Share

Rewel

Penulis: Kafkaika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kantor sangat sibuk akhir-akhir ini terkait pemindahan kantor pusat perusahaan. Semua devisi berbenah besar-besaran. Maya, wanita cantik dan elegan yang menjadi pimpinan mereka menijau pekerjaan bawahannya.

“Kantor di sebelah sudah mulai diisi barang-barang dari kantor pusat, setelah ini kita juga bersiap pindah ke sebelah. Jadi rapikan dan kemas administrasi dengan baik agar tidak ribet ketika sewaktu-waktu dipindah,” perintah Maya pada bawahannya.

Ketika melihat-lihat dan memeriksa pekerjaan pegawainya, Maya memperhatikan wanita yang baru masuk ruangan ketika yang lain sibuk bekerja.

“Siapa, kau?” tanya Maya tegas.

“Oh, saya pegawai baru, Bu. Nama saya Ayesha.” jawab Ayesha. Apa wanita ini marah karena dia barusan harus ke pantry untuk pumping.

“Apa kantor ini milik keluargamu? Bagaimana kau terlihat begitu santai baru terlihat ketika yang lain sibuk bekerja. Darimana kau?” Maya memarahi Ayesha.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
martha lungan
lanjut cepat ke bab berikutnya kah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tawaran Miko

    Miko sudah paham bagaimana karakter Ayesha, karenanya dia harus mematok harga agar Ayesha berpikir dia memang sedang mencari penumpang.“Kalau Ibu mau, saya bisa kok antar jemput. Kita ‘kan searah berangkat kerjanya, pas pulang saya juga sering lihat Ibu nunggu kendaraan di dekat perusahaan Al Faruq. Kerja saya antar paket kantornya di sebalah sana, Bu.” Miko membuat sebuah penawaran saat mereka di jalan.“Memangnya rumahnya di mana?”“Di Perumahan Rambutan, Bu.”Perumaahan Rambutan memang dekat dengan Perumahan Nangkajajar tempat tinggal Ayesha.“Saya punya anak tiga Bu, masih kecil-kecil juga. Lihat Ibu bawa anak jadi ingat istri saya di rumah. Makanya kalau mau kita bisa barengan kok, Bu!”“Ahaha, Tidak usah, Mas!” Ayesha tentu menolak. Tidak etis sekali harus sering menumpang pada pria asing yang tidak dikenalnya.“Mau Ibu ikut atau tidak toh saya lewat sini juga. Jadi maksud saya, kalau ibu mau ikut ‘kan lumayan dapat tambahan dari Ibu. Buat tambahan beli popok anak bayi saya.

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tim Penyambutan

    “Sha, jangan nglamun!” Nola menyenggol Ayesha yang sepertinya tidak mendengar seseorang memanggilnya.“Hah, kenapa?” Cepat-cepat Ayesha mengemasi pikirannya.“Pak Dannil itu, dia manggil kamu sejak tadi!” bisik Nola.Ayesha melihat ke depan dan pria itu sudah memasang senyumnya. Entah mengapa Ayesha tampak jenggah sekali melihatnya. Tapi dia harus profesional.“Iya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Ayesha pada Dannil.“Bagaimana, Sha? Apa kau punya ide tentang penyambutan ini?” Dannil bertanya yang sama dengan Nola.“Ceilah, tahu saja sama yang seger-seger!” seloroh rekan pria lainnya mencandai Dannil.Yang diledek pasang wajah lempeng saja.“Dasar mata keranjang!” Verni mencebik karena ulah Dannil yang mengabaikannya, malah sok manis pada Ayesha.“Oh, Saya pikir acara makan-makan sambil dengar pendapat, bukanlah ide yang

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Keresahan Ayesha

    “Maafin, Mas Anton, Sha!” Hanin merasa tidak enak pada sahabatnya itu ketika datang dan mendengar cerita dari ibunya tentang sikap Anton pada Ayesha.“Tidak apa, Nin. Adam aku titipkan di Daycare dekat kantor. Aku baru tahu kalau ada Daycare di sana,” ujar Ayesha memangku dan memberi dot Adam yang sudah mengantuk itu.“Pasti biayanya mahal?”“Iya sih, tapi sebanding dengan gajiku. Masih sisa banyaklah untuk beli popok Adam.” Ayesha mengulas senyum agar temannya itu tidak terus mencemaskannya.Lagi pula, Hanin dan keluarganya sejak dulu selalu baik padanya. Sudah sering bantu-bantu selama ini. Ayesha tidak enak kalau membuat mereka repot. Mau sampai kapan Ayesha merepotkan mereka terus? “Ya sudahlah kalau begitu!” Hanin membelai rambut Adam dan melihat bayi itu sudah tambah besar saja. Padahal baru beberapa hari tidak bertemu.“Hei Adamku sudah menua saja, be

