Setelah kejadian malam itu, Cloud merasa ada yang berubah. Tatapan orang-orang padanya sedikit berbeda. Bahkan meskipun sudah jujur ke orangtuanya, baik Bianca maupun Skala tak ada yang percaya. Mereka menganggap dia hanya beralasan agar tidak mendapat hukuman."Apa untungnya bagiku berbohong?"Kalimat itu selalu Cloud katakan, tapi nyatanya tak membuat hati mama dan papanya luluh.Hingga malam itu Cloud yang turun dari kamar untuk makan mendapatkan sebuah kejutan tak terduga. Nic datang ke rumah dan sudah duduk satu meja bersama orangtuanya."Kamu! Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu ingin membuat papa dan mamaku semakin membenciku?"Cloud tak bisa menyembunyikan rasa marah, sedangkan Nic bersikap tenang seperti tak ada masalah yang terjadi. Pria itu diam-diam mencuri start, tanpa Cloud tahu dia menemui Skala untuk menceritakan kejadian versinya sendiri. Bahkan Nic mengatakan ingin mengambil tanggungjawab menikahi Cloud. Dia juga mengaku bahwa dirinyalah yang menolong gadis itu s
Hari yang Nina nantikan tiba. Meskipun sudah mencubit lengannya berkali-kali, tapi dia tetap saja merasa semua ini tidaklah nyata. Nina duduk di tepi ranjang lalu mengedarkan pandangan ke kamar president suit yang ditempatinya. Mustahil, dia tak menyangka bisa menempati kamar seharga puluhan juta itu per malam untuk menunggu wakta dipanggil duduk bersanding bersama Rio.Kebaya warna putih yang melekat di tubuh Nina membuatnya merasa bak putri keraton. Kala bahkan beberapa kali menyebutnya princess Jawa Bocah itu baru saja ikut Cloud keluar tadi, dan kini duduk di deretan keluarga Nina bersama orangtuanya.âKalau Rio salah mengucapkan kalimat kabul sebanyak tiga kali, maka dia batal menikah âkan?âCloud menoleh Nic yang berucap sembarangan, dia membuka kipas lipat yang sejak tadi berada di genggaman untuk menutupi setengah wajahnya.âBisa tidak berdoa yang baik-baik saja?ââMaaf, aku hanya iseng,â jawab Nic. Ia tersenyum manis kemudian hendak menyasar pipi Cloud untuk dicium.âKondisik
Thea meletakkan bunga pengantin yang dia dapat dari pernikahan Nina seminggu yang lalu di meja rias. Senyumannya terus mengembang, dia bahkan tak sadar Tina masuk ke kamar dan mulai mendekat padanya. âCiye, yang mau nyusul nikah juga.â Thea menoleh dengan pipi merona. Hari itu, Aditya mengajaknya pergi berkencan dan alasan Tina masuk ke kamar untuk memberitahu bahwa pria itu sudah berada di ruang tamu. âApaâan sih.â Tina tertawa mendapati tingkah kakaknya yang tersipu seperti ini. Ia pun memberitahu kalau Aditya sudah menunggu. âDia sudah datang?â Tanya Thea antusias. âSudah, dia membawakanku dan nenek martabak manis.â Tina menggoyangkan pundak karena sangat senang. Ia bahkan meminta Thea buru-buru pergi agar dia bisa menikmati martabak itu tanpa rasa malu. âKenapa malu? Mas Adit âkan memang membelikannya untuk dimakan,â tukas Thea. âMalu lah, nanti calon kakak iparku tahu kalau aku rakus.â Tina yang memang memiliki bantuk badan agak gemuk dengan selera makan tinggi pun tertawa
âBegini, Papa memintamu datang karena ingin bicara.ââSoal apa? Perusahaan paman? Kerjaan? Atau apa?â Arkan baru saja menutup ruang kerja Deri, tapi sudah bertanya banyak hal.âSoal kekasih.âArkan tersenyum hambar, mengingat terakhir kali dirinya bersedia dikenalkan ke seorang gadis sekitar enam tahun yang lalu. Ya, Cloud. Istri sepupunya itu adalah perempuan terakhir yang mengisi hati Arkan hingga saat ini. Meskipun dia tahu tak mungkin bisa mendapatkan hati Cloud yang sudah tertambat sepenuhnya pada Nic.âUmurmu sudah kepala tiga, Ar. Apa kamu tidak kasihan ke mama dan Papa? Setidaknya sebelum mati kami ingin melihatmu menikah,â ucap Deri. Harapan umum seorang ayah pada anaknya.âApa yang Papa bicarakan? Papa dan mama akan berumur panjang, jangan bicara begitu!â Arkan merasa tidak suka mendengar perkataan Deri, wajahnya berubah masam, tampak jelas malas membahas hal seperti ini.âBayangkan jika kamu menjadi Nic!âArkan menoleh Deri dengan kening berkerut tipis, kembali tertawa hamb
