Cloud menutup panggilan dan mendekat ke pria yang sedang mengajak Kala bicara. Ia menyapa dengan ramah, meski yakin pria itu belum pernah dia temui sebelumnya. Cloud masuk ke dalam tempat mandi bola di mana Kala berada. Ia tersenyum lalu menarik pelan lengan anak itu. Naluri Cloud sebagai ibu berkata bahwa pria ini memiliki niat jahat ke sang putra."Maaf! Tap .... " Benar saja, belum juga Cloud selesai bicara, pria itu sudah menarik tangan Kala dan membuat Cloud berteriak histeris. Semua orang yang ada di arena bermain itu bahkan sampai mengamankan anak mereka masing-masing."Pak, apa yang Anda lakukan?" Tanya Cloud panik. Satu petugas yang berjaga di sana bergerak cepat berlari mencari bantuan satpam, sedangkan yang lain mendekat untuk membantu Cloud."Mama!" Kala menangis ketakutan. Pria itu melingkarkan tangan ke dada anak itu. Menahan agar Kala tidak bisa lari ke mana-mana."Pak, apa yang Anda lakukan? Anda membuat anak kecil takut." Cloud mencoba membuat pria itu sadar deng
Beberapa saat yang lalu, Nic baru saja sampai di apartemen. Dia mencium aroma wangi masakan, sehingga yakin kalau Amara pasti sudah ada di dalam sana.Meski makanan yang Amara bawa selalu diklaim sebagai masakan sendiri, tapi Nic tahu wanita itu berbohong. Amara membeli makanan-makanan itu di salah satu restoran yang sama setiap kali bertemu dengannya.“Nic, apa kamu mau makan?” Tanya Amara dengan wajah semringah. Ia agaknya kecewa saat Nic menggeleng lalu duduk di sofa.“Aku baru saja makan di rumah mertuaku.”“Menjemput Kala? Bersama Cloud?” Amara mengedikkan bahu saat Nic hanya menatapnya datar tanpa menjawab. Pria itu pasti berpikir untuk apa dirinya bertanya jika sudah tahu jawabannya.Amara mengambil bantal sofa dan memeluknya, dia kadang merasa Nic tidak benar-benar mencintainya padahal mereka sudah berselingkuh selama tiga tahun. Nic tidak pernah mengajak bercinta lebih dulu selayaknya pria yang menggilai seorang wanita. Kadang Amara merasa hanya dimanfaatkan Nic sebagai alat
“Kala baru saja tidur, tidak usah mengganggunya!”Cloud baru saja menutup pintu kamar Kala saat Nic mendekat. Ia tidak ingin ketenangan Kala terganggu karena kehadiran pria itu.“Aku hanya ingin melihatnya sebentar.”“Sampai kapan kamu akan terus bersikap egois seperti ini?” Tanya Cloud sambil menahan pergelangan tangan sang suami. “Besok pagi baru bicara ke Kala kalau kamu memang menyesal,”imbuhnya.Nic menatap tangan Cloud, hingga wanita itu buru-buru melepaskan. Cloud kembali mengingatkan agar Nic tidak masuk sebelum berlalu dari sana.Namun, tak Cloud duga Nic mendahului langkah dan menyambar tangannya. Pria itu menggelandangnya masuk ke dalam kamar yang biasa mereka tempati saat tidur bersama Kala.“Katakan! Kenapa kamu menghubungi Arkan dan bukan aku?”Cloud tersenyum miring karena sudah bisa menebak apa yang ingin Nic katakan. Sebenarnya dia ingin membicarakan hal ini besok, tapi berhubung Nic membahasnya lebih dulu, maka Cloud pun menjawab dengan berani. Ibunda Kala itu melepa
