Share

Kembali Mengajar

Author: Kafkaika
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Semalam tidurnya nyenyak sekali hingga baru terbangun ketika ponsel di nakas berdering berkali-kali.

Ayesha berjingkat dan segera memeriksa ponselnya.

Sudah jam 5 lebih beberapa menit dan dia belum melaksanakan kewajibannya. Beberapa menit lagi mentari sudah menyapu jejak waktu subuh.

Ayesha segera bangkit dan berlalu ke kamar mandi.

Ponsel berdering sekali lagi. Ayesha yang sudah menyelesaikan sholat bangkit mengambilnya. Melihat nama di layar dia mengernyitkan jidatnya.

‘Suamiku?’

Pasti nomor pria itu. Siapa yang memberi  nama seperti itu? Menggelikan sekali. Batin Ayesha sembari mengangkat panggilan.

“Assalamu’alaikum?” sapa Ayesha dengan nada ragu.

“Waalaikum salam, sudah bangun, Sha?” suara bariton itu terdengar sedikit serak seperti orang mengantuk.

Ayesha baru ingat, Qatar dan tempatnya beda 4 jam lebih lambat. Jika sekarang baru pukul 5 pagi, di Qatar pasti masih dini hari.

Apa pria ini tida

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
martha lungan
sangat menarik dan bikin penasaran mau lanjut terus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Mempermasalahkan Izin

    “Maaf, Bu!” hanya itu ucapan Ayesha.Salahnya dia tidak bertanya dengan alasan apa Rahman mengijinkannya? Jadinya dia hanya bisa meraba-raba dan menunggu apa yang akan disampaikan kepala sekolahnya.“Tadinya aku mau memberimu surat teguran, tapi pihak yayasan menyampaikan memberimu izin selama yang kau butuhkan. Heran saja, bagaimana kau begitu lancang meminta izin dari yayasan sementara tidak memberitahuku!”Maria merasa apa yang dilakukan Ayesha dengan begitu saja meminta izin dari yayasan adalah sebuah penghinaan padanya. Karena yayasan sendiri selama ini tidak pernah ikut campur dalam urusan penegakan kedisiplinan di sekolah.Jika tiba-tiba ada rekomendasi langsung dari yayasan tentang surat izin Ayesha, Maria tentu mencurigai Ayesha sudah bermanipulatif.“Saya harus bagaimana, Bu?”Ayesha tidak paham apa yang harus dilakukannya. Secara administrasi dia sudah meminta izin dan sekolah

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Saldo Rekening

    Jam pelajaran sudah berakhir 15 menit yang lalu. Ayesha membereskan kelas dan mematikan lampu ruangan lantas melangkah keluar. Dia lupa ada janji dengan Hanin karenanya berhenti sebentar dan mengambil ponselnya di tas. Zain pasti sudah menunggu di depan. Ayesha harus mengirimkannya pesan agar tahu bahwa dia masih ada urusan. [ Kau bisa balik lagi nanti kalau aku sudah selesai urusanku, Zain ] ketik Ayesha di aplikasi pesan yang dikirimkannya pada Zain. [ Siap, Nyonya ] hanya itu balas Zain namun sudah membuat Ayesha mengembangkan senyumnya. Perempuan itu terlihat sangar di awal bertemu, ternyata ramah dan manis. Ayesha jadi teringat Hilbram yang terlihat dingin dan menakutkan di awal, namun sebenarnya semakin mengenalnya Ayesha jadi tahu bahwa Hilbram tidak semenakutkan itu. Di sela menikmati bakso di kedai Bu Ratmi, Hanin terus mendesak agar Ayesha menceritakan tentang ketidak hadiraannya hampir dua miggu ini. Di mana dia dan a

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Bisnis Baru

    Hampir dua minggu tidak masuk mengajar, ada banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan, terlebih menjelang pelaksanaan penilaian akhir tahun. Rasa lelah dan mengantuk membuatnya memutuskan harus menyudahi pekerjaannya dan bersiap untuk tidur. Tiba-tiba ponselnya berdering. Melihat siapa yang menelpon, Ayesha heran saja, bukannya tadi mereka sudah bertelponan? Kenapa sekarang menelpon lagi?Diketuknya layar ponsel untuk menerima panggilan itu. Ayesha baru sadar bahwa mode panggilannya adalah video call. “Astaghfirullah!” gumamnya hampir melepaskan benda pipih itu.Ayesha terkejut karena melihat wajah Hilbram di layar ponselnya serta bayangan dirinya sendiri yang tertangkap di kamera hanya menggunakan baju malam.Ini sudah malam dan Ayesha tidak mungkin terbalut gamisnya sepanjang hari. Apalagi tidak sedang bersama pria itu.“Haloo?” terdengar suara Hilbram karena Ayesha menutup l