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Adam Sakit

    Ketika semuanya sedang mempersiapkan diri menyambut orang-orang penting perusahaan, Ayesha justru memikirkan cara agar tidak ikut terlibat acara itu. Dia belum menyiapkan mental dengan baik untuk melihat pria itu lagi. Ayesha berpikir bahwa dia sudah bekerja keras ikut mempersiapkan acara ini sebelumnya. Jika hanya izin ketika penyambutan setidaknya bukan jadi masalah.“Kenapa malah tidak ikut? Semua pegawai di sini ingin langsung melihat big bos dan para direksi perusahaan kita, kamu kok malah izin?” Nola heran Ayesha justru tidak tertarik dengan acara ini.“Maaf, La. Anakku sepertinya kurang enak badan!” Ayesha memang tidak berkata bohong, Adam sedikit rewel, tapi sudah diperiksakannya di bidan dekat rumahnya. Katanya hanya gejala tumbuh gigi saja. Makanya rewel dan sedikit hangat suhu tubuhnya. Namun setelah menitipkannya di Daycare tadi, sepertinya Adam sudah jauh lebih baik.Nola terperangah mengetahui bahwa Ayesha sudah punya anak. “Aku pikir kau belum...?” “Iya aku sud

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Kedatangan Hilbram

    Miko masih menemani Ayesha saat dokter membawa Adam ke ruang perawatan. Sekarang bayi itu sudah tidur dengan pulas. Sepertinya lelah sekali seharian merasa tidak nyaman dengan kondisinya. Ayesha jadi menyalahkan dirinya yang ceroboh itu.Melirik Miko dia jadi merasa tidak enak.“Terima kasih, Miko. Saya sudah merepotkanmu. Kalau kau sibuk tidak apa kok ditinggal.”“Oh, tidak apa juga, Nyonya. Barangkali masih ada yang harus saya kerjakan,” tukas Miko pada Ayesha.Ayesha baru merasa ada yang aneh. Jika tadi dia masih fokus pada anaknya, sekarang dia baru menyadari sesuatu.“Kenapa kau memanggilku nyonya?” tanya Ayesha heran. Dia hanya menduga-duga saja tapi segera dilenyapkannya. Tidak mungkin sekali hal itu.“Maaf, saya terbiasa memanggil Nyonya pada beberapa pelanggan jasa saya!” Miko dengan sopan menyampaikan alasannya.Ayesha tidak bertanya lagi. Sungguh pertanyaan yang konyol. Memangnya kenapa kalau ada orang memanggilnya nyonya?Melirik Miko yang belum juga berjingkat dan pergi

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Penolakan

    “Sha, kemarilah kita bicara sebentar!” ujar Hilbram pada Ayesha yang sejak tadi melengos dan menghindarinya itu.Ayesha tidak ingin membuka suaranya dahulu. Dadanya penuh sesak dengan segunung kekesalan. Tidak mau membuat air matanya terlihat menetes di hadapan pria ini. Dia harus ingat bahwa sudah sepakat dengan dirinya sendiri untuk mematikan rasa pada pria yang kejam ini.Tidak cukupkah bagi pria itu menyakitinya selama ini?Untuk apa masih datang hanya untuk mengatakan bahwa dirinya sudah tahu Adam adalah anaknya.Lantas mau apa kalau memang mengetahui kenyataan itu?Bukankah dia sudah menikah lagi?Merasa Ayesha mengabaikan kehadirannya, dia bangkit dan hendak menghampiri Ayesha. Namun dengan sigap Ayesha juga bangkit sambil menahan Hilbram dengan tatapan tajamnya yang penuh luka yang masih berdarah.Hatinya masih belum terima mengetahui bahwa pria ini begitu cepat berbahagia dengan wanita lain, sementara dirinya terpuruk dalam kubangan derita karena tujuan kebaikannya. Rasanya

