Hujan lebat dengan petir yang menyambar. Mansion besar itu tampak terlihat sangat suram dengan hanya cahaya lilin yang hampir padam. Setengah mati, Chana menangis, berkali kali memeluk lututnya yang dingin. Gelap yang senyap, petir yang menyambar, dengan suara deritan beberapa pintu yang rusak. Semua kian menakutkan hingga Chana bahkan tak berani beranjak.
Dalam gelap yang tak berujung, suara langkah seseorang yang mendekat membuat Chana menoleh. Dia cukup waspada dengan tangan memegang perutnya yang membesar. Gerakan pelan dalam perutnya cukup menyadarkannya bahwa ia lapar dan harus makan. Namun kini, dia hanya bisa duduk ketakutan dan kian bergetar saat sebuah bayangan hitam mendekat dan langsung memeluk tubuhnya dari belakang.
"Oh, Nona Chana ...,"
Chana terkesiap saat tangan asing memeluk tubuhnya dari belakang. Dia menolak, bergeser dan memberontak namun tangan itu kian kuat memeluknya.
"Nona kau sangat harum."
Rasa jijik merambat hingga membuat Chana memberontak kian keras. Tangan kasar di tubuhnya juga suara berat dengan aroma alkohol yang kuat membuat Chana sekuat tenaga mendorong pria asing itu untuk menjauh darinya.
"Kau! Menjauh, menjauh dan pergi dari sini!" Peringat Chana dingin.
Pria asing itu tertawa. Merangkak, untuk mendekati Chana yang mundur. Tubuhnya yang awalnya bersembunyi di kegelapan kini mulai terlihat jelas dalam cahaya lilin yang suram. Wajah yang tak bisa dibilang tampan mendekat dengan tatapan vulgar yang jelas.
"Nona, tak akan ada yang tahu dengan hal yang kita lakukan. Apakah nona tahu, betapa aku sangat menunggu saat ini?"
"Kasim, menjauh dariku!" Peringat Chana kembali dengan tatapan sinis.
Jelas, Chana mengenal pria asing itu. Kasim, yang tak lain adalah seorang pelayan bagian perkebunan mansion utama keluarganya sejak beberapa tahun lalu. Terkenal mata keranjang dan selalu meresahkan pelayan wanita di seluruh mansion karena tatapan matanya yang nakal. Juga sangat terkenal sebagai pelayan yang selalu menyalahi aturan. Tapi, kenapa pria ini disini? Hal apa yang pria itu lakukan hingga bisa berada di mansion tua ini.
"Nona, nona jangan seperti itu. Nona tak perlu malu. Bukankah nona di sini untuk menungguku?"
Chana mendecih jijik. Pria tak tahu malu itu, kenapa bisa bicara seperti itu? "Kau salah, aku tak menunggu siapa pun. Menjauh dan cepat tinggalkan tempat ini!"
"Nona, tapi nona Chassy mengatakan nona menungguku. Aku bertanya-tanya dalam mimpi, kapan aku bisa bersama nona yang cantik dan lembut. Dan hari ini datang. Aku datang dan aku tak mungkin pergi secepat itu."
"Chassy?" Ulang Chana terkejut. Ada kejutan yang melintas di matanya saat nama adik tirinya tersebut. Hari ini dia mendapat banyak kejutan dan dia menyadari betapa jahat adik tirinya. Chassy bahkan mengatur seorang pelayan untuknya? Kini dia tahu, bahwa orang yang meninggalkannya di tempat suram ini juga pasti Chassy. Dan suaminya, hanya menuruti kata-kata Chassy untuk mengurungnya!
"Ya, dia mengatakan nona sangat pemalu. Nona, tak perlu malu. Hanya ada kita berdua di sini. Aku tak masalah meski nona hamil besar. Kenikmatan tetaplah kenikmatan. Aku akan memperlakukan nona dengan sangat baik. Jadi nona, ayo mendekat. Ayo mendekat padaku,"
"Tidak," geleng Chana panik. "Jangan berani mendekat, atau aku akan teriak!"
