"Ga boleh, Kala! Kata mamaku bisa saja minuman ini tercemar." Nala bersikeras melarang. Sampai Miss Elly yang melihat dia dan Kala ribut datang menghampiri. "Kenapa Kala sama Nala ini? Apa sudah selesai makan dan minumnya?" "Belum, Miss. Ini Nala bawel banget," gerutu Kala. Bocah itu melirik sang teman dengan bibir cemberut. Pipinya menggelembung karena sedang mengunyah roti."Miss Elly susu Kala aneh, dia belum minum tapi segelnya udah kebuka. Kata Mama ga boleh minum minuman kemasan yang segelnya rusak," ujar Nala.Miss Elly tentu saja tidak menganggap sepele aduan Nala. Dia mengambil susu milik Kala lantas membuka tutupnya. Miss Elly mencium susu itu kemudian meminta izin ke Nala untuk membuka miliknya juga."Boleh Miss buka punya Nala?" Nala mengangguk sedangkan Kala malah merasa kesal karena Nala seolah mengganggu ketenangannya. Miss Elly mencium susu Nala dan merasa baunya memang agak sedikit berbeda dari milik Kala. Tak ingin mengambil resiko, dia pun melarang Kala meminum
Cloud mencari keberadaan Miss Elly. Ia ingin memastikan cerita Nala tentang susu yang membuat Kala marah dan memasang muka cemberut. Saat melihat guru muda itu Cloud pun menyapa, dia mendekat dan Miss Elly menyambut dengan ramah.“Sepertinya Kala sudah keluar sama Nala tadi, Mom.”Miss Elly menganggap Cloud mencari keberadaan Kala. Ia bersikap biasa karena merasa tidak terjadi hal yang buruk ke sang siswa.“Sudah, Kala sudah bersama papanya. Tapi sebenarnya ada yang ingin saya tanyakan ke miss Elly.” Cloud tak ingin membuang-buang waktu. Ia sadar Miss Elly pasti lelah dan ingin cepat pulang.“Apa masalah penting? Bagaimana kalau kita bicara di ruang guru?”Miss Elly memersilahkan Cloud mengikutinya. Mereka masuk ke ruang guru dan Cloud pun duduk di kursi yang berada tepat depan meja kerja Miss Elly.“Miss, tadi Nala bercerita kalau mereka diberi susu saat field trip dan susu Kala kata Nala segelnya terbuka lalu Miss mengambilnya.”Alis Miss Elly berkerut, dia yang menganggap sepele ma
"Tidurkan Kala di sana!" Skala memberi perintah ke Nic selepas anak-anaknya dan Beni meninggalkan ruang kerjanya.Tenggorokan Nic terasa tercekat, dia tak pernah menyangka keangkuhan dan rasa bencinya ke Skala bisa menghilang tergantikan oleh rasa grogi seperti ini. Nic berusaha untuk tidak melakukan sedikitpun kesalahan di depan Skala. Ia tidak ingin restu yang sudah diberikan kepadanya dan Cloud dicabut."Pa!""Nic."Panik. Nic menelan ludah susah payah karena merasa salah sudah membuka mulutnya bersamaan dengan Skala. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Nic sampai merasa berbicara ke Skala untuk meminta izin menikahi Cloud jauh lebih mudah dari pada menghadapi situasi ini."Papa silahkan bicara dulu," ucap Nic sambil berusaha menutupi grogi.Skala memulas senyum saat sadar Nic gemetaran. Ia tak menyangka menantunya yang bersifat dingin dan arogan bisa berubah selembek permen jelly. Skala masih memandang datar Nic sampai pria yang dicintai putrinya itu menunduk sungkan."Bert