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Jatuh Cinta Lagi

    Pagi-pagi seperti biasa, Ayesha menyiapkan segala sesuatunya sebelum Adam terbangun. Pumping ASI. Menyiapkan keperluan Adam selama di Daycare, juga menyiapkan sarapannya sendiri. Dia harus menjaga pola makannya agar Adam mendapatkan ASI yang berkualitas.Teringat tentang pria itu lagi, sebenarnya terasa enggan sekali berangkat ke kantor. Tapi tidak mungkin dia resign saat banyak kebutuhan dalam hidupnya. Apalagi belum tentu langsung dapat pekerjaan di tempat lain.Ayesha lagi-lagi harus mengenyahkan egonya demi kebaikannya dan Adam.Suara klakson mobil terdengar. Ayesha yangg sudah rapi segera mengambil Adam yang juga sudah ganteng dan wangi itu untuk digendongnya.Saat dia harus merapikan penampilannya di depan cermin, bayi lucu itu terlonjak senang dan terkekeh melihat pantulan bayangannya sendiri di cermin.“Astaga, Nak. Ketawanya renyah sekali!” Ayesha jadi tertular bahagia melihat anaknya yang sudah ceria lagi itu.“tatatatata...” ocehnya kemudian terlonjak lagi dan tertawa lepas

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Perhatian Hilbram

    Kantor mereka sudah pindah ke gedung baru yang lebih bagus. Ada banyak wajah-wajah baru, sepertinya pegawai lama dari Kota Pusat yang di mutasi ke Kota Surajaya.Ayesha baru ingat, ada peraturan di kantor agar memakai masker. Lalu dia mengambil masker di tasnya dan menggenakannya. Dia jadi ingat, tadinya dia ingin menyamarkan diri dengan memakai masker agar tidak diketahui Hilbram. Ternyata pria itu sudah lebih dulu tahu tentang dirinya yang bekerja di kantor ini.Ayesha jadi berpikir lagi, bagaimana harus bersikap tentang hubungannya ini. Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya. Mungkin ajakan Hilbram untuk berbicara harus dia terima. Mereka harus bicara agar tidak lagi ada kesalahpahaman diantara keduanya. Kalau memang berakhir, maka harus diakhiri dengan baik. Bukankah itu yang diinginkannya sejak awal?“Bagaimana anakmu? Sudah lebih baik?” tanya Nola yang tahu anak Ayesha baru keluar dari rumah sakit. Dia juga yang memintakan Ayesha izin tidak masuk kerja kemarin.“Oh, sudah,

Bab terbaru

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Hadiah Spesial

    “Selamat ulang tahun, Sayang!” bisik Hilbram di telinga Ayesha yang semalaman terlelap manja dalam dekapannya itu. Mata itu terbuka perlahan. Melihat suaminya sudah nampak berseri dia hanya menunduk malu. Rona pipinya jadi kemerahan. “Kenapa? Kau tidak suka hadiahku semalam?” Hilbram mengelus pipi yang kemerahan itu. “Hadiah yang mana?” Otak Ayesha sudah blank saja sepagi ini. “Hmm?” Hilbram menatapnya heran, apa sudah lupa hadiah yang diberikannya? Apa maksud Ayesha menanyakan hadiah yang mana? Hilbram jadi menahan senyumnya. “O-oh, suka, kok, Mas. Terima kasih!” dengan cepat Ayesha menjawab. Dia akan bertambah malu kalau saja sampai ketahuan memikirkan hadiah satunya lagi. Mudah-mudahan Hilbram tidak memahami maksudnya. “Terima kasihnya untuk hadiah yang mana?” Hilbram malah menggodanya. Ayesha mencebik sebal dan membuat Hilbram terkekeh. Apa pria ini benar-benar ingin membuatnya malu habis? “Benar ‘kan kata orang, setelah mengalami pertengkaran dan masalah, membuat hubung

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Memohon Pengertian

    Saat Hilbram meraih jemari itu dan menciuminya, Ayesha baru tersadar seharusnya menarik tangannya dari suaminya itu. Dia masih bingung dengan dirinya sendiri, sementara Hilbram terus berusaha memepetnya.“Sebelum meninggal, Kakek benar-benar memohon padaku agar menjaga dan menyelamatkan anak-anaknya. Aku terlibat janji yang tidak bisa aku ingkari—pada pria yang sudah memberikan hidup dan segalanya padaku. Aku harap kau bisa memakluminya, Sha. Setelah ini aku janji hidup dan matiku hanya tentangmu dan anak-anak kita,” ucap Hilbram berharap Ayesha memberinya sedikit pengertiannya.Kata-kata yang ditandaskan Hilbram semakin membuat Ayesha merasa begitu egois. Dia gelisah namun tidak lagi bisa berkutik dengan banyak alasan lagi untuk menghindar.“Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku, Sayang. Aku harap kau mengingatnya dengan baik.”Hilbram sungguh tidak sabar dengan keadaan yang bertele-tele ini. Dia mereng

