Tujuh tahun yang lalu[ Pak, istri Anda baru saja memesan obat penggugur kandungan secara online dan seorang kurir baru saja mengantarnya ke kantor ]Nic terbakar amarah mengingat pesan yang dikirimkan Aditya padanya. Tak peduli dengan rapat yang sedang dia pimpin, Nic langsung pergi mengendari mobil dengan kecepatan tinggi menuju Niel Fashion. Nic melonggarkan dasi, memukul kemudi karena kesal perjalanannya terhambat lampu merah. Dia bahkan menekan klakson berulang-ulang agar kendaraan di depan bergegas melaju saat lampu berubah warna menjadi hijau.“Kalau kamu sampai membunuh anakku, aku tidak akan pernah membiarkanmu hidup Cloud!”Nic bagai kerasukan setan, dia memarkirkan mobil secara serampangan di depan lobi Niel Fashion. Satpam yang hendak menyapa pun sampai mengurungkan niat karena takut melihat wajah suami direkturnya beringas.Nic menekan lift dengan kasar, melempar tatapan tajam ke karyawan Cloud yang hendak menaiki lift yang sama agar mengurungkan niat.Setelah sampai di d
Cloud diam memandangi makanan di piringnya. Setelah kejadian soal obat peluruh kandungan, hari itu untuk pertama kali Nic sengaja menjemput ke Niel fashion dan membawanya ke sebuah restoran Italia.Nic sudah memesankan makanan untuk Cloud. Seporsi pasta yang baru kali ini Cloud lihat warna sausnya sedikit berbeda dari pasta yang pernah dia makan sebelumnya. "Kenapa? Itu menu paling enak di sini," kata Nic.Cloud menelan ludah, jujur saja pasta itu sangat menggugah selera. Cloud tidak ingin berpikiran macam-macam lantas meraih garpu, apalagi Nic sudah memintanya segera makan."Tidak ada racun di makanan itu jadi kamu tidak perlu takut, lagipula mana mungkin aku meracuni wanita yang sedang mengandung anakku," kata Nic. Meskipun nada bicaranya masih ketus dan penuh kebencian, tapi Cloud memilih untuk menganggap Nic sedang memberi perhatian. Dia diam tak membalas, karena berdebat di depan makanan bukan hal yang diajarkan oleh orangtuanya. Cloud pun mulai mengambil pasta itu menggunakan
Entah mimpi atau nyata, tapi Cloud merasa seperti melihat Nic berada di dekatnya. Pria itu meminta maaf berkali-kali, setiap kata yang keluar dari mulut Nic bahkan bisa dengan jelas Cloud mendengarnya.“Apa kamu ingin melihatku sengsara sampai sengaja memakan pasta saus kacang merah itu? Aku sudah bilang Cloud, aku tidak akan melepasmu dengan mudah. Jika kamu ingin mati, mati saja sendiri tanpa membawa anakku karena dia adalah satu-satunya keluarga yang aku miliki, dia harapanku.”Cloud merasa dadanya seperti terhimpit batu besar, dia bangun dengan air mata mengalir deras bahkan Bianca sampai panik dibuatnya.“Cloud, apa yang kamu rasakan? Mama sudah meminta perawat memanggil dokter, mereka pasti akan segera ke sini,” ucap Bianca sambil meraih tangan sang putri.“Mama!”“Iya, Mama di sini apa ada yang kamu mau?” Bianca membelai rambut Cloud dengan air mata yang mengalir membasahi pipi. Satu tahun yang lalu dia juga pernah mengalami kejadian persis seperti ini, melihat putrinya berbari
Hari itu, Nic menjemput Cloud di sela kesibukan wanita itu setelah peluncuran koleksi terbaru perusahaannya sukses digelar. Seperti sebelumnya permintaan akan produk baju tidur Niel Fashion masih tinggi dan bahkan naik dibandingkan tahun lalu. Cloud sendiri meski harus berdebat dan memohon, tapi akhirnya berhasil mendapatkan izin dari Nic untuk bisa mengambil bagian dari acara itu. Malah kejadian lucu sempat terjadi setelah acara, tepatnya saat sesi wawancara. Seorang wartawan melempar pertanyaan konyol menghubungkan kehamilan Cloud dengan design baju perusahaan wanita itu. “Apa kehamilan Anda ini efek dari baju tidur koleksi sebelumnya?” Cloud yang mendapat pertanyaan itu hanya bisa tertawa geli, sedangkan Nic terlihat canggung dan malu. “Kalau untuk yang satu ini saya tidak berani berspekulasi, karena harus ada penelitian dulu minimal ke para pecinta produk Niel Fashion. Iya ‘kan sayang?” Semua orang tidak bisa menyembunyikan senyuman saat mendengar jawaban dari Cloud, apalagi
