"Maha, apa kamu ingat kakek Bagaskara?"Pelan Gama bicara ke putranya, meski tahu Maha tidak mungkin akan melupakan pria yang pernah mencoba merebut anak itu dari pengasuhannya enam tahun yang lalu."Papanya mama Naura."Meski seharusnya tidak terkejut, tapi bahasa tubuh Gama berbeda, alisnya mengedik, setelah itu menganggukkan kepala untuk mengiyakan apa yang baru saja putranya ucapkan."Hm... benar, saat ini dia berada di Indonesia dan ingin bertemu denganmu, malam ini papa akan mengantarmu bertemu dengannya," ucap Gama.Tak ada kalimat penolakan atau persetujuan yang terucap dari lisan Maha, ini karena dia paham bahwa pendapatnya tidak akan berguna di situasi seperti ini. Mau menolak ataupun mengiyakan, dirinya pasti akan tetap bertemu dengan kakeknya.Gama sendiri menyadari kegelisahan putranya. Namun, dia sendiri yakin Bagaskara tidak akan mungkin mengatakan hal-hal menyakitkan ke Maha. Pria itu malah berjanji padanya ini adalah kali terakhir dia akan bertemu dengan Maha. Bahkan b
âJangan tinggalkan aku di sini sendiri, Kak!â Nina menahan lengan Cloud sekuat tenaga agar tidak keluar dari ruangan itu. Thea sendiri dibuat bingung kenapa Nina sampai seperti ketakutan melihat Rio datang. âSelesaikan masalah kalian dulu! Menghindar bukan pilihan yang tepat Nina,â ucap Cloud sambil berusaha kabur dari sana. âAku mohon! Aku mohon!â Nina akhirnya tak kuasa melepas Cloud yang tanpa dia tahu sengaja mengabari Rio kalau dirinya sedang berada di sana. Rio pun mendekat setelah Thea menutup pintu, sedangkan Nina berusaha menghindari kontak mata. Dia menunduk lalu bergegas menyambar tasnya seolah ingin melarikan diri dari tempat itu. âApa kamu ingin hubungan kita berakhir seperti ini?â Pertanyaan Rio berhasil menghentikan langkah kaki Nina. Gadis itu tak menjawab dan hanya berusaha sekuat tenaga menahan air mata agar tidak jatuh menetes. âKita sudah hampir menikah, aku serius ingin menjadikanmu pendamping hidupku, tapi kenapa kamu malah begini?â Rio bertanya lagi karen
âApa ini yang kamu maksud hadiah untuk Maha?â Gama memandang sebuah berkas di tangannya sambil menghubungi Bagaskara. Namun, sebenarnya bukan berkas itu yang dimaksud olehnya. Gama pun yakin Bagaskara pasti paham dengan apa yang diucapkan. âJaga Maha baik-baik! Aku tidak tahu kapan Tuhan akan memanggilku karena selain sudah tua, juga banyak penyakit yang menyukaiku,â jawab Bagaskara. Dia terkekeh kecil, setelah itu kembali berkata,â Anak itu harus bahagia, pastikan dia bisa meraih cita-citanya. Maha boleh tidak mengingatku sebagai keluarga, tapi aku mohon jangan pernah hapus nama Naura dari hidup anak itu.â Gama hanya diam mendengar permintaan Bagaskara, hingga pria di seberang panggilan itu pamit dan menutup sambungan teleponnya. Beberapa jam kemudian âSebagai orang yang sejak bayi merawat Maha. Aku minta sampai kapanpun jangan pernah lagi membahas siapa ayah kandung Maha. Anak itu tidak boleh tahu tentang fakta kelahirannya.â Nic mengingat permintaan Gama kepadanya sambil mena
