Hening. Seketika, pertanyaan yang keluar dari mulut Elang, membuat suasana menjadi hening. Ayunda tidak lekas menjawab pertanyaan suaminya karena dia cukup terkejut dengan apa yang baru saja ditanyakan Elang.Entah jawaban apa yang pas untuk sebuah pertanyaan tersebut. Ayunda cukup berpikir keras untuk menjawabnya dengan meraba hatinya sendiri. Pertanyaan yang terlontar untuknya seakan malah membuat Ayunda terjebak dalam rasa bingung."Kamu itu juga dekat dengan aku, bahkan sudah sah menjadi istriku. Apa itu juga bisa dikategorikan kalau kamu menaruh hati sama aku?" Elang kembali melontarkan sebuah pertanyaan, seakan mendesak Ayunda untuk segera menjawab pertanyaan yang sebelumnya."Emang kita menikah lewat jalur mana? Jalur jatuh cinta dan saling mencintai seperti orang pada umumnya? enggak kan?" akhirnya Ayunda menemukan kata yang tepat untuk membalas pertanyaan suaminya."Kalau bukan karena kasus tanah, aku bahkan tidak pernah kepikiran akan mengenal Mas Elang. Jadi, apa mungkin a
"Mas, sarapan sudah siap," ucap Ayunda kepada sang suami, yang saat itu sedang fokus dengan pekerjaannya. Tatapan Elang seketika teralihkan dari layar laptop begitu suara istrinya, menggema, memenuhi ruangan tempat Elang berada."Ya, sebentar lagi aku turun," balas Elang sambil menatap istrinya yang berdiri memegangi gagang pintu. Ayunda nampak mengangguk. "Baiklah, aku tunggu di bawah," ucapnya, lalu wanita itu segera berbalik badan dan beranjak meningalkan ruangan tersebut setelah mendapatkan anggukan kepala dari suaminya. Begitu tubuh sang istri hilang dari pandangan matanya, Elang kembali mengalihkan matanya ke layar laptop dan juga kembali fokus dengan beberapa tulisan dan angka yang terpampang pada layar laptop tersebut.Setelah menunggu sekitar lima belas menit lamanya, Ayunda yang saat itu hanya bengong di dekat meja makan, akhirnya merasa lega dan senang, begitu melihat tubuh pria yang dia tunggu, mendekat ke tempat dia berada. Ayunda segera bangkit dari duduknya dan bersia
"Aku berangkat dulu. Kalau ada apa-apa, secepatnya kabarin aku," kata Elang kepada sang istri begitu mereka berdua sudah sampai di teras depan rumah. Sikap Elang saat ini terlihat sudah tenang, tidak seperti beberapa waktu yang lalu, kala dirinya membaca pesan yang membuat amarahnya tiba-tiba meninggiAyunda pun mengangguk diiringi dengan senyuman. "Mas Elang bawa mobil sendiri atau diantar supir?" tanya wanita itu kala tidak melihat sang supir di dekat mobil yang akan Elang kendarai. "Aku bawa mobil sendiri aja. Pak Kardi biar nanti nganterin kamu kayak kemarin. Apa lagi Mama mau ke sini, takutnya nanti kalian butuh apa-apa, bisa minta tolong Pak Kardi," mendengar alasan Elang yang cukup masuk akal, Ayunda hanya mengangguk saja.Berhubung waktu sudah cukup siang dan tidak ada lagi hal yang perlu dibicarakan, Elang pun memutuskan kembali pamit dan setelah Ayunda mencium punggung tangan suaminya, Elang melangkah menuju ke arah mobilnya dengan hati yang cukup senang dan tenang.Namun
Setelah sang suami berangkat kerja, Ayunda disibukkan dengan aktifitas yang tidak terlalu padat. Apa lagi hampir semua pekerjaan rumah, sudah dikerjakan oleh Bi Sari, membuat wanita itu bingung harus melakukan pekerajaan yang mana lagi. Sambil menunggu Mama mertua yang katanya akan datang, Ayunda memilih merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang, sembari menikmati tayangan televisi. Karena waktu juga baru menunjukan pukul sembilan pagi, jadi tidak mungkin Ayunda membuat hidangan makan siang untuk suaminya sepagi ini."Enak ya, yang sudah jadi Nyonya besar, jam segini bisa bermalas-malasan di saat suami sedang sibuk kerja," sebuah sindiran tiba-tiba menggema, membuat Ayunda kaget bukan main. Wanita itu segera saja mengalihkan pandangan matanya ke arah sumber suara dan betapa terkejutnya dia kala matanya menangkap tiga sosok wanita yang dia kenali sudah berdiri dalam satu ruangan.Ayunda seketika langsung bangkit dari berbaringnya dan berdiri untuk menyambut mereka. "Eh, Tante Ratih,