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Karena Cemburu

    “Kak Dirga, kau sudah janji ajari aku berenang. Kata Mama hari ini kau tidak ada jadwal mengajar bukan?” Linda bergelanyut manja berusaha menunjukan pada Ayesha bahwa dia punya kedekatan khusus dengan Dirga.Ayesha tidak tertarik dengan pembicaraan itu, apalagi dia belum melakukan absen kehadiran. Oleh sebabnya dia meminta diri.Dirga sedikit kecewa melihat kepergiaan Ayesha, namun teralihkan dengan keberadaan Belinda.“Eng, jangan hari ini ya, Linda? Minggu depan saja!” Dirga menawar.Adanya kehadiran Ayesha membuatnya jadi enggan memenuhi janjiinya pada anak kepala sekolahnya itu. Ayesha dirasanya lebih menarik daripada Linda yang kekanak-kanakan itu.Kedua orang tua mereka memang pernah terbersit untuk membuat perjodohan. Wacana itu bahkan sempat heboh di kalangan guru tempat mereka mengajar. Perjodohan antara anak kepala yayasan dan anak kepala sekolah.“Enggak boleh ingkar dong, Kak! Mum

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Goresan Kecil

    Apa yang disampaikan anak didiknya tadi sungguh membuat Ayesha terus kepikiran. Dia tidak pernah membuat masalah dengan wanita itu, atau sekedar menyinggungnya. Ayesha selalu berhati-hati dalam bertindak. Di sekolah ini dia merupakan guru baru, dan sangat tidak memiliki kuasa. Dia tidak mau mendapat masalah dengan siapapun.Kebetulan saat jam pulang Ayesha berpapasan dengan Belinda yang juga mau pulang. Tidak membuang kesempatan, Ayesha menghampirinya.“Ada apa?” tanya Belinda dingin sambil membenahi rambut panjangnya.“Kita bisa bicara sebentar?” tukas Ayesha menyiratkan ucapannya serius.Belinda menyipitkan mata dan menerka apa yang ingin di sampaikan Ayesha. Tapi dia tidak menolak permintaannya. Penasaran saja apa yang ingin disampaikannya.“Terima kasih sudah menjadi guru ganti selama aku izin, tapi hal utamanya adalah, ada perkataanmu yang seharusnya tidak pantas kau ucapkan di depan anak-anak!” Ayesha tidak

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tuduhan

    “Oh, kumohon, Tuan. Ini hanya masalah kecil. Jangan repotkan Anda untuk hal ini. Lebih baik fokus pada pekerjaan agar lekas selesai!” Ayesha benar-benar tidak ingin pria ini turun tangan untuk hal sepele ini.Hilbram bisa membuat kepala yayasan tempatnya bekerja sampai mengeluarkan surat izin untuknya. Lalu, hanya seorang anak kepala sekolah seperti Belinda. Tentu bisa diatasinya. Ayesha tidak mau melakukan hal itu.“Uhm, kau merindukanku?” Hilbram mencerna kata-kata Ayesha sebagai kode ingin Hilbram cepat balik.Ayesha ingin dia segera menyelesaikan pekerjaannya. Kata yang sederhana itu jadi terdengar bucin di telinga Hilbram?Oh, dia semakin tidak sabar untuk cepat pulang dan menghempaskan kerinduannya saja.“Sha?” Hilbram mengusik gadis yang tidak menjawabnya itu. Apa sulit membalas ucapan kerinduannya?Baru pertama ini dia tidak berdaya hanya ingin mendengar ucapan

