laju kendaraan terhenti saat lampu lalu lalu lintas menunjukan warna merah. Dari kejauhan tak sengaja Granella melihat seorang pria tua yang berdiri sambil memegangi kepalanya yang terasa sak