Usia kandungan Cloud pun akhirnya sudah memasuki sembilan bulan. Seperti kesepakatan mereka saat kandungan Cloud masih berumur enam bulan, wanita itu bekerja di rumah karena Nic sudah tidak memperbolehkannya bolak-balik ke perusahaan, demi menjaga kondisi tubuh juga calon buah hati mereka. Bahkan mendekati hari perkiraan lahir, kini Nic dan Cloud tinggal di rumah Skala. Hal ini dilakukan semata-mata karena Nic takut Cloud mengalami kontraksi.Sore itu Rain datang ke rumah sang papa bersama Embun juga anak-anaknya untuk makan malam bersama dan menginap di sana. Saat masuk, Rain melihat sang adik yang duduk di sofa ruang keluarga sambil meluruskan kaki bersama Bianca dan Skala.“Bagaimana kabarmu?” tanya Rain yang langsung menghampiri Cloud.“Baik.” Cloud menjawab kemudian mengelus perutnya karena sang bayi baru saja menendang.Rain dan Embun pun ikut duduk, seperti biasa membiarkan Olla dan Omi bermain di belakang, apalagi Kala juga berada di sana. Awalnya Rain membahas tentang harga s
Cloud ternyata hanya berpura-pura, setelah Kala dan dua keponakannya memasang muka bersalah dan ketakutan, Cloud pun berhenti mengaduh kesakitan. Masing-masing dari Cloud dan juga Embun tentu saja sangat ingin marah. Ini jelas bukan hanya sekadar masalah belanja atau uang puluhan juta, tapi seharusnya Olla dan Kala meminta izin lebih dulu kepada orangtua."Kalau izin namanya ga kejutan donk," ucap Olla. Meski awalnya takut, cucu pertama Skala itu akhirnya berani mengeluarkan pendapat karena mendapat pembelaan opanya."Sudahlah, tidak perlu ribut. Nanti papa yang ganti."Mendengar ucapan Skala baik Cloud dan Embun menoleh bersamaan. Skala sendiri tidak merasa takut diplototi anak dan menantunya, dia malah memanggil Olla, Kala juga Omi dan memeluk ke tiganya bergantian menunjukkan kasih sayang."Benar-benar," gerutu Embun sambil membuang muka.Nic sendiri dengan cara berbisik mengatakan pada Rain, kalau dia akan segera mengganti uang yang dipakai Kala berbelanja."Papa tidak bisa membel
Kelakuan Nic membuat Kala sampai terbangun, anak itu menggosok mata melihat Cloud berdiri menyanggah pinggang sedangkan Nic sibuk berganti baju. “Mama,” panggil Kala. Cloud yang mendengarnya menoleh, dia pun mendekat ke Nic dan memukul lengan sang suami karena membuat Kala terbangun.“Kala bangun gara-gara kamu,” ucap Cloud masih sambil menahan sakit di bagian perut bawah. Dia mengusap pipi agar Kala tak sampai melihatnya menangis. “Mama, apa Mama masih marah?” Cloud menoleh dan buru-buru menghampiri Kala. Dia membelai pipi anak itu dan mencium puncak kepalanya. Cloud menggeleng dan malah meminta maaf karena merasa keterlaluan memarahi Kala tadi. “Kenapa muka Mama begitu?” Kala menyadari ekspresi wajah Cloud yang berbeda.” Apa Mama sakit?” Tanyanya. “Hm… iya, adik sepertinya mau lahir,” jawab Cloud. Namun, bukannya merasa kasihan ke sang mama, Kala malah melompat-lompat kegirangan di atas kasur. Cloud sampai membeku dan saling pandang dengan Nic. Mata Kala yang mengantuk berub
"Ners, tolong itu suami saya!"Cloud yang sudah ingin mengejan masih bisa memikirkan Nic yang baru saja terkena mental. Seorang perawat pun mencoba mendekat untuk memastikan keadaan Nic. Dia memegang lengan pria itu yang tatapannya terlihat kosong."Anda duduk saja di sini ya, Pak!" Ucap perawat itu sebelum kembali mendekat ke ranjang untuk mendengarkan keputusan dokter."Ibu tahan ya! Kita pindah ke ruang bersalin."Dokter pun memberi kode ke perawat yang berada di dekatnya dan Cloud pun segera dipindahkan. Nic sendiri seolah baru sadar saat ranjang sang istri dibawa keluar. Dia berdiri bergegas mengikuti ke mana Cloud pergi."Pak, Anda hanya boleh masuk kalau yakin kuat melihat apa yang terjadi di dalam, kalau tidak lebih baik Anda menunggu di luar." Dokter menahan Nic di depan pintu. Wajah pucat pria itu semakin membuat Dokter berpikir Nic sama sekali tidak siap menemani persalinan Cloud. Dokter pun hendak masuk tapi Nic menerobos sambil berkata dia kuat dan mampu.Meski wajahnya