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Rahasia Rumah Bordil

    “Aku dengar kau mengadukanku pada mama tentang mulut comel anak didikmu itu?”Belinda sekalian membahas tentang laporan orang tua Vinza. Dia merasa punya senjata untuk membuat Ayesha takut dengannya. Cemas mendapat masalah kareena aduan anaka-anak, dia merubah rencananya. Mengintimidasi guru ini dengan rahasia rumah bordil itu.“Kau tahu yang mengadu bukan aku. Jika kau sampai tidak mengakui hal itu, seharusnya kau malu, Bu Linda.”Ayesha tahu betapa buruknya sikap Belinda. Dia tentu bisa saja mengelak mengakui kesalahannya dengan intrik jahatnya. Lebih buruk lagi, Ayesha-lah yang akan dijadikan kambing hitam.“Malu?” Belinda tersenyum sinis. “Kaulah yang harusnya malu, Ayesha. Wanita munafik yang menutup dirinya dengan hijab tapi sebenarnya seorang pelacur yang suka mengangkang di hadapan pria-pria yang membayarmu!”Ayesha terkesiap mendengar ucapan sadis Belinda. Tangannya sudah me

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Menolak Bantuan

    Zain melihat Ayesha merenung, dia segera menghampiri sang nyonya.“Nyonya, biarkan saya membantu masalah, Nyonya.”Kehadiran Zain membuat Ayesha terkejut. Apalagi wanita itu menyinggung tentang masalah. Apakah dia sejak kemarin ada di sini?“Kau di sini?” tanya Ayesha menatap Zain yang menggenakan Jaket hoodi dengan tudung terpasang di kepala. Penampilannya itu akan membuat orang mengira dia seorang pria.“Tugas saya mendampingi dan melindungi, Nyonya. Saya tidak bisa jauh-jauh dari Nyonya.” Zain mengingatkan Ayesha tentang pekerjaannya.Ayesha enggan membahas banyak hal. Dia sedang merasa kecewa dengan sikap sahabatnya itu. Lalu melirik Zain dan memintanya duduk di sampingnya.Ayesha sedang sedih, sedianya ingin menyendiri. Namun jika Zain berkeras menemaninya, Ayesha menyerah. Mungkin berbicara dengan wanita ini bisa mengenyahkan rasa sesak di dadanya karena peliknya masalah hidupnya.&ldquo

Latest chapter

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Hadiah Spesial

    “Selamat ulang tahun, Sayang!” bisik Hilbram di telinga Ayesha yang semalaman terlelap manja dalam dekapannya itu. Mata itu terbuka perlahan. Melihat suaminya sudah nampak berseri dia hanya menunduk malu. Rona pipinya jadi kemerahan. “Kenapa? Kau tidak suka hadiahku semalam?” Hilbram mengelus pipi yang kemerahan itu. “Hadiah yang mana?” Otak Ayesha sudah blank saja sepagi ini. “Hmm?” Hilbram menatapnya heran, apa sudah lupa hadiah yang diberikannya? Apa maksud Ayesha menanyakan hadiah yang mana? Hilbram jadi menahan senyumnya. “O-oh, suka, kok, Mas. Terima kasih!” dengan cepat Ayesha menjawab. Dia akan bertambah malu kalau saja sampai ketahuan memikirkan hadiah satunya lagi. Mudah-mudahan Hilbram tidak memahami maksudnya. “Terima kasihnya untuk hadiah yang mana?” Hilbram malah menggodanya. Ayesha mencebik sebal dan membuat Hilbram terkekeh. Apa pria ini benar-benar ingin membuatnya malu habis? “Benar ‘kan kata orang, setelah mengalami pertengkaran dan masalah, membuat hubung

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Memohon Pengertian

    Saat Hilbram meraih jemari itu dan menciuminya, Ayesha baru tersadar seharusnya menarik tangannya dari suaminya itu. Dia masih bingung dengan dirinya sendiri, sementara Hilbram terus berusaha memepetnya.“Sebelum meninggal, Kakek benar-benar memohon padaku agar menjaga dan menyelamatkan anak-anaknya. Aku terlibat janji yang tidak bisa aku ingkari—pada pria yang sudah memberikan hidup dan segalanya padaku. Aku harap kau bisa memakluminya, Sha. Setelah ini aku janji hidup dan matiku hanya tentangmu dan anak-anak kita,” ucap Hilbram berharap Ayesha memberinya sedikit pengertiannya.Kata-kata yang ditandaskan Hilbram semakin membuat Ayesha merasa begitu egois. Dia gelisah namun tidak lagi bisa berkutik dengan banyak alasan lagi untuk menghindar.“Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku, Sayang. Aku harap kau mengingatnya dengan baik.”Hilbram sungguh tidak sabar dengan keadaan yang bertele-tele ini. Dia mereng