Sejak bangun, Kala tampak bersemangat. Anak itu bahkan menyiapkan sendiri baju yang ingin dia bawa bermain ke pantai. Cloud sendiri memutuskan untuk tidak berangkat kerja. Ia ingin menemani Kala seharian ini. Setidaknya sebelum meninggalkan Kala kembali bersama Nina dan sekolah. “Ada kapal tidak, Ma? Apa aku boleh naik kapal?” Tanya Kala antusias. “Tidak ada, kalau mau naik kapal besok minta sama Opa,” jawab Cloud. Ia sejak tadi juga tak bisa menyembunyikan rasa bahagia karena Kala sangat ceria. Cloud menggiring Kala masuk ke kamar mandi lalu menutup pintunya, dia meminta anak itu buru-buru membersihkan diri. “Jangan lama-lama mandinya, nanti om Arkan keburu datang.” Cloud putar badan setelah bicara, dia tak sadar Nic sudah berdiri di belakang hingga kepalanya menubruk dada bidang pria itu. “Kenapa berdiri di sini?” “Kenapa lagi-lagi tidak meminta izin dulu? Apa kamu pikir aku akan membiarkan kalian pergi?” Nic bicara dengan pelan, tapi terlihat kesal karena giginya saling berad
"Bagaimana bisa kamu ada di sini?"Cloud yang tak percaya sampai memindai dari atas ke bawah seolah ingin memastikan pria di sebelahnya benar-benar Nic. "Jangan harap aku akan membiarkan rencana busukmu berjalan dengan mulus!"Kening Cloud terlipat halus, dia heran kenapa Nic bisa terus-terusan memiliki pikiran buruk kepadanya. Cloud seolah lupa kalau sang suami memang tidak pernah berpikiran positif atas semua hal yang dia lakukan. Padahal sudah sangat jelas, tujuannya ke pantai adalah untuk membuat Kala senang. "Apapun yang aku lakukan selalu salah di matamu. Bahkan kasih sayangku sebagai ibu ke Kala kamu sebut sebagai rencana busuk." Cloud dan Nic saling melempar tatapan dingin, hingga Kala tanpa sengaja menoleh. Anak itu tersenyum lebar melihat sang papa ada di sana. Selayaknya bocah seusianya, Kala sudah melupakan rasa kesal yang kemarin sempat membelenggu hatinya. "Papa! Papa!" Panggil Kala sambil melompat-lompat kegirangan.Anak itu bahagia melihat Nic, tapi tidak dengan Ar
"Apa kamu tidak berencana menjadikannya janda?"Seketika darah Nic seperti naik sampai ke ubun mendengar Arkan berani bicara seperti itu kepadanya. Ia mendekat hampir meraih kerah baju sang sepupu, tapi Kala lebih dulu keluar dari kamar bilas dengan berceloteh riang."Jaga mulutmu itu! Sejak dulu kamu memang tidak pernah berubah, selalu ingin memiliki apapun yang aku punya." Nic menarik sudut bibir. Ia benar-benar ingin memukul Arkan jika saja tidak berada di tempat umum.Nic terpaksa mengendorkan urat di wajah karena Kala memanggil namanya dan Arkan. Ia memalingkan muka dan tersenyum manis ke putranya itu."Nic, apa kamu tidak sadar? Tingkahmu selalu berlebihan di depanku saat Kala dan Cloud bersamaku. Ini menunjukkan kalau kamu lah yang sebenarnya takut kepadaku," ujar Arkan. Sama seperti Nic tadi, dia juga memulas senyuman mencibir. Arkan melangkah menjauh untuk menghampiri Cloud dan Kala, tapi sebelum itu dia berkata lagi," Meski Cloud tidak cerita, tapi aku tahu hubungan kalian
"Hentikan omong kosongmu! Dan cepat keluar dari sini! Aku harus bekerja."Cloud tak ingin terpancing ucapan Nic. Ia mengabaikan pria itu lalu duduk di meja kerjanya. Meski lelah, tapi Cloud sadar memiliki tanggungjawab yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Ia harus memeriksa konsep peragaan busana untuk peluncuran produk baru perusahaan, konsep itu harus segara dia periksa guna pengambilan keputusan.Cloud pikir Nic akan pergi setelah dia usir, tapi ternyata pria itu masih duduk santai di atas ranjangnya dan sekarang malah tiduran sambil bermain ponsel."Apa kamu tidak ingin pergi ke kamarmu sendiri?" Cloud bertanya lagi sambil menolehkan badan.Seolah tahu Cloud sedang menatap ke arahnya, Nic pun menggeleng. Ia tak peduli dan malah memiringkan tubuh.Cloud hanya bisa membuang napas kasar dari mulut dan kembali menghadap ke meja kerja. Ia memeriksa beberapa email dari staffnya di Neil Fashion, salah satunya berisi undangan untuk menjadi bintang tamu di sebuah stasiun TV swasta."Bu