Kasim tertawa. "Siapa yang akan mendengarkan kita? Teriakan nona hanya akan seperti suara yang teredam hujan."
Chana bangkit, berlari dalam kegelapan namun nyatanya Kasim kalah cepat darinya. Dia hanya bisa mendapati satu kakinya tertarik tepat sebelum dia melangkah. Jatuh, dia merasakan perutnya sakit luar biasa hingga dia mengerang tak tahan. Hal itu membuat Kasim yang telah mabuk merasakan sensasi berbeda karena melihat kulit kaki Chana yang putih.
"Menyingkir!" Chana berjuang keras saat tangan kasar Kasim mulai merayap liar. Dia memberontak, mengindahkan rasa sakit di perutnya dan terus berusaha melepaskan diri.
"Oh nona," Kasim sangat tak tahan hingga melepaskan pakaian atasnya. Dia Dengan kasar menekan tangan Chana yang terus memukulnya untuk melepaskan diri. Memeluk Chana, dia bahkan merobek pakaian Chana tanpa menunggu.
Chana berteriak minta tolong, namun Kasim dengan segera mengikat mulutnya. Dia menggeliat, terus memberontak hingga Kasim kehilangan kesabaran. Merangkak dia mencoba menjauh dan terus melarikan diri hingga Kasim menarik kakinya lalu menariknya dari belakang. Tangan kasar itu bahkan berani meremas dadanya tanpa ampun. Dia tak terima, dan terus memaki sambil berjuang melepaskan diri. Namun siapa yang menyangka, di saat kondisi seperti ini, Logan tiba-tiba datang dan salah paham akan semuanya.
"Chana...!"
Teriakan penuh amarah itu bagai air yang jatuh di padang pasir tandus. Tak peduli apa pun bagi Chana kehadiran Logan sudah cukup menyelamatkannya. Dia bersyukur, dengan itu tangannya terulur untuk meminta pertolongan.
"Logan, kau datang. Kau Akhirnya datang," tangis haru akan ketakutan, kesedihan, dan suka cita akan nasibnya yang tak akan ternoda sungguh membuat Chana lupa akan kesakitannya karena luka yang ditorehkan Logan.
Logan sangat murka, jelas dia melihat bagaimana Kasim memeluk dan menyentuh istrinya dengan sangat vulgar. Dia tak terima saat mengetahui semuanya. Sejak kapan selera istrinya jadi sangat rendah? Harusnya dia tak datang, harusnya dia tak disini meski Chassy melarangnya. Dia sangat khawatir jika Chana ketakutan saat gelap dan hujan badai. Dia datang dalam kondisi basah namun hal yang dia temukan sangat berbeda dari yang dia harapkan.
Kasim langsung menjauh, dia mundur dengan ketakutan saat tatapan Logan menghujam. Dengan satu hantaman, tubuhnya tersungkur saat tangan tegap Logan memukul wajahnya tanpa ampun. Sekali, dua kali hingga berkali-kali, dia hanya bisa mengerang kesakitan dan meminta ampun atas kesalahannya. Tapi dia juga sangat percaya akan kata-kata Chassy, dimana Chana hanya malu-malu untuk mengungkapkan cinta padanya.
"Tuan muda, tuan muda, kami hanya sedang memadu kasih. Nona Chana sangat mencintai saya hingga mengirimkan kabar untuk saya datang. Jadi kami tidak bersalah."
"Apa?" Logan terhenti dan tak percaya. Dia menatap Chana meminta penjelasan namun dia tak berhenti menghajar pria di depannya hingga tak sadarkan diri.
Chana menggeleng. "Tidak, Logan, itu tidak mungkin. Aku tak mungkin-"
"Kakak, aku tak menyangka kau seperti ini."
Sebuah suara lembut memotong kata-kata Chana dan derap langkah yang gemuruh datang sebagai gantinya. Sebuah cahaya terang dari beberapa lampu mendekat dan kini Chassy berdiri bersama anggota keluarga besar lainnya. Mata Chana terpana, tersenyum lega, akhirnya dia tak berada dalam kegelapan karena cahaya lampu lilin baru saja padam. Tapi kenapa semua tatapan keluarganya berbeda? Apa yang salah dari semua?