"Apa!" pekik Ayunda. Wanita itu tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya begitu mendengar sebuah fakta dari salah satu tamunya. "Mas Elang menikahiku karena wajahku sangat mirip dengan mantan istrinya? Mana mungkin?" tanyanya tak percaya begitu saja.Ketiga wanita yang menjadi tamu di rumah Ayunda serentak menunjukan senyum sinis mereka. Jelas sekali kalau mereka sangat bahagia bisa menguak fakta tersebut agar mereka bisa mengintimidasi wanita yang sangat tidak disukai oleh ketiganya."Kalau bukan karena itu, lalu karena apa lagi? Apa kamu pikir kami tidak tahu?" Amanda membalasnya dengan rasa penuh kemenangan. "Kami tentu sangat tahu alasan Elang menikahi kamu karena apa karena kami sangat dekat. Jadi, jangan bermimpi, Elang akan membuka hati untuk kamu karena Elang selamanya akan terus terjebak masa lalu dengan adanya wajah kamu itu."Ayunda terdiam dengan otak yang bekerja cukup keras memikirkan segala hal yang dia alami saat pertama kali takdir membawanya mengenal sosok pria y
"Ah, sial! Gara-gara Mama, kita jadi susah begini," gerutu Talia yang tidak bisa menyembunyikan kekesalannya sejak keluar dari rumah Ayunda. Wanita berusia 26 tahun itu, sejak tadi menyalahkan ibunya, yang ceroboh hingga dia harus berada dalam keadaan yang tidak diinginkan."Kenapa kamu nyalahin Mama terus sih? Kamu kan juga turut andil," sang Mama yang duduk di kursi belakang dalam taksi yang mereka naiki, tak terima karena sang anak terus menyalahkan dirinya. "Aku memang turut andil, tapi kalau Mama nggak ngungkit soal wajah Ayunda, kita nggak bakalan mengalami nasib kayak gini," Talia yang memilih duduk di dekat supir taksi, kembali menunjukkan kecerobohan Mamanya sebagai bukti kalau tuduhannya itu beralasan."Tapi kamu juga mendukung kan? Kamu lupa apa yang kamu katakan setelah Mama ngomong kayak gitu? Dasar anak tak tahu diri, bukannya nyari jalan keluar malah mojokin orang tua terus!" ketus Ratih berapi-api."Udah sih, Mbak, tenang. Nggak baik, ribut-ribut di sini," Amanda yan
Ayunda masih berdiri di tempat yang sama. Dengan mata menatap dua orang yang sedang berbincang, telinga Ayunda juga mendengarkan semua yang diperbincangan dua orang tersebut. Ayunda hanya bisa menghela nafas untuk menormalkan gemuruh di hatinya, setelah mendengar pembicaraan mereka.Setelah mengetahui fakta tentang alasan dibalik Elang menikahinya, Ayunda juga agak kecewa karena ternyata Elang sudah makan siang dengan wanita yang bersama Elang saat ini. Entah siapa wanita itu, Ayunda tidak ada maksud untuk cemburu. Tapi kali ini Ayunda sudah cukup merasa kecewa."Kalau mau makan di luar, kenapa nggak bilang? Telfon atau apa kek? Terus ini aku masak, yang makan siapa?" gumam Ayunda sambil menatap bekal yang dia tenteng. Agar hatinya lebih tenang serta untuk mengobati sedikit rasa kecewa, Ayunda memilih kembali duduk di tepi ranjang."Mending nonton drakor lagi aja," Ayunda segera meraih remote dan menyalakan televisi."Loh, kok kayak ada suara?" wanita yang sedang ngobrol dengan Elang
"Kenapa diam? Orang ditungguin jawabannya malah bengong," Ayunda tidak dapat menyembunyikan rasa kesalnya kala melihat sang suami tidak kunjung menjawab pertanyaan darinya. Wanita itu bahkan sampi mendengus kasar, kala menyaksikan tingkah suami yang terkejut karena kekesalannya itu."Dahlah, mending aku pulang. Ngapain juga aku di sini," Ayunda bersiap untuk turun dari ranjang, tapi dengan gerakan cepat, Elang langsung mencegah sang istri dengan menahan pergelanngannya."Tunggu dulu, dong. Kita pulang bareng," ucap Elang cepat, "lagian kamu pulang sama siapa? Pak kardi juga pasti sudah pulang jam segini.""Ya cariin taksi kek, atau nyuruh orang kantor buat nganterin," balas Ayunda masih dengan menunjukan kekesalannya sembari berusaha melepas cekalan tangan suaminya. "Orang minta diantarin makan siang, malah makan dengan cewek lain. Mana bohong lagi," gerutu Ayunda sambil melangkah keluar kamar."Bohong kenapa lagi?" Elang nampak frustasi sambil mengikuti langkah istrinya setelah ber