Sebesar apapun rasa benci yang Cloud dan Nic miliki, tetap tidak bisa menutupi fakta bahwa lima tahun ini mereka sudah menjadi teman ranjang yang saling membutuhkan. Nic sendiri mulai bingung dengan perasaannya ke Cloud. Terkadang dia merasa keterlaluan memperlakukan wanita itu, tapi terkadang juga merasa bahwa Cloud patut menerimanya sebagai pelampiasan dendamnya ke Skala Prawira.Nic masih berada di atas tubuh Cloud setelah menjamah tubuh wanita itu. Deru napasnya yang memburu terdengar jelas di telinga sang istri. Tubuh mereka bahkan masih menyatu, dan perlahan Cloud melepaskan tangan hingga jatuh ke sisi badan.Tak ada rasa malu yang tersisa darinya, bahkan Cloud mulai berpikir sama gilanya seperti Nic. Ia tidak akan pernah menolak seks gratis lagi halal. Meski sesekali Cloud merasa sakit, jika mengingat tak hanya dirinya yang menjadi teman ranjang sang suami."Aku tidak akan pernah berhenti sebelum Papamu menderita dan perlahan mati." Seperti tidak ada kesempatan lain, Nic berbi
Satu bulan kemudian Hari itu awan mendung menyelimuti hati Cloud. Sejak Nic berangkat kerja dan Kala sekolah, Cloud terus menangis karena merasa sangat bersalah ke baby Gaza juga Kala. Bukan tanpa alasan Cloud bersikap seperti ini. Beberapa hari ini dia sering merasa mual dan lemas. Bahkan setelah makan banyak dan mengonsumsi vitamin kondisinya juga masih sama. Hingga, Cloud yang memang sejak melahirkan baby Gaza belum mendapat tamu bulanan memilih untuk mencoba melakukan uji kehamilan. Cloud awalnya hanya iseng dan berpikir untuk tidak berpikir yang macam-macam, tapi dia berakhir lemas saat melihat dua garis merah tertera jelas pada alat uji kehamilan yang dia gunakan. Hati Cloud sedih, merasa sangat bersalah pada dua anaknya terutama ke baby Gaza yang baru saja berumur empat bulan. Karena hal itu, Cloud tidak bisa fokus bekerja dengan tenang meskipun masih bekerja dari rumah. Dia juga takut memberitahu Nic dan sekarang hanya Bianca yang menjadi tumpuannya. Setelah mengetahui diri
Cloud meraba dada Nic, mengusap lembut sambil merapatkan tubuhnya dan menciumi punggung pria itu. Cloud tahu Nic mengizinkannya melakukan itu saat tak mendapatkan penolakan sama sekali, bahkan saat dia mulai menempelkan lalu menggesekkan dadanya yang memang lebih padat karena berisi ASI putra kedua mereka. Nic diam-diam tersenyum, menikmati sentuhan Cloud. Tak lama tanpa ragu Nic akhirnya meraih tangan Cloud yang sejak tadi mengusap dada untuk mulai mengusap miliknya yang berada di antara paha.Cloud tersenyum penuh arti, dia mengangkat kepala untuk menjangkau tengkuk Nic dan memberi kecupan di sana, tak puas Cloud menggigit kecil cuping telinga suaminya bahkan menggelitik beberapa detik menggunakan ujung lidah.Nic pun tak sanggup lagi, dia bergerak dan Cloud pun bergeser, secepat kilat Nic mengurung tubuh Cloud, mencekal ke dua tangan istrinya di sisi kepala."Apa kamu tahu hukuman apa yang pantas diberikan ke wanita yang membuat prianya cemburu?" Tanya Nic."Aku tidak tahu, tapi k