"A-ayah, i-bu, ka-kek,-"
"Kak Chana, kau selingkuh dengan pelayanan rumah keluarga kita? Kau sengaja datang ke mansion tua ini untuk pertemuan kalian? Bagaimana bisa ... bagaimana bisa kau, kak Logan," Chassy menutup bibitnya seakan bersalah. Raut wajahnya tampak sedih dan prihatin saat menatap Logan yang murka.
Chana menggeleng. "Tidak. Itu ka-"
"Kak Logan, maaf. Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak datang. Begitupun dengan ayah dan ibu. Juga kakek dan nenek," potong Chassy kembali. Tidak, dia tak akan membiarkan Chana mengeluarkan suara untuk membalikkan semua fakta pada dirinya. Kesalahan buruk ini, harus Chana yang menanggungnya!
Chana menolak tuduhan itu. "Tidak, aku tidak-"
"Chana, kau sangat memalukan!" Hardik ayahnya kecewa.
"Oh, mataku, harusnya aku tak melihat perbuatan kotor." Kali ini ibu tirinya tampak sangat jijik melihatnya.
"Kau, aku tak menyangka memiliki cucu sepertimu. Tidak, aku tak pernah memiliki cucu sepertimu," ungkap kakeknya dengan penuh kecewa. Keempatnya membalikkan badan dan Chana bangun untuk mengejar.
"Ayah, kakek, kakek, Chana tidak seperti itu. Kakek, ahkkkk!"
Chassy jelas tak akan membiarkan jalan Chana mulus begitu saja. Dia sengaja mengulurkan kakinya agar langkah Chana terhalang dan akhirnya jatuh. Senyum penuh kepuasan samar terlintas di matanya.
"Oh, kakak, apakah kau baik-baik saja? Bayimu, bayimu, apakah sakit?" Tanyanya penuh dengan kepalsuan. Dia menopang tubuh Chana dan berbisik pelan. "Hari ini, kau telah tamat. Namamu telah di keluarkan dari daftar keluarga. Selamat kakak,"
Chana terbelalak, dia menoleh dan senyum Chassy tampak sangat mengerikan. "Ka-kau!"
"Kak Logan, ada darah disini. Kak Chana berdarah. Kak Logan," teriak Chassy panik.
Air muka Chassy tampak berbeda, penuh kasih dan peduli. Dia haruslah mengatur semuanya. Dengan sangat kehati-hatian dan membuat semua keadaan seperti rencananya. Semua haruslah satu pendapat dan dia harus menyingkir Chana dengan cepat. Semua rencananya, juga ibu dan seluruh keluarga besar yang tak menyukai Chana dari lama, akan dengan mudah percaya. Dan Logan, itu juga menjadi bagiannya. Di mana pria itu harus percaya bahwa anak dalam perut Chana bukanlah darah dagingnya hingga Logan tak akan segan untuk menceraikan Chana lalu dia akan menjadi nona muda satu-satunya yang akan mewarisi seluruh bisnis keluarga juga menjadi istri Logan satu-satunya.
Logan menatap sekilas, dan rasa kecewa di hatinya meledak. "Apa peduliku? Dia jelas bukan anakku. Jadi kenapa kau tak meminta pada ayah bayinya yang mungkin tergeletak di sana!" Mendengus, dia memilih pergi dengan yang lain. Dia tak ingin berada di sini. Satu kenyataan ini, dia tak sanggup menerimanya. Berkali kali Chassy mengatakan bahwa Chana memiliki simpanan dan putra pertamanya bukanlah anaknya, tapi dia tak percaya. Tapi kini, semua terasa nyata dan hal itu kian menyakitkan. Dia benci Chana juga putranya! Hukuman itu, dia merasa Chana lebih kejam pada dirinya.
