"Sangat menyebalkan berada di sini. Apalagi sendirian dan ini sangat membosankan. Astaga bagaimana aku bisa hidup kalau begini. Punya banyak uang tapi tidak bisa ku gunakan. Apa Jaka memang se cinta itu pada Mbak Nasya sampai harus membayar ku sebanyak ini." Anara yang masih dalam kondisi yang lemas, dia tidak tahu apa yang harus dia ajukan selain tidur makan dan menikmati kesendiriannya. Sampai pada saat dia melihat notifikasi di ponselnya. Rara: Mau ke klub nggak, kita main yuk, udah lama nggak ketemu. Tiba-tiba saja teman yang pernah dia temui di kampus saat masih mendaftar langsung menghubunginya dan itu tentu bisa diterima oleh Anara sendiri sedang bosan-bosannya berada di dalam kosan sendirian. Anara: Klub mana ha? Rara: Bentar gue tunjukin, enak loh di sana, bagus klub nya. Anara: Jam berapa Rara: Jam sepuluhan, gue jemput ya. Di rumah kakak lu kan. Anara: Bukan, bentar aku kirim lokasinya. Iya sampai jam 10.00 malam Mereka pun berangkat menuju klub tujuan pada saat itu
Bibir Nasya yang bersatu dengan bibir Jaka kini terpisah dan menyadari bahwa mungkin saatnya adalah menyatu, apa Nasya akan segera memberikan dirinya pada Jaka itu tergantung bagaimana situasi akan berjalan. Dan bagaimana mereka akan mengontrol perasaan mereka apalagi Nasya yang masih tidak bisa lupa akan Anjas. Dia masih bisa belum menerima apa pun sebelum perceraian. Apalagi Anjas sudah melihat mereka, dan tempat di mana Nasya tinggal saat ini adalah apartemen milik Jaka. Sehingga akan sulit bagi Nasya untuk menjelaskan semuanya di pengadilan nanti jika Anjas tiba-tiba menuntut mereka dengan menggunakan kata perselingkuhan antara Nasya dan Jaka. Semuanya tergantung bagaimana mereka akan menghadapi situasi, dan aja sendiri tidak ingin kalah di pengadilan nanti, Nasya tahu akan soal itu. Mereka sekarang masih bertatap satu sama lain, dan masih diam, tangan Jaka kini meraih tangan Nasya dan menggenggam tangan itu cukup erat, Nasya diam dan mengalihkan pandangan, dia tidak ingin ber
Rupanya sekarang Nasya memberikan dirinya kepada Jaka yang terlihat menatap lengkap cuma wajah Nasya yang untuk pertama kalinya dia bisa merasakan momen ini dan tanpa memberikan paksaan kepada Nasya. Juga Nasya terlihat terlihat menikmati sentuhan Jaka, walau pun Jaka tidak tahu bahwa yang ada di dalam Nasya sekarang adalah pertengkaran di mana dia memaksa dirinya untuk tidak membayangkan Anjas, sangat sulit baginya untuk melupakan wajah Anjas. Mereka melakukan hubungan intim mereka di atas sofa, tapi sepertinya itu tidak cukup, saat Jaka yang sudah puas menjilati, meremas dan bahkan mengecup leher Nasya terus-menerus dia mulai membuka kemejanya, celana kainnya dan membiarkan semua pakaian yang menempel di tubuh mereka terjatuh di atas lantai dan Jaka mulai memasukkan junior yang sudah mengeras itu ke dalam lubang surgawi Nasya, dan saat itu Nasya mulai bersuara dan menjerit nikmat. Tubuhnya yang masih menempel dengan Jaka diangkat oleh Jaka dan dia berjalan masuk ke dalam kamar, ba
"Apa yang Mama lakukan di sini?" Jaka yang menganga tipis setelah melihat ibunya yang tiba-tiba saja berada di hadapannya lalu bertanya mengenai Aina. "Tentu saja Mama di sini untuk mengetahui bagaimana kabarmu, dan juga apa kau tidak rindu pada Mama kau sama sekali tidak menghubungi Mama lagi dalam waktu yang lama, tentu Mama rindu kepadamu dan ingin bertemu denganmu." Sang ibu yang sekarang berjalan keluar dari kamar dan membuat Jaka juga ikut berjalan di belakangnya. "Mama ingin menanyakan mengenai Aina, Mama ingin tahu bagaimana perkembangan hubungan kalian. Kau tahu bahwa ayah mu berwasiat untuk menikah dengan putri Pak Hartono kan? Aina adalah gadis yang paling pantas untuk mu, ibu harap semuanya baik-baik saja." Mereka menuruni tangga tetapi saat ini Jaka betul-betul tidak tahu bagaimana harus menjelaskan semuanya tanpa harus membuat ibunya merasa marah, yang di mana hubungan antara Jaka dan juga Aina sudah sangat lama berakhir, mungkin Aina juga tidak memberitahu siapa pun