Tidak terasa tiga bulan pun berlalu. Siang itu Cloud menitipkan Gaza ke Bianca karena harus menghadiri pesta pernikahan Thea dan Aditya.“Misal nanti Gaza rewel atau kenapa-napa, Mama langsung kabari aku saja,” ucap Cloud saat menitipkan putra ke duanya.“Kamu itu kayak baru kali ini nitipin anakmu ke Mama,” ucap Bianca. “Kayak masih setengah ga percaya.”Cloud pun tersenyum lebar mendengar protes Bianca kemudian membalas, “Bukan begitu, Ma. Siapa tahu Mama tidak bisa mengatasi kalau Gaza sedang rewel.”“Sudah kamu tenang saja. Nikmati pesta Thea dan jangan mikir yang aneh-aneh. Mama akan menjaga Gaza dengan baik,” ujar Bianca.Cloud pun melebarkan senyum mendengar ucapan Bianca. Dia lantas berpamitan dan pergi bersama Nic juga Kala. Dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu terlihat mengenakan setelan jas yang sama, Kala bahkan memperlihatkan aura seperti anak bangsawan.“Ayo!” Nic mengulurkan tangan ke Cloud agar istrinya itu bisa menuruni anak tangga dengan nyaman. Mereka te
“Hai.”Arkan masuk menyapa Cloud dan Nic yang ada di kamar. Nic yang awalnya tegang seketika rileks saat menyadari sepupunya datang mengajak Shafira dan memperkenalkan gadis itu sebagai calon istrinya dengan bangga.Nic pun bisa menerima kehadiran Arkan, bahkan bersikap ramah saat menyadari tatapan mata pria itu sudah sangat berbeda ke Cloud.“Bagaimana kondisimu dan juga bayimu?” Tanya Arkan. Dia berdiri di dekat ranjang Cloud bersisian dengan sang kekasih.Cloud sendiri tampak begitu kagum melihat bagaimana anggunnya Shafira. Sebagai seorang pengusaha yang bergerak di bidang fashion, Cloud mendapat inspirasi bagaimana kalau perusahaannya mulai mencoba merambah dunia busana yang bisa dikenakan juga oleh para wanita yang mengenakan hijab.“Kami sehat, bahkan besok aku sudah diperbolehkan pulang,” jawab Cloud lantas menoleh ke baby box di mana bayinya sedang tidur.Shafira langsung mengalihkan tatapan ke sana, senyum gadis itu merekah bahkan diam-diam menarik bagian kemeja Arkan yang a
Kala masuk dan langsung menuju box bayi di mana sang adik tidur. Dia sangat bersemangat untuk melihat bagaimana wajah sang adik dari pada menyapa Cloud dan Nic lebih dulu. Berbeda dengan Bianca yang datang bersama rombongan putranya dan juga Skala. Wanita itu mendekati Cloud dan memeluk putrinya dengan tangis haru."Selamat ya! Kamu hebat, Cloud. Mama bangga," bisik Bianca. Perlahan dia mengurai pelukan sambil berkata membawakan makanan kesukaan Cloud. Bianca menjauh agar yang lainnya juga bisa mengucapkan selamat ke ibu dua anak itu.Seluruh anggota keluarga sudah melek akan informasi hingga berusaha agar Cloud tidak sampai mengalami Baby Blues Syndrome. Ya, terkadang seorang ibu yang baru saja melahirkan merasa tersisihkan, melihat bagaimana sikap orang sekitar yang lebih memperhatikan bayinya dari pada dia yang berjuang mempertaruhkan nyawa."Aku dan Embun sudah menyiapkan kado untukmu, coba lihat!" Pinta Rain sambil mengulurkan sebuah tas kertas kecil ke Cloud. Setelah sang adik
"Ners, tolong itu suami saya!"Cloud yang sudah ingin mengejan masih bisa memikirkan Nic yang baru saja terkena mental. Seorang perawat pun mencoba mendekat untuk memastikan keadaan Nic. Dia memegang lengan pria itu yang tatapannya terlihat kosong."Anda duduk saja di sini ya, Pak!" Ucap perawat itu sebelum kembali mendekat ke ranjang untuk mendengarkan keputusan dokter."Ibu tahan ya! Kita pindah ke ruang bersalin."Dokter pun memberi kode ke perawat yang berada di dekatnya dan Cloud pun segera dipindahkan. Nic sendiri seolah baru sadar saat ranjang sang istri dibawa keluar. Dia berdiri bergegas mengikuti ke mana Cloud pergi."Pak, Anda hanya boleh masuk kalau yakin kuat melihat apa yang terjadi di dalam, kalau tidak lebih baik Anda menunggu di luar." Dokter menahan Nic di depan pintu. Wajah pucat pria itu semakin membuat Dokter berpikir Nic sama sekali tidak siap menemani persalinan Cloud. Dokter pun hendak masuk tapi Nic menerobos sambil berkata dia kuat dan mampu.Meski wajahnya