Melihat kepergian Logan, tawa Chassy pecah. Sedangkan Chana merangkak berusaha keluar dan mengejar Logan. Namun sesuatu dalam perutnya tampak tidak baik-baik saja. Tentu, semua awalnya masih bisa ia tahan sebelum Chassy bergerak mendekat, dan entah sejak kapan sebuah botol telah ada di depan matanya."Kak, kupikir kau haus." Chana yang merangkak berhenti dan mendongak. Menatap wajah cantik Chassy yang tersenyum. Saudara perempuannya itu duduk berjongkok dan dengan mudahnya, meraih botol di depannya lalu membukakan tutupnya. "Aku sudah membukanya, sekarang kakak bisa meminumnya."Chana menggeleng. "Aku tidak haus," kembali menyeret tubuhnya sambil mendesis merasakan sakit di perutnya yang kian kuat. Chassy tertawa, melihat usaha Chana yang mencoba mengejar Logan. Dia menarik sesuatu dari dalam saku celananya, lalu melemparkan tepat di hadapan Chana. "Bagaimana? Apakah kemampuanku sangat bagus? Kak Logan bahkan mempercayainya. Tidak, sejak pernikahan kalian Kak Logan tak lagi memperc
"Tidakkk...!" Teriak Chana sangat keras. Tubuhnya memberontak dengan sangat kuat hingga peluh membanjiri tubuhnya. Rasa sakit di sekujur tubuhnya dengan kilasan bayangan nyata yang dia alami jelas masih terpahat di seluruh ingatannya. Tempat tidur itu tampak sangat berantakan karena gerakannya yang liar. "Arrgghh...!" Teriakan keras kedua diiringi tangisan terdengar memilukan. Mata hitam coklat itu terbuka lebar kemudian tertutup lagi. Napas yang memburu dengan dada naik turun dan detak jantung yang berpacu cepat memperjelas kepanikan Chana yang yang langsung duduk di atas tempat tidur dengan kedua tangan meremas perutnya kuat. Seluruh tubuhnya terasa sakit bagai tersayat dengan rasa panas bagai terpanggang dalam bara api yang masih membara. Tangisnya pecah dengan desisan rasa sakit yang tak terkira. "Putraku, dia kesakitan," batin Chana lemah. "Dan aku berakhir dengan sangat mengenaskan.""Apa yang terjadi? Nona apakah ini akan baik-baik saja?" "Apa yang terjadi pada jalang itu? K
Mata Chana berkabut saat dia mengerutkan keningnya. Pemandangan di hadapan matanya sungguh indah. Seluruh tubuhnya yang panas sangat menggangu dan membuat kulitnya menjadi sangat sensitif, menghadirkan rona merah muda di pipi putihnya. Dan tanpa sengaja, pria di bawahnya bergerak pelan membuat tubuhnya mendesah pelan. Pria itu menyadari ada yang salah, sejak dia mendengar desahan tertahan wanita di atasnya, dia menjadi diam dan tak berani bergerak. Instingnya jelas memberi peringatan bahwa ada yang salah dengan tatapan wanita di atas tubuhnya. Rona merah yang hadir, sedikit malu dengan tatapan sayu, itu tampak sedikit menyedihkan. Tapi dia melihat kelaparan panjang di dalam mata wanita tersebut. Jelas wanita ini tidak normal."Nona, perlahan, menyingkir dari atas tubuhku." Perintahnya dingin. Chana tak bergerak dan terhipnotis dengan suara berat nan serak. Matanya meneliti pria di bawah tubuhnya dengan hati-hati. Rahang tegas dengan bibir tipis yang melengkung sempurna. Hidung menju
