"Mas, sarapan sudah siap," ucap Ayunda kepada sang suami, yang saat itu sedang fokus dengan pekerjaannya. Tatapan Elang seketika teralihkan dari layar laptop begitu suara istrinya, menggema, memenuhi ruangan tempat Elang berada."Ya, sebentar lagi aku turun," balas Elang sambil menatap istrinya yang berdiri memegangi gagang pintu. Ayunda nampak mengangguk. "Baiklah, aku tunggu di bawah," ucapnya, lalu wanita itu segera berbalik badan dan beranjak meningalkan ruangan tersebut setelah mendapatkan anggukan kepala dari suaminya. Begitu tubuh sang istri hilang dari pandangan matanya, Elang kembali mengalihkan matanya ke layar laptop dan juga kembali fokus dengan beberapa tulisan dan angka yang terpampang pada layar laptop tersebut.Setelah menunggu sekitar lima belas menit lamanya, Ayunda yang saat itu hanya bengong di dekat meja makan, akhirnya merasa lega dan senang, begitu melihat tubuh pria yang dia tunggu, mendekat ke tempat dia berada. Ayunda segera bangkit dari duduknya dan bersia
"Aku berangkat dulu. Kalau ada apa-apa, secepatnya kabarin aku," kata Elang kepada sang istri begitu mereka berdua sudah sampai di teras depan rumah. Sikap Elang saat ini terlihat sudah tenang, tidak seperti beberapa waktu yang lalu, kala dirinya membaca pesan yang membuat amarahnya tiba-tiba meninggiAyunda pun mengangguk diiringi dengan senyuman. "Mas Elang bawa mobil sendiri atau diantar supir?" tanya wanita itu kala tidak melihat sang supir di dekat mobil yang akan Elang kendarai. "Aku bawa mobil sendiri aja. Pak Kardi biar nanti nganterin kamu kayak kemarin. Apa lagi Mama mau ke sini, takutnya nanti kalian butuh apa-apa, bisa minta tolong Pak Kardi," mendengar alasan Elang yang cukup masuk akal, Ayunda hanya mengangguk saja.Berhubung waktu sudah cukup siang dan tidak ada lagi hal yang perlu dibicarakan, Elang pun memutuskan kembali pamit dan setelah Ayunda mencium punggung tangan suaminya, Elang melangkah menuju ke arah mobilnya dengan hati yang cukup senang dan tenang.Namun
Setelah sang suami berangkat kerja, Ayunda disibukkan dengan aktifitas yang tidak terlalu padat. Apa lagi hampir semua pekerjaan rumah, sudah dikerjakan oleh Bi Sari, membuat wanita itu bingung harus melakukan pekerajaan yang mana lagi. Sambil menunggu Mama mertua yang katanya akan datang, Ayunda memilih merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang, sembari menikmati tayangan televisi. Karena waktu juga baru menunjukan pukul sembilan pagi, jadi tidak mungkin Ayunda membuat hidangan makan siang untuk suaminya sepagi ini."Enak ya, yang sudah jadi Nyonya besar, jam segini bisa bermalas-malasan di saat suami sedang sibuk kerja," sebuah sindiran tiba-tiba menggema, membuat Ayunda kaget bukan main. Wanita itu segera saja mengalihkan pandangan matanya ke arah sumber suara dan betapa terkejutnya dia kala matanya menangkap tiga sosok wanita yang dia kenali sudah berdiri dalam satu ruangan.Ayunda seketika langsung bangkit dari berbaringnya dan berdiri untuk menyambut mereka. "Eh, Tante Ratih,
"Apa!" pekik Ayunda. Wanita itu tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya begitu mendengar sebuah fakta dari salah satu tamunya. "Mas Elang menikahiku karena wajahku sangat mirip dengan mantan istrinya? Mana mungkin?" tanyanya tak percaya begitu saja.Ketiga wanita yang menjadi tamu di rumah Ayunda serentak menunjukan senyum sinis mereka. Jelas sekali kalau mereka sangat bahagia bisa menguak fakta tersebut agar mereka bisa mengintimidasi wanita yang sangat tidak disukai oleh ketiganya."Kalau bukan karena itu, lalu karena apa lagi? Apa kamu pikir kami tidak tahu?" Amanda membalasnya dengan rasa penuh kemenangan. "Kami tentu sangat tahu alasan Elang menikahi kamu karena apa karena kami sangat dekat. Jadi, jangan bermimpi, Elang akan membuka hati untuk kamu karena Elang selamanya akan terus terjebak masa lalu dengan adanya wajah kamu itu."Ayunda terdiam dengan otak yang bekerja cukup keras memikirkan segala hal yang dia alami saat pertama kali takdir membawanya mengenal sosok pria y