“Aku harus mencari tahu siapa yang dengan sengaja ingin membuat Kala celaka. Sudah jelas tidak ada orang di luar keluarga yang tahu tentang alerginya.” Nic baru saja mengantar Cloud dan Kala pulang ke rumah Skala. Setelah hasil uji susu itu keluar. Keduanya kini berbincang di teras karena Nic hendak pulang. Di PG Factory tadi mereka sempat berdiskusi sebentar. Belum ada rencana yang jelas ke depan untuk menyikapi masalah ini, karena Kala malah bangun. Demi menjaga perasaan anak itu semua orang memilih berhenti membahas. Bagaimanapun juga Kala tidak boleh sampai tahu masalah ini. “Mandi dan istirahatlah setelah sampai rumah, kita pikirkan lagi masalah ini besok.” Cloud mengulurkan tangan, dia membelai pipi Nic seolah tak rela pria itu pulang. Nic mengangguk kecil, dia memegang punggung tangan Cloud yang hendak menjauh dari pipinya. “Oh … ya nanti coba cek rekeningmu,” ucap pria itu. “Berapa miliar yang kamu kirimkan?” Tanya Cloud sambil tertawa. “Tidak banyak tapi cukuplah kalau m
"Jangan berhenti!"Nic tersenyum senang. Kalimat yang baru saja Cloud ucapkan membuatnya semakin bersemangat memberikan wanita itu kepuasan. Nic melepaskan tangan Cloud untuk memegang bokong wanita itu. Ia meremas dan memukulnya pelan sampai Cloud secara impulsif menarik rambutnya kebelakang. Nic mendongak, untuk beberapa saat menatap Cloud dan mereka saling melempar senyuman. Cloud buru-buru melepas jambakan tangannya dan Nic pun bergegas berdiri. Tangan pria itu merangkum pipi Cloud dan mencium bibir penuh gairah. Nic mendorong tubuh Cloud hingga terbentur lemari baju yang bahkan belum tertutup sempurna. Sama seperti Nic, Cloud juga membalas ciuman itu penuh gairah. Tangannya tak bisa diam menyentuh meraba punggung, pinggang dan dada Nic. "Aku mencintaimu," ucap Nic sesaat setelah tautan bibirnya dan Cloud terlepas. Ucapan Nic yang terdengar begitu tulus membuat Cloud tersenyum penuh kebahagiaan. Tak ingin hasrat yang sudah membara meredup apalagi padam, Cloud kembali menautkan b
“Apa kamu sudah melakukannya?”Aditya mengangguk. Ia berdiri di depan meja kerja Doni setelah menjalankan tugas yang diberikan oleh pria itu. Doni memintanya menunjukkan bukti bahwa dirinya bukanlah kaki tangan Nic seperti apa yang disangkakan. Pria jahat itu meminta Aditya untuk mencari cara agar Kala celaka.Aditya yang cakap dengan mudah menemukan informasi, bahwa ada pegawai yang benci ke Kala di pabrik yang sekolah anak itu kunjungi. Hingga dia menghasut dan membuat orang itu berhasil menukar susu milik Kala dengan susu yang diberikan oleh Doni.“Saya sudah melakukan perintah Anda.”“Bagus!”Doni mengangkat dagu memberi kode Aditya untuk mengambil benda di mejanya. Tanpa bicara Aditya meraih kotak ponsel yang masih tersegel, sebagai ganti ponsel miliknya yang dirampas dan hancurkan oleh pria itu.“Terima kasih!” Ucap Aditya.“Kamu tidak boleh salah memilih tuan. Nic itu bukan tandinganku. Meski sudah dewasa, tapi di depanku dia hanya anak ingusan yang bodoh.” Doni memulas seringa
Cloud pun keluar dari kamar mandi, dia mensejajari Nic lalu meraih ponsel miliknya sendiri. Wanita itu berkata memasang sebuah aplikasi di gawainya untuk mengecek sebuah nomor tak dikenal. Baik dirinya dan Nic sama-sama tak berpikir panggilan itu mungkin saja berasal dari Aditya.Saat Cloud hendak mengetik untuk mengecek, panggilan itu tiba-tiba terputus. Tak lama sebuah pesan masuk ke aplikasi chat milik Nic dengan foto profil wanita seksi. Karena hanya mengenakan kamisol ketat dada wanita itu pun terlihat menonjol.Mulut Cloud mengaga, dia pikir Nic pasti pernah memakai jasa kupu-kupu malam. Ibunda Kala itu menggeleng membaca pesan yang dikirim.[Pak, Ini saya]“Wah … Nic, kamu benar-benar luar biasa.”“Cloud, ini salah paham. Aku tidak pernah ….. “ Wajah Nic pucat mendapati Cloud marah. Istrinya itu pergi dan duduk di depan meja rias, menyibukkan diri dengan skincare-nya.“Sial!” Umpat Nic.Tanpa membalas pesan itu Nic menghubungi nomor yang sudah membuat Cloud kesal. Tak perlu men