Chana memperhatikan bahwa ada sesuatu yang salah dengan ekspresi pria di hadapannya. Dia bukanlah gadis yang bodoh, oh mungkin terlalu sombong untuk mengatakan hal tersebut karena faktanya, di masa depan dia akan mati karena kebodohannya. Namun setidaknya, dia telah menikah dan bukanlah gadis polos seperti yang seharusnya. Sesuatu seperti keperawanan bukanlah hal penting yang harus dia pikirkan. Saat ini ada banyak kerumitan dalam pikirannya, dan dia harus segera menyingkir dari pria di hadapannya. "I-itu, tu-tuan, aku akan memberimu kompensasi."Wajah pria di hadapannya tertarik minat. "Kompensasi?"Chana mengangguk. "Y-ya," "Uhm, kompensasi seperti apa yang akan kau berikan? Apakah itu seperti sebuah pelajaran lagi yang akan kau berikan?" "Pelajaran? Seperti apa?" tanya Chana tak mengerti. Pria itu menganggukkan kepalanya, tampak berpikir sesaat. "Yah, kau telah memberiku pelajaran semalam. Mungkin lebih dari sekedar mendisplinkan bibirku atau mungkin kita bisa mengulanginya lag
Saat perintah pria tampan itu turun, hotel dan perusahaan Axion Company meledak dalam satu kabar. Tidak hanya tidak hadir dalam rapat penting tanpa kabar terlebih dahulu, bahkan telepon pertama yang tuan muda mereka perintahkan adalah mencari data seorang wanita yang telah berhasil melarikan diri dari kamar hotel tuan muda mereka. "Tuan muda memerintahkan untuk mencari seorang wanita? Seorang wanita? Benarkah itu?""Tidak, apakah akhirnya tuan mudaku bukan petapa? Ya Tuhan, ini berita besar.""Pada akhirnya, wanita itu, apakah dia akan mati? Atau akan dilempar? Ini adalah kamar hotel. Kamar hotel tuan muda kita, wanita itu, apakah mereka menghabiskan malam bersama?""Diamlah, dan cari data wanita ini! Kalian terllau banyak bicara!""Tunggu, dari pada itu, tuan muda terlihat sangat kesal. aku yakin akan mendengar berita kehancuran suatu keluarga.""Kita harus mencari tahu semuanya agar jelas. aku yakin ada sesuatu."Beberapa orang mulai sibuk dalam pekerjaaan karena perintah ini, na
Elden terhenyak saat kata-kata Chana jatuh. Melihat putrinya menangis dengan tatapan bingung hatinya yang mendingin terengut. Dia baru saja akan angkat bicara sebelum putrinya kembali bersuara. "Ayah, apakah karena ibuku tidak di sini hingga aku harus dipukuli untuk kesalahan yang tak kuperbuat? Apakah ayah lupa? Aku juga putri Ayah. Aku tak tahu ibu akan pergi meninggalkan kita, mulai sekarang aku akan berusaha mencarinya. Tapi kini, untuk saat ini, aku merasa lelah." Tatapannya yang berkaca- kaca membuat wajah Chana menyedihkan. Dia membalikkann badan seakan semua tak pernah terjadi. "Ayah, hari ini aku sangat lelah." Mendengar itu mata Elden memanas. Kepergian istri pertamanya, mungkin dia membencinya tapi ini bukanlah suatu alasan yang harus membuat putrinya menderita. Dia menatap punggung putrinya yang menjauh lalu beralih pada Mesya secara ganas. Putrinya dipukuli? Kenapa dia tak tahu? Selama ini dia selalu merasa putrinya ini sangat di luar batas hingga sangat bodoh lalu juga
Kemuraman Chana membuat emosi Logan tersulut. Saat Chana menghempas tangannya, dia menyadari tatapan Chana yang seakan tak peduli pada keberatannya. "Chana,""Itu bukan urusanmu!" "Bagaimana kau bisa mengatakan itu?" Kekecewaan tercetus tanpa bisa dicegah, Logan ingin tertawa seakan tak percaya pada wanita di hadapannya. Benarkah wanita ini adalah orang yang sama dengan orang yang selalu mengatakan mencintainya?Angin berhembus cukup kencang dari pintu balkon kamar yang terbuka. Tirai bergoyang perlahan, membuat suasana menjadi sunyi untuk sesaat. "Bagaimana tentang dirimu, bukan menjadi urusanku?" ulang Logan menekan setiap kata yang keluar.Chana menatap Logan yang menunduk dengan kepalan tangan erat. Dia bisa merasakan amarah Logan yang tak biasa. Dia harusnya berlari memeluk kekasihnya lalu menangis meminta maaf atas semua hal yang terjadi padanya. Dia harusnya tersedu dalam pelukan Logan lalu Logan yang kecewa akan menghempaskan tubuhnya dan dia berlutut memohon pengampunan. D