Kelakuan Nic membuat Kala sampai terbangun, anak itu menggosok mata melihat Cloud berdiri menyanggah pinggang sedangkan Nic sibuk berganti baju. “Mama,” panggil Kala. Cloud yang mendengarnya menoleh, dia pun mendekat ke Nic dan memukul lengan sang suami karena membuat Kala terbangun.“Kala bangun gara-gara kamu,” ucap Cloud masih sambil menahan sakit di bagian perut bawah. Dia mengusap pipi agar Kala tak sampai melihatnya menangis. “Mama, apa Mama masih marah?” Cloud menoleh dan buru-buru menghampiri Kala. Dia membelai pipi anak itu dan mencium puncak kepalanya. Cloud menggeleng dan malah meminta maaf karena merasa keterlaluan memarahi Kala tadi. “Kenapa muka Mama begitu?” Kala menyadari ekspresi wajah Cloud yang berbeda.” Apa Mama sakit?” Tanyanya. “Hm… iya, adik sepertinya mau lahir,” jawab Cloud. Namun, bukannya merasa kasihan ke sang mama, Kala malah melompat-lompat kegirangan di atas kasur. Cloud sampai membeku dan saling pandang dengan Nic. Mata Kala yang mengantuk berub
Cloud ternyata hanya berpura-pura, setelah Kala dan dua keponakannya memasang muka bersalah dan ketakutan, Cloud pun berhenti mengaduh kesakitan. Masing-masing dari Cloud dan juga Embun tentu saja sangat ingin marah. Ini jelas bukan hanya sekadar masalah belanja atau uang puluhan juta, tapi seharusnya Olla dan Kala meminta izin lebih dulu kepada orangtua."Kalau izin namanya ga kejutan donk," ucap Olla. Meski awalnya takut, cucu pertama Skala itu akhirnya berani mengeluarkan pendapat karena mendapat pembelaan opanya."Sudahlah, tidak perlu ribut. Nanti papa yang ganti."Mendengar ucapan Skala baik Cloud dan Embun menoleh bersamaan. Skala sendiri tidak merasa takut diplototi anak dan menantunya, dia malah memanggil Olla, Kala juga Omi dan memeluk ke tiganya bergantian menunjukkan kasih sayang."Benar-benar," gerutu Embun sambil membuang muka.Nic sendiri dengan cara berbisik mengatakan pada Rain, kalau dia akan segera mengganti uang yang dipakai Kala berbelanja."Papa tidak bisa membel
Usia kandungan Cloud pun akhirnya sudah memasuki sembilan bulan. Seperti kesepakatan mereka saat kandungan Cloud masih berumur enam bulan, wanita itu bekerja di rumah karena Nic sudah tidak memperbolehkannya bolak-balik ke perusahaan, demi menjaga kondisi tubuh juga calon buah hati mereka. Bahkan mendekati hari perkiraan lahir, kini Nic dan Cloud tinggal di rumah Skala. Hal ini dilakukan semata-mata karena Nic takut Cloud mengalami kontraksi.Sore itu Rain datang ke rumah sang papa bersama Embun juga anak-anaknya untuk makan malam bersama dan menginap di sana. Saat masuk, Rain melihat sang adik yang duduk di sofa ruang keluarga sambil meluruskan kaki bersama Bianca dan Skala.“Bagaimana kabarmu?” tanya Rain yang langsung menghampiri Cloud.“Baik.” Cloud menjawab kemudian mengelus perutnya karena sang bayi baru saja menendang.Rain dan Embun pun ikut duduk, seperti biasa membiarkan Olla dan Omi bermain di belakang, apalagi Kala juga berada di sana. Awalnya Rain membahas tentang harga s