âApa kamu sedih?â Aditya kaget mendengar pertanyaan itu dari Thea. Meskipun bibirnya membentuk lengkungan manis, tapi dia tetap merasakan sedikit sesak di dalam dada. âSedikit,â tukas Aditya. âBagaimana bisa kamu merasa sedih karena kematian orang yang sangat jahat?â Thea mengalihkan pandangan dari wajah Aditya ke pantai. Dia sendiri tidak tahu alasan sesungguhnya dari Adityaâyang tiba-tiba membawanya pergi ke sana. Jika alasan pria itu untuk dikenalkan ke sang saudara, tapi sejak tadi Aditya seolah tak ingin mengajaknya beranjak. Thea pun berpikir mungkin saja Aditya ingin merasakan ketenangan. âKarena aku pernah merasakan seperti menjadi anaknya. Dia juga yang memberiku banyak uang untuk operasi ibuku, dia juga membantuku mencarikan donor ginjal untuk ibu.â Aditya mengenang perbuatan baik Doni sambil tersenyum kecut. Thea sendiri dibuat iba karena suara Aditya terdengar parau, seperti sedang berusaha menahan tangisan yang mungkin saja sudah hampir tak terbendung. âTapi, semaki
Nic memeluk tubuh Cloud yang tampak sangat emosi, wanita itu memukuli dadanya bertubi-tubi meminta untuk dilepaskan.âLepaskan aku! Aku tidak mau dekat-dekat kamu,â ucap Cloud.âKenapa kamu bilang begitu? Hai ⌠aku hanya bercanda, Cloud. Kenapa kamu berpikir itu betulan?â Nic membujuk, masih enggan melepas Cloud yang terus saja meronta.âBercandamu tidak lucu, aku benci!âAir mata Cloud sudah menggenang di pelupuk. Dia membuang pandangan, menarik paksa tangannya yang Nic cekal lalu menghapus air mata yang mengalir di pipinya.âKamu menangis? Ya ampun, Cloud! Aku hanya bercanda.â Nic merasa sangat bersalah. Ia merengkuh tubuh sang istri ke dalam pelukan lantas membisikkan kata maaf berulang.âMaaf aku tidak sampai berpikir candaanku akan membuatmu baper seperti ini,â bisik Nic.âBaper? Kamu bilang aku baper?â Cloud kembali marah, tapi kali ini tak bisa berkutik karena Nic mengunci tubuhnya.âSsst ⌠sstt! Sudah Cloud, sudah! Aku minta maaf. Maaf karena menggodamu dengan hal seperti itu,
âApa kamu belum memiliki kekasih?â Arkan heran bahkan sampai menurunkan berkas yang sedang dia baca. Keningnya terlipat halus mendapati sang sepupu yang selama ini membencinya berubah perhatian. âAku merasa kamu sangat aneh. Kamu tidak salah makan âkan, Nic?â Arkan memandang heran. Sedangkan Nic sendiri memilih diam. âKamu datang menemuiku saja aku pikir akan terjadi badai hari ini. Apalagi kamu perhatian seperti ini.â Sindirian Arkan cukup tajam, tapi tak membuat Nic kesal. Tujuan Nic datang adalah untuk membicarakan masalah perusahaan Doni, dan juga mencari tahu apakah Arkan masih memiliki perasaan ke Cloud. âAku hanya ingin tahu apa kamu masih mencintai istriku, aku tidak ingin kamu menjadi seperti paman Doni di kemudian hari,â balas Nic. âJika kamu bisa menghapus perasaanmu ke Cloud, maka mungkin saja kita bisa kembali dekat seperti dulu.â Arkan memulas senyum. Jika dipikir lagi mereka memang sangat dekat, selayaknya saudara sepupu yang saling menyayangi. Namun, karena kesala
"Kakiku tidak terinjak, hanya saja badanku sedikit kurang enak," ucap Cloud. "Apa kamu sakit? Haruskah kita ke dokter?" Cloud belum menjawab pertanyaan Nic karena pintu lift sudah lebih dulu terbuka. Dia bergegas keluar dan berpapasan dengan satpam yang baru saja mengantar pizza yang dibeli Nic tadi."Cloud!" Nic mencekal pergelangan tangan sang istri, menempelkan telapak tangan ke dahi Cloud untuk memastikan."Aku hanya lapar." Cloud tertawa jenaka. Menunjuk ruang rapat lalu memegang permukaan perutnya. "Keroncongan!"Nic refleks ikut menyentuh perut Cloud, hingga Thea yang kebetulan keluar merasa heran. "Apa Bu Cloud hamil?" Gumamnya."Kalau begitu makanlah! Aku datang hanya untuk melihatmu, karena aku rindu," ucap Nic.Cloud tersipu, tiba-tiba merasa terharu. Dia menggeleng memegang lengan Nic, di waktu yang sama seorang kurir makanan datang mengantar burger-burger pesanan Cloud tadi. Ibunda Kala itu pun mengambil dua, setelahnya pamit ke karyawannya untuk makan siang bersama Ni