Logan melangkahkan kakinya dengan berat tanpa menoleh sedikitpun meski suara Chana terdengar jelas. Ini cukup aneh baginya karena dia berpikir Chana akan mengejar dan segera meraih tangannya. Tapi nyatanya, pintu kamar itu tertutup dan tak terbuka sama sekali meski dia menunggu sosok Chana keluar menghampirinya."Logan,"Logan menoleh, mendapati Chassy yang tersenyum lembut padanya."Apakah kakak tidak ada di dala-""Tidak," potong Logan cepat menegaskan bahwa dia tak ingin mendengar apa pun saat ini tentang Chana. Kemuraman kian terlihat jelas saat dia mengingat Chana yang sangat jauh berubah. "Dia hanya lelah. Aku akan kembali."Chassy melihat raut kecewa yang dalam dengan jelas. Tanpa sadar dia meraih tangan Logan yang baru saja melangkah untuk pergi. "Logan, ada apa? Apakah kalian bertengkar? Kau tahu bahwa kakak mungkin melakukan kesalahan karena dia sedikit bodoh tapi aku akan membuatnya untuk meminta maaf padamu."Logan tak menjawab, namun menarik tangannya dari tangan Chassy.
Chana membuka pintu kamarnya dan teringat dengan flashdisk yang dia terima. Rasa ingin tahunya meningkat pesat namun dia juga sadar bahwa dia tak memiliki laptop di rumah ini. Menyelinap ke ruang kerja ayahnya, dia membawa dua flashdisk yang dia dapatkan dengan tangan gemetar karena pertama kalinya menyelinap ke ruang kerja ayahnya. Awalnya dia sangat bimbang untuk memilih flashdisk mana yang akan dia buka dulu. Tapi ketika mengingat wajah tampan Richard, dia pun memutuskan untuk membuka flashdisk yang Richard berikan terlebih dahulu. Mata Chana terfokus pada layar monitor yang mulai menampilkan gambar. Dia menyilangkan kedua tangannya di dada setelah memilih salah satu video dari tiga video yang ada. Namun setelah beberapa detik layar monitor itu tetap gelap. Kesunyian mendominasi kecuali suara gemerincing besi yang sesekali terdengar. "Apa ini. Video ini dalam ruangan yang gelap. Apakah Richard ingin mempermainkan aku?" Tapi kemudian Chana terpana saat ruangan gelap dalam video i
Chana merasakan aneh karena tiba-tiba Oscar menjauh seolah menjaga jarak. Tanpa sadar dia mengikuti arah pandang Oscar yang jatuh pada pria tinggi yang mulai datang menghampirinya. Entah kenapa, rasa tak peduli hadir saat dia mengingat kejadian yang dia temukan di kantor Axel. Axel berdiri di tengah pintu cukup lama, matanya mengedar pelan dan pandangannya jatuh pada peti mati lalu Chassy dan Elden yang masih menangis berpelukan. Rion adalah orang yang memberitahu dirinya tentang kematian Agraf saat mereka baru saja berkumpul bersama malam ini. Tapi dia juga tak menyangka bahwa akan melihat Oscar begitu dekat dengan Chana. Keduanya tampak sangat akrab dengan pembicaraan yang terlihat serius. Tapi hal yang mengusik pandangannya adalah tatapan Oscar pada istrinya begitu menganggu. Axel tak menyukainya. Saat melihat Oscar menjauh, dia sedikit lega, tapi dia tak menyangka akan mendapatkan tatapan acuh tak acuh dari istrinya. Tatapan yang mengatakan bahwa kehadirannya menganggu dan dia t
