Share

Desahan di Kamar Adik

Pertengkaran antara Nasya dan juga Anjas tentu saja berakhir, dengan Nasya yang kembali masuk ke dalam kamar, kali ini dia tidak lagi mengunci kamar dan memilih untuk beristirahat.

Pikirannya seolah kosong dan dia kesulitan mengingat sesuatu, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, dan Nasya sadar bahwa akhir-akhir ini sulit baginya mengingat sesuatu.

Walaupun seperti itu dia tidak ingin ambil pusing dan berusaha untuk tetap tenang dengan kondisinya yang tidak stabil, bahkan pikiran akan keinginannya untuk hamil kini tidak terbersit lagi di kepalanya.

Nasya saat ini, yang masih berada di dalam sekolah mendengar beberapa gunjingan dari guru lainnya bahwa dia sering kali keluar dan pulang sebelum jam pulang.

Nasya yang mendengar semua itu berusaha untuk tetap tenang dan berpikir untuk kembali masuk ke dalam kelas, karena sudah waktunya jam mengajar, tapi bukannya masuk ke dalam kelas, Nasya malah berjalan keluar.

Langkah kaki Nasya sekarang berada di jalan raya dan beberapa saat setelahnya seseorang dengan mobil hitam mewah berjalan pelan di sampingnya dan kaca mobil itu diturunkan.

“Nasya, udah pulang?” tanya seorang pria dengan rambut hitam pekat dan kulit putih pucat. Nasya menoleh dan melihat Jaka.

“Mas Jaka?” Nasya masih berjalan dan tidak ingin diganggu oleh Jaka, tetapi dia tetap berkata, “Iya Mas, sekarang lagi nyari angkutan umum.”

Perkataan Nasya membuat Jaka langsung menghentikan mobilnya tepat di hadapan Nasya yang membuat Nasya berhenti dari jalannya, Jaka keluar dari mobil dan menawarkan tumpangan kepada mantan kekasihnya itu.

“Aku antar kamu pulang aja ya, lagian nggak baik kalau aku biarin kamu jalan kaki sampai ke jalan raya buat nyari angkutan umum,” jelas Jaka yang mencoba membujuk Nasya tapi Nasya menggeleng.

“Nggak Mas, aku nelpon suami aku aja deh,” kata Nasya yang sekarang mengeluarkan ponselnya berusaha menghubungi Anjas tapi sayangnya Anjas tidak mengangkat panggilannya.

“Anjas lagi di kantor, jangan ganggu pekerjaan dia, biar aku antar aja, Nas.” Senyum di bibir Jaka terlihat dan Nasya yang tidak punya pilihan lain lalu menerima tawaran Jaka.

Jaka lalu menawarkan Nasya untuk makan siang, tapi Nasya menolak, walaupun seperti itu, Jaka tetap memaksa dan Nasya tidak lagi menolak. Dia dan Jaka pun singgah makan siang tanpa mengingat bahwa Nasya seharusnya masih berada di sekolah.

Sepanjang hari mereka bersama, Nasya bahkan tidak bisa mengingat waktu dan terlihat tidak sedang baik-baik saja.

Tampak Jaka yang sekarang berada di samping Nasya, mereka sudah makan siang dan sore akan segera berakhir, Nasya pun akan segera diantar pulang oleh Jaka.

Tak ada perbincangan setelah beberapa menit perjalanan, karena saat ini Nasya hanya menatap kosong ke depan, dia bahkan tidak tahu apa yang dia pikirkan sekarang dan Jaka terlihat sesekali melirik ke arah Nasya.

Sesekali mata Jaka yang dibalut dengan kacamata itu menatap ke arah leher Nasya yang terlihat jelas, putih bersih tetapi ada yang salah dengan Nasya, dia tidak seperti gadis yang dikenali Jaka dulu.

Nasya tampak sangat lelah, kedua kelopak matanya terlihat penat dan di bawah kelopak mata indah itu gelap seolah Nasya sedang banyak pikiran saat ini.

Ketika kedua kelopak mata Anjas yang dilapisi kacamata yang membantu penglihatannya itu terfokus pada diamnya Nasya, maka pada saat itu fokus Jaka ke jalan raya hilang dan dia hampir saja menabrak pemotor yang hendak menyebrang.

Cepat Jaka langsung meminggirkan mobilnya dan membuat Nasya yang saat itu sedang melamun tentu bangun dari lamunannya.

“Mas Jaka!”

Tentu saja Jaka juga terkejut, “Astaga.” Jaka mengarahkan pandangannya pada pemotor yang sekarang sudah tidak terlihat lagi.

“Mas Jaka mikirin apa, kok bisa sampai nggak lihat orang mau nyebrang si Mas!” Tatapan Nasya mengarah ke arah kedua kelopak mata Jaka dan mereka saling menatap, tentu pria berkacamata ini, dengan tatapan yang cukup tajam tetapi teduh itu merasa gugup dan tidak tahu bagaimana menjawab Nasya.

“Aku tadi ....”

“Yaudah deh Mas, makasih tumpangan dan makan siangnya, aku mau naik angkutan umum aja.” Nasya hendak keluar tapi tangan Jaka menahan Nasya dan sekian lama, kali ini Jaka akhirnya bisa menyentuh tangan mantan kekasihnya. Bahkan Anjas tahu alasan Jaka sampai saat ini belum menikah.

“Aku mikirin kamu, Nas.” Ucapan yang langsung membuat Jaka dan Nasya diam. Nasya yang saat itu tidak tahu dengan apa yang harus dia katakan kini mengentakkan saja tangannya.

Tanpa mengatakan apa-apa, Nasya keluar dari sana dan menggunakan angkutan umum untuk segera pulang. Detak jantung Nasya begitu cepat dan dia bahkan tidak tahu harus melakukan apa.

Kini langkah kakinya sudah mengarah ke arah rumahnya, angkutan umum tidak masuk sampai di hadapan rumah Nasya sehingga dia harus berjalan beberapa meter untuk sampai di rumah.

Nasya memilih berjalan ke arah teras dan tentu dia melupakan momen yang terjadi dengan Jaka, dia bahkan hanya mengingat bahwa dirinya menggunakan angkutan umum.

Nasya menoleh ke arah tempat parkir di halaman rumah dan melihat mobil Anjas, berarti suaminya sudah pulang sementara dia tidak ingin ambil pusing, dan memilih saja untuk masuk ke dalam rumah.

Masalahnya dia tidak menemukan siapa pun di rumah, di kamar dia tidak menemukan Anjas, di dapur dan ruang tamu.

“Mas?” Nasya bertanya tapi terlihat tidak ada sesuatu dan tidak ada yang menjawab, “Anara.” Sekali lagi dia tidak mendapatkan jawaban.

Sayangnya bukan balasan dari panggilannya yang dia dapatkan, tetapi telinganya malah mendengar Sebuah desahan yang berada di kamar adiknya. Lalu dengan langkah pelan, Nasya yang merasa ragu dan takut menatap masuk ke dalam kamar itu melalui celah pintu yang terbuka setengah.

Nasya merasa gugup tapi telinganya jelas mendengar apa yang terjadi di dalam sana, Nasya berusaha untuk tenang.

Kedua kelopak mata Nasya membelalak sempurna ketika dia dengan jelas mendengar suara Anara berkata, “Mas ... Ah ... Bentar lagi Mbak ... Nasya bakal pulang ....”

Tanpa pikir panjang, Nasya lalu membuka pintu kamar adiknya dan melihat suaminya sedang menindih tubuh telanjang Anara.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status