“Cloud, Mama mau ngomong!” Cloud yang hendak turun menyusul Kala dan Nic ke bawah untuk sarapan pun memalingkan badan. Ia pikir Bianca sudah berada di ruang makan, tapi ternyata baru saja keluar dari kamar. Nic dan Kala pun menghentikan langkah, keduanya sama-sama memandang Bianca dan Cloud bergantian. Tanpa perlu diminta, Nic sadar lalu bergegas mengajak Kala menjauh. Ia menggendong anak itu dan membawanya berlari menuruni anak tangga karena takut Kala curiga. “Aku juga ingin mengatakan sesuatu ke Mama.” Cloud menjawab sambil menaiki dua anak tangga yang sudah dia lewati. “Mama mau bicara di mana?” Bianca menunjuk ruang baca yang ada di sebelah ruang kerja Skala, dia berjalan mendahului Cloud yang mengekor di belakang. Sesaat setelah masuk, Cloud mengunci pintu. Ia tidak ingin orang lain sampai mendengar perbincangannya dan Bianca terutama Kala. “Mama mau bicara apa? Bolehkah aku menebak? Pasti soal Nic,”ucap Cloud. “Apa lagi yang perlu diomongkan denganmu kalau bukan soal pria
Satu bulan kemudian Hari itu awan mendung menyelimuti hati Cloud. Sejak Nic berangkat kerja dan Kala sekolah, Cloud terus menangis karena merasa sangat bersalah ke baby Gaza juga Kala. Bukan tanpa alasan Cloud bersikap seperti ini. Beberapa hari ini dia sering merasa mual dan lemas. Bahkan setelah makan banyak dan mengonsumsi vitamin kondisinya juga masih sama. Hingga, Cloud yang memang sejak melahirkan baby Gaza belum mendapat tamu bulanan memilih untuk mencoba melakukan uji kehamilan. Cloud awalnya hanya iseng dan berpikir untuk tidak berpikir yang macam-macam, tapi dia berakhir lemas saat melihat dua garis merah tertera jelas pada alat uji kehamilan yang dia gunakan. Hati Cloud sedih, merasa sangat bersalah pada dua anaknya terutama ke baby Gaza yang baru saja berumur empat bulan. Karena hal itu, Cloud tidak bisa fokus bekerja dengan tenang meskipun masih bekerja dari rumah. Dia juga takut memberitahu Nic dan sekarang hanya Bianca yang menjadi tumpuannya. Setelah mengetahui diri
Cloud meraba dada Nic, mengusap lembut sambil merapatkan tubuhnya dan menciumi punggung pria itu. Cloud tahu Nic mengizinkannya melakukan itu saat tak mendapatkan penolakan sama sekali, bahkan saat dia mulai menempelkan lalu menggesekkan dadanya yang memang lebih padat karena berisi ASI putra kedua mereka. Nic diam-diam tersenyum, menikmati sentuhan Cloud. Tak lama tanpa ragu Nic akhirnya meraih tangan Cloud yang sejak tadi mengusap dada untuk mulai mengusap miliknya yang berada di antara paha.Cloud tersenyum penuh arti, dia mengangkat kepala untuk menjangkau tengkuk Nic dan memberi kecupan di sana, tak puas Cloud menggigit kecil cuping telinga suaminya bahkan menggelitik beberapa detik menggunakan ujung lidah.Nic pun tak sanggup lagi, dia bergerak dan Cloud pun bergeser, secepat kilat Nic mengurung tubuh Cloud, mencekal ke dua tangan istrinya di sisi kepala."Apa kamu tahu hukuman apa yang pantas diberikan ke wanita yang membuat prianya cemburu?" Tanya Nic."Aku tidak tahu, tapi k