Damon membanting pintu ruangan kerjanya lalu mengunci rapat. Meletakkan tubuh Chelsea ke lantai dingin tanpa perasaan. Matanya menyala melihat wajah cantik di depannya tengah mengigit jari lentik dengan menjulurkan lidah secara sensual. Tanpa sadar, tangannya terulur, menarik stoking tipis yang Chelsea gunakan. Robekan yang terjadi membuat pemandangan menjadi semakin indah. Chelsea terlihat sangat cantik dengan pakaian yang tak lagi utuh, kulit paha yang mulus dengan rambut panjang berwarna pirang yang tergerai acak. "Nona, kau sangat cantik." Pujian itu tulus, Di mata Damon kecantikan yang sempurna akan lebih nyata jika wanita di depannya tak mengenakan pakaian apa pun. Sebagai pria dia memiliki gairah yang normal. Dan di depannya, seorang wanita dengan sengaja menggoda dirinya secara terang-terangan. "Tuan, dari mana kita akan mulai?" Chelsea kehilangan seluruh kesadarannya. Ingatannya hanya berputar pada malam-malam panjang penuh jeritan kenikmatan yang pernah dia lalui sebulan
Damon menyeret Chelsea kasar memasuki sebuah lift yang terletak di balik kamar ruang pribadi Axel di Axion Company. Axel hanya menatap datar saat tubuh ramping Chelsea mencoba memberontak dan melambaikan tangan padanya. Kemudian sudut bibir Axel terangkat tipis, dia melihat secangkir teh yang dipaksakan Damon untuk Chelsea minum. Meski menolak, nyatanya wanita gila itu meminumnya meski tak semuanya. "Tidak, Axel, Axel, tidak. Aku tak ingin kembali. Axel," "Nona, diam dan patuhlah. Atau tuan muda akan marah." "Lepaskan, lepaskan tanganku. Aku harus menamparnya karena berani mengusirku dan menikahi wanita lain!" Damon tak bereaksi dan tetap menyeret tangan Chelsea. Meski Chelsea terjatuh di lantai, Damon tetap menarik tangan kurus itu tanpa memperdulikan cakaran yang bersarang di tangannya. Mendengar kata-kata Chelsea, sudut bibir Axel tertarik. Minatnya tiba-tiba bangkit saat dia melirik cangkir teh yang telah kosong. "Damon, lepaskan dia." Damon terhenti, dia berbalik. "Tuan mud
Chana tersenyum tipis. "Aku tidak peduli." Lebih tepatnya dia pura-pura tak peduli. Karena dia tak ingin menjadi sejata bagi orang lain. Semua orang disekitarnya hari ini selalu membahas Axel. Pria itu tak terkejut. Dia meraih tangan Chana secara tiba-tiba lalu meletakkan sebuah flashdisk di genggaman tangan Chana. "Aku tahu kau tak peduli, tapi alangkah baiknya jika kau mengetahui suamimu dengan baik." Chana menatap flashdisk di tangannya. "Apa tujuanmu?" Chana tidak bodoh. Berdiri sebagai Tuan muda Axion, Axel jelas memiliki banyak musuh. Dia hanya sedikit waspada, meski dia sendiri juga melihat Axel memeluk seorang wanita, lalu Alice yang telah memperingatkannya. Kini seorang pria asing yang bahkan tak dia kenali datang memberikan informasi. Mungkin Alice hanya ingin dia hati-hati tapi pria ini, pasti memiliki tujuan pasti. Dia tak akan terseret dengan mudah. "Membawamu pulang ke keluarga Aster," jujur pria itu terbuka. "Kakek ingin melihat salah satu cucunya yang tak pernah di
Chana mempercepat langkahnya saat telepon Oscar terhubung. Untuk sesaat, semua hal tentang Axel yang dia pikirkan hampir setengah hari terlupakan begitu saja. "Nona, ibu nona mengunjungi rumah utama Oswald." Wajah Chana sedikit panik. "Siapa yang menyambutnya?" "Itu ... Nona Chassy yang ada di rumah utama. Sedangkan tuan besar masih belum kembali." "Apakah ibu baru berangkat atau sudah di sana?" "Kemungkinan sudah tiba di rumah utama." "Bagaimana dengan kakek?" "Ketua akan kembali lusa.""Baiklah. Aku akan segera bergegas." Chana menutup telepon yang tersambung dan segera kembali. Sedangkan di rumah utama Oswald, Kelsyana masih berdiri saat pintu rumah utama Oswald terbuka. Chassy berdiri di tengah pintu dengan wajah muram. "Kami tak menerima tamu," Kelsyana yang baru menjalani operasi pita suara dua minggu lalu tersenyum. Suaranya kembali meski belum begitu normal. "Aku bukan tamu." Chassy terbelalak, tangannya bergerak untuk menutup pintu tapi tertahan saat tangan Kelsyan