Cloud berhasil membuat Nic kelelahan malam itu. Dia benar-benar memperlakukan Nic bak kuda jantan, menungganginya dan mengendalikan permainan. Cloud tidak ingin sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan jika dirinya benar-benar mengandung. Untuk itu hanya mau satu ronde permainan. Cloud menolak tawaran Nic yang ingin membuatnya terbang melayang."Tapi kamu belum klimaks, Sayang!" Begitu kalimat yang Nic ucapkan untuk membujuk.Rasanya memang tanggung, tapi Cloud rela menahan karena dia juga tidak bisa tergesa-gesa memberitahu Nic mengenai dugaan kehamilannya. Cloud tidak ingin melambungkan Nic tinggi dengan harapan lalu menjatuhkannya dengan kekecewaan.Hingga, hari berikutnya saat udara masih terasa dingin dan mentari belum menampakkan sinarnya. Cloud diam-diam beranjak dari ranjang. Dia tersenyum memandang wajah damai Nic yang sangat rupawan. Menempelkan tangan ke pipi pria itu dan mencium sekilas bibirnya.Cloud berjengket menuju kamar mandi setelah mengambil tespek di dalam tas
Satu bulan kemudian Hari itu awan mendung menyelimuti hati Cloud. Sejak Nic berangkat kerja dan Kala sekolah, Cloud terus menangis karena merasa sangat bersalah ke baby Gaza juga Kala. Bukan tanpa alasan Cloud bersikap seperti ini. Beberapa hari ini dia sering merasa mual dan lemas. Bahkan setelah makan banyak dan mengonsumsi vitamin kondisinya juga masih sama. Hingga, Cloud yang memang sejak melahirkan baby Gaza belum mendapat tamu bulanan memilih untuk mencoba melakukan uji kehamilan. Cloud awalnya hanya iseng dan berpikir untuk tidak berpikir yang macam-macam, tapi dia berakhir lemas saat melihat dua garis merah tertera jelas pada alat uji kehamilan yang dia gunakan. Hati Cloud sedih, merasa sangat bersalah pada dua anaknya terutama ke baby Gaza yang baru saja berumur empat bulan. Karena hal itu, Cloud tidak bisa fokus bekerja dengan tenang meskipun masih bekerja dari rumah. Dia juga takut memberitahu Nic dan sekarang hanya Bianca yang menjadi tumpuannya. Setelah mengetahui diri
Cloud meraba dada Nic, mengusap lembut sambil merapatkan tubuhnya dan menciumi punggung pria itu. Cloud tahu Nic mengizinkannya melakukan itu saat tak mendapatkan penolakan sama sekali, bahkan saat dia mulai menempelkan lalu menggesekkan dadanya yang memang lebih padat karena berisi ASI putra kedua mereka. Nic diam-diam tersenyum, menikmati sentuhan Cloud. Tak lama tanpa ragu Nic akhirnya meraih tangan Cloud yang sejak tadi mengusap dada untuk mulai mengusap miliknya yang berada di antara paha.Cloud tersenyum penuh arti, dia mengangkat kepala untuk menjangkau tengkuk Nic dan memberi kecupan di sana, tak puas Cloud menggigit kecil cuping telinga suaminya bahkan menggelitik beberapa detik menggunakan ujung lidah.Nic pun tak sanggup lagi, dia bergerak dan Cloud pun bergeser, secepat kilat Nic mengurung tubuh Cloud, mencekal ke dua tangan istrinya di sisi kepala."Apa kamu tahu hukuman apa yang pantas diberikan ke wanita yang membuat prianya cemburu?" Tanya Nic."Aku tidak tahu, tapi k