Tidak terasa tiga bulan pun berlalu. Siang itu Cloud menitipkan Gaza ke Bianca karena harus menghadiri pesta pernikahan Thea dan Aditya.“Misal nanti Gaza rewel atau kenapa-napa, Mama langsung kabari aku saja,” ucap Cloud saat menitipkan putra ke duanya.“Kamu itu kayak baru kali ini nitipin anakmu ke Mama,” ucap Bianca. “Kayak masih setengah ga percaya.”Cloud pun tersenyum lebar mendengar protes Bianca kemudian membalas, “Bukan begitu, Ma. Siapa tahu Mama tidak bisa mengatasi kalau Gaza sedang rewel.”“Sudah kamu tenang saja. Nikmati pesta Thea dan jangan mikir yang aneh-aneh. Mama akan menjaga Gaza dengan baik,” ujar Bianca.Cloud pun melebarkan senyum mendengar ucapan Bianca. Dia lantas berpamitan dan pergi bersama Nic juga Kala. Dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu terlihat mengenakan setelan jas yang sama, Kala bahkan memperlihatkan aura seperti anak bangsawan.“Ayo!” Nic mengulurkan tangan ke Cloud agar istrinya itu bisa menuruni anak tangga dengan nyaman. Mereka te
“Hai.”Arkan masuk menyapa Cloud dan Nic yang ada di kamar. Nic yang awalnya tegang seketika rileks saat menyadari sepupunya datang mengajak Shafira dan memperkenalkan gadis itu sebagai calon istrinya dengan bangga.Nic pun bisa menerima kehadiran Arkan, bahkan bersikap ramah saat menyadari tatapan mata pria itu sudah sangat berbeda ke Cloud.“Bagaimana kondisimu dan juga bayimu?” Tanya Arkan. Dia berdiri di dekat ranjang Cloud bersisian dengan sang kekasih.Cloud sendiri tampak begitu kagum melihat bagaimana anggunnya Shafira. Sebagai seorang pengusaha yang bergerak di bidang fashion, Cloud mendapat inspirasi bagaimana kalau perusahaannya mulai mencoba merambah dunia busana yang bisa dikenakan juga oleh para wanita yang mengenakan hijab.“Kami sehat, bahkan besok aku sudah diperbolehkan pulang,” jawab Cloud lantas menoleh ke baby box di mana bayinya sedang tidur.Shafira langsung mengalihkan tatapan ke sana, senyum gadis itu merekah bahkan diam-diam menarik bagian kemeja Arkan yang a
Kala masuk dan langsung menuju box bayi di mana sang adik tidur. Dia sangat bersemangat untuk melihat bagaimana wajah sang adik dari pada menyapa Cloud dan Nic lebih dulu. Berbeda dengan Bianca yang datang bersama rombongan putranya dan juga Skala. Wanita itu mendekati Cloud dan memeluk putrinya dengan tangis haru."Selamat ya! Kamu hebat, Cloud. Mama bangga," bisik Bianca. Perlahan dia mengurai pelukan sambil berkata membawakan makanan kesukaan Cloud. Bianca menjauh agar yang lainnya juga bisa mengucapkan selamat ke ibu dua anak itu.Seluruh anggota keluarga sudah melek akan informasi hingga berusaha agar Cloud tidak sampai mengalami Baby Blues Syndrome. Ya, terkadang seorang ibu yang baru saja melahirkan merasa tersisihkan, melihat bagaimana sikap orang sekitar yang lebih memperhatikan bayinya dari pada dia yang berjuang mempertaruhkan nyawa."Aku dan Embun sudah menyiapkan kado untukmu, coba lihat!" Pinta Rain sambil mengulurkan sebuah tas kertas kecil ke Cloud. Setelah sang adik
"Ners, tolong itu suami saya!"Cloud yang sudah ingin mengejan masih bisa memikirkan Nic yang baru saja terkena mental. Seorang perawat pun mencoba mendekat untuk memastikan keadaan Nic. Dia memegang lengan pria itu yang tatapannya terlihat kosong."Anda duduk saja di sini ya, Pak!" Ucap perawat itu sebelum kembali mendekat ke ranjang untuk mendengarkan keputusan dokter."Ibu tahan ya! Kita pindah ke ruang bersalin."Dokter pun memberi kode ke perawat yang berada di dekatnya dan Cloud pun segera dipindahkan. Nic sendiri seolah baru sadar saat ranjang sang istri dibawa keluar. Dia berdiri bergegas mengikuti ke mana Cloud pergi."Pak, Anda hanya boleh masuk kalau yakin kuat melihat apa yang terjadi di dalam, kalau tidak lebih baik Anda menunggu di luar." Dokter menahan Nic di depan pintu. Wajah pucat pria itu semakin membuat Dokter berpikir Nic sama sekali tidak siap menemani persalinan Cloud. Dokter pun hendak masuk tapi Nic menerobos sambil berkata dia kuat dan mampu.Meski wajahnya