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Deep Talk

    “Aku baru tahu kalau sering berhubungan bisa membuat persalinan lancar.” Hilbram sepertinya sengaja mengulas perkataan dokter tadi saat mereka sudah di jalan pulang. Ayesha memang pernah membaca hal seperti itu, tapi tidak menyangka kalau dokter tadi menyarankannya begitu. Mana belum-belum dia sudah bilang janji, lagi, akan melakukan saran dokternya. “Itu kalau tidak sungsang, kalau sungsang percuma juga melakukannya!” Ayesha sedikit sebal karena pria ini seolah tampak bersemangat setelah mendengar hal itu. Pasti di kepalanya yang mesum itu sudah membayangkan tidur bersamanya. “Sepertinya kau keberatan kalau lahiran normal? Tidak apa juga sih, kita bisa pindah ke kota untuk proses persalinanmu.” “Enggak begitu, aku justru mau lahiran normal. Adam dulu lahir normal, kalau bisa adiknya juga harusnya lahir normal. Lagian, lahir dengan alami akan baik juga bagi kesehatan bayinya.” Sebenarnya Ayesha menyembunyikan kenyataan kalau dirinya takut jika membayangkan tubuhnya dibedah. Tidak

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Saran Dokter

    Kata-kata Ayesha seperti panah yang menancap tepat di jantung Hilbram. Pria ini sudah dikubangi perasaan yang bersalah sepanjang waktu. Terisak tanpa suara dan menangis tanpa air mata. Menyesap luka-luka batinnya seorang diri. Dan kini, mendengar langsung kekecewaan sang istri, perasaanya laksana kertas yang diremas-remas hingga meski di luruskan lagi bekas itu tetaplah sulit dilenyapkan.Matanya memerah dan dia hanya bisa menunduk sedih. Ingin sekali dia bersimpuh di kaki Ayesha dan bersujud padanya agar wanita itu tahu, dia sungguh merasa bersalah. Hatinya remuk mendengarnya mengalami semua ini.Namun wanita itu sudah bangkit dan terburu meninggalkannya. Sepertinya, Ayesha masih sangat terluka. Hilbram jadi sedih dan cemas menatap pintu kamar itu. Apakah istrinya di dalam sana sedang menangis?Dia jadi merasa kehadirannya sangat tidak ada gunanya.Ayesha berusaha mengontrol dirinya. Dihelanya napas panjang kemudian dia mulai se

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Jadi Gugup

    Mbok Sri masuk untuk mengambilkan minyak dengan aroma eucaliptus. Dia mengatakan Ayesha menyukai aroma itu karena membuatnya merasa tenang dan nyaman.Hilbram mengambil botol minyak itu dan bergegas hendak ke kamar Ayesha. Namun Mbok Sri yang suka bertutur itu merasa harus memberitahunya dulu. “Habis mijit di kaki, biasanya Mbak Ayesha minta diolesi di perutnya. Soalnya kadang suka terasa gatal kalau tidak diolesi minyak,” Mbok Sri memberitahu apa adanya. Mereka suami istri, jadi sekalian agar Hilbram tahu kebiasaan istrinya itu.“Oh, baik, Mbok!”“Tapi ingat, Mas. Tidak boleh dipijit perutnya, hanya di olesi dengan lembut.” Perempuan itu mengingatkan, siapa tahu Hilbram tidak paham bahwa wanita hamil tidak boleh dipijit di bagian perutnya.“Iya, terima kasih atas penjelasannya, Mbok.”“Kalau begitu saya suapi Den Adam dulu ya, Mas. Sekalian mau bilang, ha