Jika Chana masih merenungkan kata-kata Alice, di Axion Company, Axel sangat terkejut dengan kedatangan Chana untuk pertama kalinya. Lebih tepatnya dia tak pernah berpikir bahwa suatu hari istrinya akan datang berkunjung. Masalahnya, kenapa istrinya datang di saat yang tak tepat. Hal ini membuatnya gusar. "Chana," gumam Axel cukup jelas. Dia mendorong tubuh wanita yang memeluknya hingga terjatuh. Kepanikan terlintas sesaat di mata hitamnya. "Chelsea, menjauh dariku!" Dia bergegas mengejar Chana namun tertahan saat tangan Chelsea menahan kakinya yang baru melangkah. "Axel, jika kau berani mengejarnya maka jangan salahkan aku jika kakek mempercepat pernikahan kita." Langkah Axel terhenti, dia berbalik menatap wanita cantik yang telah merapikan pakaiannya. Tatapan matanya menghujam dalam, dia meraih rahang Chelsea tanpa belas kasihan. "Ulangi sekali lagi." Chelsea tersenyum, dia menatap mata Axel tanpa takut. "Kita akan menikah." Axel tersenyum lembut. Sangat lembut hingga orang meng
"Axel aku merindukanmu, sangat merindukanmu." Tatapan Chana terpaku pada dua orang yang berpelukan erat. Seluruh tubuhnya kaku, dan sesuatu yang berat menghantam sudut egonya. Sesuatu dalam dirinya seolah menertawakan dirinya sendiri, yang entah bagaimana bisa sampai di tempat ini. "Axel," ujarnya lirih. Dia ingin sekali tertawa saat kilas masa depan terbayang sekilas. Penghianatan!Sesuatu yang menjijikkan terasa merayap di atas kulitnya. Menggelitik namun sangat menyakitkan. Akhirnya matanya terbuka jelas. Sesuatu seperti ini memang tak cocok untuknya. Tidak, dia tak akan tertipu dan jatuh pada lubang yang sama. Hal seperti ini, dia harus menyingkirkannya. Langkahnya sangat ringan, berbalik meninggalkan ruangan yang terbuka lebar. Satu sudut bibirnya tertarik sinis. "Kau mengejarku layaknya seorang pria tak tahu malu tapi kau memeluk wanita lain di belakangku. Axel, kau sangat luar biasa." Hatinya yang mati kini seolah tersiram racun yang lebih mematikan. Seluruh darah di tubu
Paris, Perancis. Kota A. Bangunan tinggi yang merupakan perusahaan terbesar di kota A, Axion company, tampak sangat tenang siang ini. Di sebuah ruangan yang sunyi, Axel duduk memeriksa tumpukkan dokumen penting sedangkan Dominic baru saja masuk."Tuan muda," Axel menoleh sesaat dan kembali fokus pada dokumen di tangannya."Apa kau mengawasi mereka?" Dominic mengangguk. Dia menghela napas sesaat lalu menyuarakan laporannya. "Tuan Muda, Nona Chassy tidak keluar dari kediaman Oswald selepas pemakaman ibunya dua minggu ini. Tuan Agraf terlihat sangat sibuk memunguti sisa-sisa bisnisnya yang dapat diselamatkan. Namun itu adalah hal yang sia-sia. Karena orang kita telah melenyapkan semuanya." "Bagaimana dengan keadaan di sekitar istriku?""Nyonya Chana menemui ketua Oswald yang telah kembali dan tinggal di Villa barat kota A. Lalu akhir-akhir ini, seorang pria asing dari negara Inggris, kota G, sering mengunjungi ibu nyonya." Axel mendengarkan laporan Dominic dengan seksama. Dia menge