Kelakuan Nic membuat Kala sampai terbangun, anak itu menggosok mata melihat Cloud berdiri menyanggah pinggang sedangkan Nic sibuk berganti baju. “Mama,” panggil Kala. Cloud yang mendengarnya menoleh, dia pun mendekat ke Nic dan memukul lengan sang suami karena membuat Kala terbangun.“Kala bangun gara-gara kamu,” ucap Cloud masih sambil menahan sakit di bagian perut bawah. Dia mengusap pipi agar Kala tak sampai melihatnya menangis. “Mama, apa Mama masih marah?” Cloud menoleh dan buru-buru menghampiri Kala. Dia membelai pipi anak itu dan mencium puncak kepalanya. Cloud menggeleng dan malah meminta maaf karena merasa keterlaluan memarahi Kala tadi. “Kenapa muka Mama begitu?” Kala menyadari ekspresi wajah Cloud yang berbeda.” Apa Mama sakit?” Tanyanya. “Hm… iya, adik sepertinya mau lahir,” jawab Cloud. Namun, bukannya merasa kasihan ke sang mama, Kala malah melompat-lompat kegirangan di atas kasur. Cloud sampai membeku dan saling pandang dengan Nic. Mata Kala yang mengantuk berub
Cloud ternyata hanya berpura-pura, setelah Kala dan dua keponakannya memasang muka bersalah dan ketakutan, Cloud pun berhenti mengaduh kesakitan. Masing-masing dari Cloud dan juga Embun tentu saja sangat ingin marah. Ini jelas bukan hanya sekadar masalah belanja atau uang puluhan juta, tapi seharusnya Olla dan Kala meminta izin lebih dulu kepada orangtua."Kalau izin namanya ga kejutan donk," ucap Olla. Meski awalnya takut, cucu pertama Skala itu akhirnya berani mengeluarkan pendapat karena mendapat pembelaan opanya."Sudahlah, tidak perlu ribut. Nanti papa yang ganti."Mendengar ucapan Skala baik Cloud dan Embun menoleh bersamaan. Skala sendiri tidak merasa takut diplototi anak dan menantunya, dia malah memanggil Olla, Kala juga Omi dan memeluk ke tiganya bergantian menunjukkan kasih sayang."Benar-benar," gerutu Embun sambil membuang muka.Nic sendiri dengan cara berbisik mengatakan pada Rain, kalau dia akan segera mengganti uang yang dipakai Kala berbelanja."Papa tidak bisa membel
Usia kandungan Cloud pun akhirnya sudah memasuki sembilan bulan. Seperti kesepakatan mereka saat kandungan Cloud masih berumur enam bulan, wanita itu bekerja di rumah karena Nic sudah tidak memperbolehkannya bolak-balik ke perusahaan, demi menjaga kondisi tubuh juga calon buah hati mereka. Bahkan mendekati hari perkiraan lahir, kini Nic dan Cloud tinggal di rumah Skala. Hal ini dilakukan semata-mata karena Nic takut Cloud mengalami kontraksi.Sore itu Rain datang ke rumah sang papa bersama Embun juga anak-anaknya untuk makan malam bersama dan menginap di sana. Saat masuk, Rain melihat sang adik yang duduk di sofa ruang keluarga sambil meluruskan kaki bersama Bianca dan Skala.“Bagaimana kabarmu?” tanya Rain yang langsung menghampiri Cloud.“Baik.” Cloud menjawab kemudian mengelus perutnya karena sang bayi baru saja menendang.Rain dan Embun pun ikut duduk, seperti biasa membiarkan Olla dan Omi bermain di belakang, apalagi Kala juga berada di sana. Awalnya Rain membahas tentang harga s