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Minta Dipijit

    Adam terlihat senang sekali melihat kambing yang diikat di halaman samping rumah. Anak kecil itu menyodorkan rumput pada moncong kambing itu, yang kemudian segera dilahap kambingnya.Hal seperti itu saja sudah membuat Adam tertawa senang dan heboh sekali. Dia terlihat sangat bahagia apalagi sang papa sudah ada di dekatnya.“Papa, mana Pus?” Adam tiba-tiba menghampiri Hilbram karena teringat kucingnya.Saat pergi bersama kakeknya naik kereta mengelilingi kota Zermatt waktu itu, Adam membawa serta kucingnya. Sayangnya, dia harus meninggalkannya di stasiun Kota Visp ketika terjadi pengejaran. Tidak di sangka, Adam mengingat kucingnya itu lagi. “Oh, nanti kita cari pus lagi, ya?” jawab Hilbram lembut.Hilbram mengangkat Adam dan mendudukannya di pangkuan. Dia rindu sekali dengan putranya itu. diciuminya Adam dan sedikit bercanda dengannya.Bocah itu sudah banyak bicara sekarang. Padahal baru 4 bulan mer

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tawa Ayesha

    Elyas sudah bersiap di depan rumah untuk di antar Miko ke stasiun kereta terdekat, mengingat sudah memutuskan akan berangkat sendiri dengan kereta api. Dia tidak ingin Miko meninggalkan Ayesha meski sudah ada anak buahnya yang lain berjaga.Adam merajuk pengen ikut, tapi entah apa yang disampikan Miko hingga anak kecil itu tidak lagi merajuk. Kini kembali ke sang mama yang masih berdiri di teras untuk melepas sang ayah.Sayang sekali, tiba-tiba ada tamu tidak di undang yang membuat Elyas tidak bisa segera masuk ke dalam mobil Miko.“Lho, Pak Carik? Ada apa?” sapa Elyas melihat pria yang waktu itu memberitahu ada surat untuknya, kini datang pagi-pagi padanya.“Saya bukan Pak Carik lagi, Pak. Pak Cariknya sudah tidak cuti. Jadi sudah tidak gantin tugas lagi.”Miko yang awalnya tampak awas mulai menatap pria itu sedikit santai. Sepertinya bukan pria yang berbahaya.“Ehem, okelah, Pak Tono mau apa?&rdquo

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Bawaan Orok

    “Anak pintar makan yang banyak, ya!” tutur Ayesha pada Adam agar mau makan dengan lahap.“Ya, Mama...” sahut bocah lucu itu sambil terus mengunyah makanan yang sudah disuapkan ke dalam mulutnya.“Adik makan?” Adam menunjuk-nunjuk perut Ayesha yang membuncit itu, di dalam sana Adam sudah paham bahwa ada mahluk yang akan dipanggilnya adik.“Iya, Adik nanti makan sama Mama. Adam harus makan banyak biar kuat, biar besok bisa jagain adiknya.” Ayesha memberi pengertian pada anaknya yang tidak tahu apa sudah bisa memahaminya atau belum? Usianya baru 2 tahun lebih beberapa bulan. Masih sangat dini seharusnya memiliki seorang adik. Apalagi mengingat rumah tangganya kini mulai retak. Ayesha terkadang sempat berpikir, apakah keputusannya meminta cerai adalah hal yang tepat?Suara mobil terdengar di halaman rumah membuat Adam yang sedang disuapi Ayesha bangkit dan berlari keluar. Ayesha jadi ikut pen

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Membagi Tanggung Jawab

    “Om Bobby, aku pasrahkan perusahaan di Indonesia saat ini atas nama Farin. Itu haknya sebagai cucu keluarga Al Faruq. Tolong jaga untuk keponakan dan tanteku. Aku yakin, Om bisa melakukannya dengan baik," tutur Hilbram di depan para anak dan menantu keluarganya itu.Saat ini, dia akan melepas seluruh tanggung jawab untuk melindungi mereka dengan memberikan kekuasaan sehingga mereka bisa mengatur dan melindungi diri mereka masing-masing.Hilbram harus mengambil langkah ini meski akan keluar dari wasiat kakek neneknya yang menyerahkan sepenuhnya perusahaan Al Faruq atas namanya. Hilbram tidak ingin lagi mengabaikan keluarga kecilnya hanya untuk memenuhi tanggung jawabnya yang lain.“Tentu, Bram. Aku akan berusaha mengelolanya dengan baik.” Bobby menampakan kesanggupannya menerima tanggung jawab yang besar itu dari Hilbram—yang seharusnya semua ini adalah miliknya.“Terima kasih, Bram!” Hamida ber

DMCA.com Protection Status