âDia tidak akan datang, untuk apa terus menatap ke arah pintu.âAmara menyindir pria yang berdiri di sampingnya. Meskipun berada di atas pelaminan, tapi dia tak segan menunjukkan kebenciannya pada Morgan.Amara tidak peduli dengan pandangan orang. Toh, pernikahannya dan pria itu hanya sebuah mekanisme saling menguntungkan.âAku penasaran saja, bagaimana bisa pria yang citranya sangat baik di depan publik berselingkuh.â Morgan mengedikkan alis, tersenyum ke arah temannya yang melambai lantas merapatkan tubuh ke Amara agar temannya itu bisa mengambil potret mereka dengan baik.Morgan menoleh Amara, memulas senyum mencibir lalu menyentuh pipi wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu.âMeskipun mengakui berselingkuh, tapi kenapa orang-orang masih menerimanya dengan baik?â Morgan menelengkan kepala, seolah memikirkan sesuatu yang sangat berat. âAh ⌠aku tahu, itu karena istrinya yang berhati sangat mulia. Mantan selingkuhanmu itu jelas tidak akan bisa melakukan apa-apa tanpa bantuan istr
âMenyebalkan, onty Nina saat ini sedang pergi jalan-jalan ke luar negeri bersama om Rio.â Seperti biasa Kala mencurahkan isi hatinya ke Nala. Mereka saat ini sedang istirahat dan memilih untuk duduk berdua di kantin, sementara Nala sibuk menyantap bubur kacang hijau yang dijual oleh ibu kantin. Kala hanya bisa melirik dan menelan ludahnya.Nala menyantap makanan itu dengan sangat nikmat. Sedangkan Kala mana berani memesan atau meminta sedikit. Dia tahu dan paham kalau segala jenis kacang-kacangan harus dihindari.âNamanya juga orang yang sudah menikah, mereka pergi untuk pacaran,â jawab Nala. Kala tak lagi merespon, wajahnya terlihat sangat murung. Sambil membuang napas lelah Kala pun menyandarkan kepala ke meja. âAyolah! Kalau sudah selesai pikniknya, onty Nina juga pasti pulang.â Nala mencoba menghibur, tapi Kala bergeming dan lagi-lagi mengembuskan napas sampai pundaknya turun.Menyadari Kala benar-benar sedang bersusah hati, Nala pun mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk kepal
"Berapa harganya ini? Bolehkah aku membelinya Onty?"Bianca dan Cloud saling melempar tatapan, begitu juga perempuan yang datang bersama Embun ke kantor Cloud hari itu. Perempuan itu bernama Bening, pekerjaannya sama seperti Cloud, seorang pengusaha. "Kala ingin membeli ini?" Tanya Bening. Tanpa rasa was-was mengambil satu cincin berlian yang sengaja dia bawa ke sana lalu memberikannya ke tangan Kala."Berapa harganya onty?" Bening kaget karena berniat hanya bercanda, dia pun menoleh Cloud agar mau membantunya menjawab pertanyaan Kala. "Itu harganya lima ratus juta," jawab Cloud. "Kembalikan ke onty Bening! Itu bukan mainan, kalau sampai rusak, Mama tidak akan mau menggantinya."Kala tak lantas menuruti larangan Cloud dan malah bertanya," "Lima ratus juta nolnya delapan 'kan? Tabunganku nolnya sembilan."Cloud mendelik, refleks memukul pelan lengan putranya. Sedangkan orang lain yang berada satu ruangan dengannya tampak tertawa menyadari Kala berhasil membuat Cloud berubah menjadi s
"Sudah aku bilang pakai baju seksimu." Baru saja masuk setelah kembali dari kamar Kala, tapi Nic langsung mengeluh mendapati Cloud duduk di depan meja rias sambil sibuk mengusap serum ke wajah. "Bagaimana? Apa sudah bicara ke Kala?" Bibir Nic maju tiga senti. Dia gemas karena Cloud tidak menjawab pertanyaannya tapi malah melempar pertanyaan lain. Nic menghempaskan bokong ke tepi ranjang, kemudian memandang wajah Cloud dari pantulan cermin meja rias. Tak lama Nic membuang napas kasar lewat mulut, merebahkan tubuh dan memandang langit-langit kamar. "Kala bilang diundang Nala ke acara pentas biola, anakmu ingin pergi membeli boneka dulu sebagai hadiah," ucap Nic. Cloud merasa geli, nada bicara suaminya itu terdengar sangat malas, mungkin karena berpikir dia tidak mau menuruti keinginan memakai baju seksi. Lewat pantulan cermin di depannya, Cloud bisa melihat Nic berbaring dengan kaki menggantung. Dia pun buru-buru mengenakan rangkaian perawatan wajah agar bisa cepat mendekat ke Ni