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Deep Talk

    “Aku baru tahu kalau sering berhubungan bisa membuat persalinan lancar.” Hilbram sepertinya sengaja mengulas perkataan dokter tadi saat mereka sudah di jalan pulang. Ayesha memang pernah membaca hal seperti itu, tapi tidak menyangka kalau dokter tadi menyarankannya begitu. Mana belum-belum dia sudah bilang janji, lagi, akan melakukan saran dokternya. “Itu kalau tidak sungsang, kalau sungsang percuma juga melakukannya!” Ayesha sedikit sebal karena pria ini seolah tampak bersemangat setelah mendengar hal itu. Pasti di kepalanya yang mesum itu sudah membayangkan tidur bersamanya. “Sepertinya kau keberatan kalau lahiran normal? Tidak apa juga sih, kita bisa pindah ke kota untuk proses persalinanmu.” “Enggak begitu, aku justru mau lahiran normal. Adam dulu lahir normal, kalau bisa adiknya juga harusnya lahir normal. Lagian, lahir dengan alami akan baik juga bagi kesehatan bayinya.” Sebenarnya Ayesha menyembunyikan kenyataan kalau dirinya takut jika membayangkan tubuhnya dibedah. Tidak

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Saran Dokter

    Kata-kata Ayesha seperti panah yang menancap tepat di jantung Hilbram. Pria ini sudah dikubangi perasaan yang bersalah sepanjang waktu. Terisak tanpa suara dan menangis tanpa air mata. Menyesap luka-luka batinnya seorang diri. Dan kini, mendengar langsung kekecewaan sang istri, perasaanya laksana kertas yang diremas-remas hingga meski di luruskan lagi bekas itu tetaplah sulit dilenyapkan.Matanya memerah dan dia hanya bisa menunduk sedih. Ingin sekali dia bersimpuh di kaki Ayesha dan bersujud padanya agar wanita itu tahu, dia sungguh merasa bersalah. Hatinya remuk mendengarnya mengalami semua ini.Namun wanita itu sudah bangkit dan terburu meninggalkannya. Sepertinya, Ayesha masih sangat terluka. Hilbram jadi sedih dan cemas menatap pintu kamar itu. Apakah istrinya di dalam sana sedang menangis?Dia jadi merasa kehadirannya sangat tidak ada gunanya.Ayesha berusaha mengontrol dirinya. Dihelanya napas panjang kemudian dia mulai se

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Jadi Gugup

    Mbok Sri masuk untuk mengambilkan minyak dengan aroma eucaliptus. Dia mengatakan Ayesha menyukai aroma itu karena membuatnya merasa tenang dan nyaman.Hilbram mengambil botol minyak itu dan bergegas hendak ke kamar Ayesha. Namun Mbok Sri yang suka bertutur itu merasa harus memberitahunya dulu. “Habis mijit di kaki, biasanya Mbak Ayesha minta diolesi di perutnya. Soalnya kadang suka terasa gatal kalau tidak diolesi minyak,” Mbok Sri memberitahu apa adanya. Mereka suami istri, jadi sekalian agar Hilbram tahu kebiasaan istrinya itu.“Oh, baik, Mbok!”“Tapi ingat, Mas. Tidak boleh dipijit perutnya, hanya di olesi dengan lembut.” Perempuan itu mengingatkan, siapa tahu Hilbram tidak paham bahwa wanita hamil tidak boleh dipijit di bagian perutnya.“Iya, terima kasih atas penjelasannya, Mbok.”“Kalau begitu saya suapi Den Adam dulu ya, Mas. Sekalian mau bilang, ha