Srekkkk .... Suara resleting Anjas yang sekarang terbuka, dibuka oleh tangan kecil Anara yang sekarang berada di atas celana Anjas, sementara Anjas sendiri hanya diam duduk di hadapan kemudi membiarkan Anara melakukan aksinya. Tatapan menggoda Anara menatap Anjas sementara tangannya berada di dalam celana Anjas yang sekarang tangan itu, genggaman tangan itu mengeluarkan batang keras junior Anjas dari mulut celana, mulut Anjas terbuka setengah dan batang itu terlihat begitu jelas. Mulut Anjas terbuka, dan matanya menatap Anara dengan tatapan yang membesar apalagi dia merasa gelisah dan berpikir bahwa apa yang dia lakukan adalah hal yang salah, lagii. Tapi bukankah hal ini hal biasa, maka dari itu lah Anjas tidak peduli. Selama dia merasa puas dan apalagi mereka dalam porses perceraian sehingga Anjas mungkin harus membiarkan sedikit pusing di kepalanya menghilang. Anjas bersandar di sandaran dan kedua tangannya dia lemas kan membuatkan mesin mobil mati dan jendela kaca mobil terbuka
"Jaka?" "Iya yang baru semua ini Mas Jaka, kostan aku, biaya hidup aku, semuanya dia biayain, maklum lah kan aku udah ngelakuin apa yang dis suruh." Anara saat ini masih dalam kondisi mabuk, dia tidak menyadari apa yang baru saja dia katakan. "Memangnya apa yang Jaka mau kamu lakukan?" Anjas memajukan sedikit wajahnya ke arah Anara, dan berharap bahwa anara akan menjawab semuanya dan pada saat itulah Anjas kemudian langsung menyalakan rekaman dari ponselnya dan ingin merekam semua yang akan dikatakan oleh Anara. "Ayo Katakan padaku apa yang diperintahkan oleh Jaka kepadamu, Anara, Apa kau juga melakukan hal yang sama dengannya seperti yang kamu lakukan padaku?" Lalu kemudian ada orang yang masih setengah mabuk itu tertawa terbahak-bahak, lalu nasi goreng yang berada di atas piring mereka masih terasa panas dan kemudian perlahan-perlahan berubah menjadi dingin. "Tidak mungkin, Mas Jaka bukan seperti itu. Lagi pula kalau dia mau, aku juga pasti menolak karena aku tidak suka dengan w
"Mas Anjas!" Anara yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya dan mengingat bahwa orang terakhir yang dia temui adalah Anjas. "Aduh kenapa ini kepalaku tiba-tiba saja pusing. Apa aku terlalu banyak minum ya semalam. Aduh sakit banget." Sambil memijat-mijat kepalanya dan berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Dia langsung membulatkan mata setelah mengingat bahwa Anjas berada di dalam kosannya dan kemudian mengingat bahwa dia telah menceritakan semuanya kepada Anjas. "Mampus aku, mampus bangat ini! Astaga! Aduh! GIMANA INI KALAU MAS JAKA TAHU!" Tentu saja saat itu anara semakin pusing dan tidak bisa berpikir secara jernih maka Karena itulah dia langsung berdiri dan turun dari ranjang masuk ke dalam dapur dan menunggu air gelas. Dia lalu membuat jus lemon dan meminumnya agar bisa menghilangkan rasa sakit kepalanya tetapi bukannya menghilangkan rasa sakit kepala, anara semakin pusing karena dia tidak tahu bagaimana dia harus mengatakan semua ini kepada Jaka. "Apa aku harus kasih tahu
"Aku ingin bertemu dengan tahanan yang bernama Roy seorang guru dengan kasus pelecehan terhadap sesama guru." Penjas yang sekarang memberitahu kepada seorang penjaga lapas dan akhirnya dia disuruh menunggu di ruang jenguk. "Baiklah Pak silakan menunggu saja di tempat yang diarahkan." "Terima kasih." Anjas duduk di tempat yang sudah diarahkan kepadanya dan menunggu kedatangan si tahanan, yang tidak lama kemudian tahanan yang sekarang berkepala pelontos itu dikeluarkan dari jeruji menuju tempat penjenguk kan, Anjas duduk di depan meja dan begitu terkejutnya dia melihat wajah Roy yang sudah babak belur saat itu, dia menganga tipis, dan memang benar bahwa para tahanannya sangat berbahaya jika mengetahui bahwa tahanan lain adalah seorang pemerkosa. "Waktu anda berbicara hanya lima belas menit." Penjaga sipir itu pun berdiri cukup jauh di belakang Anjas dan ada yang di belakang Roy. Terlihat keterkejutan di mata Roy dan dia berpikir bahwa Anjas mungkin ingin melakukan sesuatu kepada diri