Tidak terasa tiga bulan pun berlalu. Siang itu Cloud menitipkan Gaza ke Bianca karena harus menghadiri pesta pernikahan Thea dan Aditya.âMisal nanti Gaza rewel atau kenapa-napa, Mama langsung kabari aku saja,â ucap Cloud saat menitipkan putra ke duanya.âKamu itu kayak baru kali ini nitipin anakmu ke Mama,â ucap Bianca. âKayak masih setengah ga percaya.âCloud pun tersenyum lebar mendengar protes Bianca kemudian membalas, âBukan begitu, Ma. Siapa tahu Mama tidak bisa mengatasi kalau Gaza sedang rewel.ââSudah kamu tenang saja. Nikmati pesta Thea dan jangan mikir yang aneh-aneh. Mama akan menjaga Gaza dengan baik,â ujar Bianca.Cloud pun melebarkan senyum mendengar ucapan Bianca. Dia lantas berpamitan dan pergi bersama Nic juga Kala. Dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu terlihat mengenakan setelan jas yang sama, Kala bahkan memperlihatkan aura seperti anak bangsawan.âAyo!â Nic mengulurkan tangan ke Cloud agar istrinya itu bisa menuruni anak tangga dengan nyaman. Mereka te
âHai.âArkan masuk menyapa Cloud dan Nic yang ada di kamar. Nic yang awalnya tegang seketika rileks saat menyadari sepupunya datang mengajak Shafira dan memperkenalkan gadis itu sebagai calon istrinya dengan bangga.Nic pun bisa menerima kehadiran Arkan, bahkan bersikap ramah saat menyadari tatapan mata pria itu sudah sangat berbeda ke Cloud.âBagaimana kondisimu dan juga bayimu?â Tanya Arkan. Dia berdiri di dekat ranjang Cloud bersisian dengan sang kekasih.Cloud sendiri tampak begitu kagum melihat bagaimana anggunnya Shafira. Sebagai seorang pengusaha yang bergerak di bidang fashion, Cloud mendapat inspirasi bagaimana kalau perusahaannya mulai mencoba merambah dunia busana yang bisa dikenakan juga oleh para wanita yang mengenakan hijab.âKami sehat, bahkan besok aku sudah diperbolehkan pulang,â jawab Cloud lantas menoleh ke baby box di mana bayinya sedang tidur.Shafira langsung mengalihkan tatapan ke sana, senyum gadis itu merekah bahkan diam-diam menarik bagian kemeja Arkan yang a
Kala masuk dan langsung menuju box bayi di mana sang adik tidur. Dia sangat bersemangat untuk melihat bagaimana wajah sang adik dari pada menyapa Cloud dan Nic lebih dulu. Berbeda dengan Bianca yang datang bersama rombongan putranya dan juga Skala. Wanita itu mendekati Cloud dan memeluk putrinya dengan tangis haru."Selamat ya! Kamu hebat, Cloud. Mama bangga," bisik Bianca. Perlahan dia mengurai pelukan sambil berkata membawakan makanan kesukaan Cloud. Bianca menjauh agar yang lainnya juga bisa mengucapkan selamat ke ibu dua anak itu.Seluruh anggota keluarga sudah melek akan informasi hingga berusaha agar Cloud tidak sampai mengalami Baby Blues Syndrome. Ya, terkadang seorang ibu yang baru saja melahirkan merasa tersisihkan, melihat bagaimana sikap orang sekitar yang lebih memperhatikan bayinya dari pada dia yang berjuang mempertaruhkan nyawa."Aku dan Embun sudah menyiapkan kado untukmu, coba lihat!" Pinta Rain sambil mengulurkan sebuah tas kertas kecil ke Cloud. Setelah sang adik
"Ners, tolong itu suami saya!"Cloud yang sudah ingin mengejan masih bisa memikirkan Nic yang baru saja terkena mental. Seorang perawat pun mencoba mendekat untuk memastikan keadaan Nic. Dia memegang lengan pria itu yang tatapannya terlihat kosong."Anda duduk saja di sini ya, Pak!" Ucap perawat itu sebelum kembali mendekat ke ranjang untuk mendengarkan keputusan dokter."Ibu tahan ya! Kita pindah ke ruang bersalin."Dokter pun memberi kode ke perawat yang berada di dekatnya dan Cloud pun segera dipindahkan. Nic sendiri seolah baru sadar saat ranjang sang istri dibawa keluar. Dia berdiri bergegas mengikuti ke mana Cloud pergi."Pak, Anda hanya boleh masuk kalau yakin kuat melihat apa yang terjadi di dalam, kalau tidak lebih baik Anda menunggu di luar." Dokter menahan Nic di depan pintu. Wajah pucat pria itu semakin membuat Dokter berpikir Nic sama sekali tidak siap menemani persalinan Cloud. Dokter pun hendak masuk tapi Nic menerobos sambil berkata dia kuat dan mampu.Meski wajahnya