"Ah, sial! Gara-gara Mama, kita jadi susah begini," gerutu Talia yang tidak bisa menyembunyikan kekesalannya sejak keluar dari rumah Ayunda. Wanita berusia 26 tahun itu, sejak tadi menyalahkan ibunya, yang ceroboh hingga dia harus berada dalam keadaan yang tidak diinginkan."Kenapa kamu nyalahin Mama terus sih? Kamu kan juga turut andil," sang Mama yang duduk di kursi belakang dalam taksi yang mereka naiki, tak terima karena sang anak terus menyalahkan dirinya. "Aku memang turut andil, tapi kalau Mama nggak ngungkit soal wajah Ayunda, kita nggak bakalan mengalami nasib kayak gini," Talia yang memilih duduk di dekat supir taksi, kembali menunjukkan kecerobohan Mamanya sebagai bukti kalau tuduhannya itu beralasan."Tapi kamu juga mendukung kan? Kamu lupa apa yang kamu katakan setelah Mama ngomong kayak gitu? Dasar anak tak tahu diri, bukannya nyari jalan keluar malah mojokin orang tua terus!" ketus Ratih berapi-api."Udah sih, Mbak, tenang. Nggak baik, ribut-ribut di sini," Amanda yan
Ayunda masih berdiri di tempat yang sama. Dengan mata menatap dua orang yang sedang berbincang, telinga Ayunda juga mendengarkan semua yang diperbincangan dua orang tersebut. Ayunda hanya bisa menghela nafas untuk menormalkan gemuruh di hatinya, setelah mendengar pembicaraan mereka.Setelah mengetahui fakta tentang alasan dibalik Elang menikahinya, Ayunda juga agak kecewa karena ternyata Elang sudah makan siang dengan wanita yang bersama Elang saat ini. Entah siapa wanita itu, Ayunda tidak ada maksud untuk cemburu. Tapi kali ini Ayunda sudah cukup merasa kecewa."Kalau mau makan di luar, kenapa nggak bilang? Telfon atau apa kek? Terus ini aku masak, yang makan siapa?" gumam Ayunda sambil menatap bekal yang dia tenteng. Agar hatinya lebih tenang serta untuk mengobati sedikit rasa kecewa, Ayunda memilih kembali duduk di tepi ranjang."Mending nonton drakor lagi aja," Ayunda segera meraih remote dan menyalakan televisi."Loh, kok kayak ada suara?" wanita yang sedang ngobrol dengan Elang
"Kenapa diam? Orang ditungguin jawabannya malah bengong," Ayunda tidak dapat menyembunyikan rasa kesalnya kala melihat sang suami tidak kunjung menjawab pertanyaan darinya. Wanita itu bahkan sampi mendengus kasar, kala menyaksikan tingkah suami yang terkejut karena kekesalannya itu."Dahlah, mending aku pulang. Ngapain juga aku di sini," Ayunda bersiap untuk turun dari ranjang, tapi dengan gerakan cepat, Elang langsung mencegah sang istri dengan menahan pergelanngannya."Tunggu dulu, dong. Kita pulang bareng," ucap Elang cepat, "lagian kamu pulang sama siapa? Pak kardi juga pasti sudah pulang jam segini.""Ya cariin taksi kek, atau nyuruh orang kantor buat nganterin," balas Ayunda masih dengan menunjukan kekesalannya sembari berusaha melepas cekalan tangan suaminya. "Orang minta diantarin makan siang, malah makan dengan cewek lain. Mana bohong lagi," gerutu Ayunda sambil melangkah keluar kamar."Bohong kenapa lagi?" Elang nampak frustasi sambil mengikuti langkah istrinya setelah ber
Pada akhirnya Elang memilih mengalah. Dia kembali melanjutkan pekerjaannya yang sebenarnya bisa dia kerjakan untuk esok hari. Elang memilih menuruti perintah istrinya agar suasana hati sang istri bisa lebih baik, kala mereka tidak lagi berdebat.Sesekali Elang melirik, memperhatikan tingkah istrinya yang nampak sibuk menatap layar ponsel. Elang penasaran, apa yang dilakukan Ayuunda sampai raut wajahnya terlihat begitu serius hanya dengan menatap ponsel. "Paling sedang membaca berita gosip," gumam Elang, lalu dia mengalihkan pandangannya ke layar laptop yang tadi sempat Elang abaikan. Elang berusaha fokus dengan pekerjaan yang tadi sempat terbengkalai dalam beberapa jam.Namun beberapa menit kemudian, fokus Elang terusik kala melihat istrinya bangkit dari duduknya. "Mau kemana?" Elang segera melempar pertanyaan.Bukannya mendapat jawaban, Elang malah dibuat tercengang dengan sikap istrinya kali ini. Wanita itu memilih diam meski tadi sempat menoleh ke arah suaminya. Dengan cueknya, Ay