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Minta Dipijit

    Adam terlihat senang sekali melihat kambing yang diikat di halaman samping rumah. Anak kecil itu menyodorkan rumput pada moncong kambing itu, yang kemudian segera dilahap kambingnya.Hal seperti itu saja sudah membuat Adam tertawa senang dan heboh sekali. Dia terlihat sangat bahagia apalagi sang papa sudah ada di dekatnya.“Papa, mana Pus?” Adam tiba-tiba menghampiri Hilbram karena teringat kucingnya.Saat pergi bersama kakeknya naik kereta mengelilingi kota Zermatt waktu itu, Adam membawa serta kucingnya. Sayangnya, dia harus meninggalkannya di stasiun Kota Visp ketika terjadi pengejaran. Tidak di sangka, Adam mengingat kucingnya itu lagi. “Oh, nanti kita cari pus lagi, ya?” jawab Hilbram lembut.Hilbram mengangkat Adam dan mendudukannya di pangkuan. Dia rindu sekali dengan putranya itu. diciuminya Adam dan sedikit bercanda dengannya.Bocah itu sudah banyak bicara sekarang. Padahal baru 4 bulan mer

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tawa Ayesha

    Elyas sudah bersiap di depan rumah untuk di antar Miko ke stasiun kereta terdekat, mengingat sudah memutuskan akan berangkat sendiri dengan kereta api. Dia tidak ingin Miko meninggalkan Ayesha meski sudah ada anak buahnya yang lain berjaga.Adam merajuk pengen ikut, tapi entah apa yang disampikan Miko hingga anak kecil itu tidak lagi merajuk. Kini kembali ke sang mama yang masih berdiri di teras untuk melepas sang ayah.Sayang sekali, tiba-tiba ada tamu tidak di undang yang membuat Elyas tidak bisa segera masuk ke dalam mobil Miko.“Lho, Pak Carik? Ada apa?” sapa Elyas melihat pria yang waktu itu memberitahu ada surat untuknya, kini datang pagi-pagi padanya.“Saya bukan Pak Carik lagi, Pak. Pak Cariknya sudah tidak cuti. Jadi sudah tidak gantin tugas lagi.”Miko yang awalnya tampak awas mulai menatap pria itu sedikit santai. Sepertinya bukan pria yang berbahaya.“Ehem, okelah, Pak Tono mau apa?&rdquo

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Bawaan Orok

    “Anak pintar makan yang banyak, ya!” tutur Ayesha pada Adam agar mau makan dengan lahap.“Ya, Mama...” sahut bocah lucu itu sambil terus mengunyah makanan yang sudah disuapkan ke dalam mulutnya.“Adik makan?” Adam menunjuk-nunjuk perut Ayesha yang membuncit itu, di dalam sana Adam sudah paham bahwa ada mahluk yang akan dipanggilnya adik.“Iya, Adik nanti makan sama Mama. Adam harus makan banyak biar kuat, biar besok bisa jagain adiknya.” Ayesha memberi pengertian pada anaknya yang tidak tahu apa sudah bisa memahaminya atau belum? Usianya baru 2 tahun lebih beberapa bulan. Masih sangat dini seharusnya memiliki seorang adik. Apalagi mengingat rumah tangganya kini mulai retak. Ayesha terkadang sempat berpikir, apakah keputusannya meminta cerai adalah hal yang tepat?Suara mobil terdengar di halaman rumah membuat Adam yang sedang disuapi Ayesha bangkit dan berlari keluar. Ayesha jadi ikut pen

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Membagi Tanggung Jawab

    “Om Bobby, aku pasrahkan perusahaan di Indonesia saat ini atas nama Farin. Itu haknya sebagai cucu keluarga Al Faruq. Tolong jaga untuk keponakan dan tanteku. Aku yakin, Om bisa melakukannya dengan baik," tutur Hilbram di depan para anak dan menantu keluarganya itu.Saat ini, dia akan melepas seluruh tanggung jawab untuk melindungi mereka dengan memberikan kekuasaan sehingga mereka bisa mengatur dan melindungi diri mereka masing-masing.Hilbram harus mengambil langkah ini meski akan keluar dari wasiat kakek neneknya yang menyerahkan sepenuhnya perusahaan Al Faruq atas namanya. Hilbram tidak ingin lagi mengabaikan keluarga kecilnya hanya untuk memenuhi tanggung jawabnya yang lain.“Tentu, Bram. Aku akan berusaha mengelolanya dengan baik.” Bobby menampakan kesanggupannya menerima tanggung jawab yang besar itu dari Hilbram—yang seharusnya semua ini adalah miliknya.“Terima kasih, Bram!” Hamida ber

DMCA.com Protection Status