Kelakuan Nic membuat Kala sampai terbangun, anak itu menggosok mata melihat Cloud berdiri menyanggah pinggang sedangkan Nic sibuk berganti baju. âMama,â panggil Kala. Cloud yang mendengarnya menoleh, dia pun mendekat ke Nic dan memukul lengan sang suami karena membuat Kala terbangun.âKala bangun gara-gara kamu,â ucap Cloud masih sambil menahan sakit di bagian perut bawah. Dia mengusap pipi agar Kala tak sampai melihatnya menangis. âMama, apa Mama masih marah?â Cloud menoleh dan buru-buru menghampiri Kala. Dia membelai pipi anak itu dan mencium puncak kepalanya. Cloud menggeleng dan malah meminta maaf karena merasa keterlaluan memarahi Kala tadi. âKenapa muka Mama begitu?â Kala menyadari ekspresi wajah Cloud yang berbeda.â Apa Mama sakit?â Tanyanya. âHm⌠iya, adik sepertinya mau lahir,â jawab Cloud. Namun, bukannya merasa kasihan ke sang mama, Kala malah melompat-lompat kegirangan di atas kasur. Cloud sampai membeku dan saling pandang dengan Nic. Mata Kala yang mengantuk berub
Cloud ternyata hanya berpura-pura, setelah Kala dan dua keponakannya memasang muka bersalah dan ketakutan, Cloud pun berhenti mengaduh kesakitan. Masing-masing dari Cloud dan juga Embun tentu saja sangat ingin marah. Ini jelas bukan hanya sekadar masalah belanja atau uang puluhan juta, tapi seharusnya Olla dan Kala meminta izin lebih dulu kepada orangtua."Kalau izin namanya ga kejutan donk," ucap Olla. Meski awalnya takut, cucu pertama Skala itu akhirnya berani mengeluarkan pendapat karena mendapat pembelaan opanya."Sudahlah, tidak perlu ribut. Nanti papa yang ganti."Mendengar ucapan Skala baik Cloud dan Embun menoleh bersamaan. Skala sendiri tidak merasa takut diplototi anak dan menantunya, dia malah memanggil Olla, Kala juga Omi dan memeluk ke tiganya bergantian menunjukkan kasih sayang."Benar-benar," gerutu Embun sambil membuang muka.Nic sendiri dengan cara berbisik mengatakan pada Rain, kalau dia akan segera mengganti uang yang dipakai Kala berbelanja."Papa tidak bisa membel
Usia kandungan Cloud pun akhirnya sudah memasuki sembilan bulan. Seperti kesepakatan mereka saat kandungan Cloud masih berumur enam bulan, wanita itu bekerja di rumah karena Nic sudah tidak memperbolehkannya bolak-balik ke perusahaan, demi menjaga kondisi tubuh juga calon buah hati mereka. Bahkan mendekati hari perkiraan lahir, kini Nic dan Cloud tinggal di rumah Skala. Hal ini dilakukan semata-mata karena Nic takut Cloud mengalami kontraksi.Sore itu Rain datang ke rumah sang papa bersama Embun juga anak-anaknya untuk makan malam bersama dan menginap di sana. Saat masuk, Rain melihat sang adik yang duduk di sofa ruang keluarga sambil meluruskan kaki bersama Bianca dan Skala.âBagaimana kabarmu?â tanya Rain yang langsung menghampiri Cloud.âBaik.â Cloud menjawab kemudian mengelus perutnya karena sang bayi baru saja menendang.Rain dan Embun pun ikut duduk, seperti biasa membiarkan Olla dan Omi bermain di belakang, apalagi Kala juga berada di sana. Awalnya Rain membahas tentang harga s