Elang dan Ayunda kini sudah bisa bernafas lega. Setelah tadi berbicara cukup lama dengan orang tua Ayunda, akhirnya Malik dan Rumana mengerti dan memahami alasan Elang menikahi anak mereka.Pada akhirnya, Elang memilih jujur, tentang surat tanah yang dijadikan jaminan untuk mengajak Ayunda menikah. Menurut Elang, dia memang lebih baik jujur saat itu juga karena kalau Elang memilih berbohong, Elang takut akan ada kejadian tidak terduga seperti beberapa hari terakhir ini.Tentu saja Rumana dan Malik cukup kecewa kala mendengar kejujuran dari mulut sang menantu. Bahkan Rumana sempat menangis saat dia tahu dari mulut anaknya sendiri, kalau Ayunda mau menikah dengan Elang semata-mata hanya karena ingin menyelamatkan harta berharga milik orang tuanya.Setelah terjadi sedikit perdebatan, akhirnya secara perlahan, Elang mampu meyakinkan orang tua Ayunda kalau dia akan bertanggung jawab penuh atas kebahagiaan istrinya. Elang juga dengan lantang mengatakan kalau pernikahan yang dia jalani bersa
Untuk beberapa saat Ayunda terdiam sembari menatap salah satu sahabatnya, yang baru saja melempar pertanyaan kepadanya. Ayunda tertegun untuk beberapa saat lalu dia berpikir mengenai pertanyaan tersebut dan berusaha mencari jawaban yang tepat.Tak lama setelahnya Ayunda tersenyum dan melempar pandangannya kepada dua sahabatnya. "Kalaupun selamanya Mas Elang tetap memandangku sebagai mantan istrinya yang meninggal, bukankah itu merupakan hal yang bagus?"Sekarang gantian dua sahabatnya yang tertegun mendengar penuturan Ayunda. "Hal yang bagus? Apa maksudmu?" tanya Yanti.Ayunda masih setia dengan senyumnya yang terkembang. "Bayangkan saja, selama Mas Elang menjadi duda, dia selalu tenggelam dalam bayangan istrinya, bukankah setidaknya itu sesuatu yang bagus? Hal itu menunjukan betapa setianya Mas elang pada satu nama wanita. Lalu, apa aku harus terlalu mempermasalahkan jika Mas Elang menganggapku hanya sebagai pelepas rindu pada mantan istrinya?"Untuk beberapa saat Maya dan Yanti menu
"Kamu ingin bertemu dengan istri Elang?" sontak, Laras langsung bertanya kembali begitu mendengar permintaaan mantan besannya. Dengan kening berkerut dan mata agak menyipit, Laras menatap lawan bicaranya, menuntut alasan dibalik permintaan tamunya itu.Rebeca mengangguk yakin. Wanita berwajah blesteran itu mambalas tatapan Laras dan tatapannya sukar untuk diartikan. "Aku ingin melepas rindu pada anakku, Jeng," ucap Rebeca lirih dan wanita itu sedikit menunduk.Laras semakin menunjukan wajah terkejutnya. Namun setelah pikirannya mencerna untuk beberapa saat, kepala Laras mengangguk beberapa kali sebagai tanda kalau dia memahami tujuan tamunya meski ada perasaan sedikit curiga."Asal tidak ada niat lain, saya sendiri tidak keberatan kamu menemui menantuku," Laras menjawabnya dengan tenang dan pelan, tapi sukses membuat lawan bicaranya menatapnya penuh tanya."Apa maksud kamu?" Rebeca bertanya dengan wajah terlihat bingung."Selama ini, aku sering mendengar, kamu selalu menyalahkan anakk
"Mama!" Bella sedikit memekik kala matanya menangkap sosok wanita yang sudah melahirkannya, berada dalam ruang kerjanya. Dari sorot mata sang mama, Bella dengan jelas melihat amarah yang besar dan Bella bisa menebak kalau amarah itu tertuju kepadanya.Di sana juga ada sosok pria yang menatap Bella dengan pandangan yang cukup membuat Bella semakin gelisah. Bella tidak menyangka kalau pria yang baru saja dia hubungi melalui telephone, ada di kantornya, membuat wanita itu diliputi penuh tanda tanya juga."Mama ngapain di sini?" tanya Bella dengan sikap yang dibuat setenang mungkin. Meski dia sudah tahu tujuan wanita yang akrab dipanggil Marina berada di kantornya, tapi Bella memang harus bisa bersikap biasa saja."Maksud kamu apa, berbuat seperti itu kepada Elang?" Marins langsung melempar pertanyaan yang menjadi sumber kemarahannya. "Berbuat apa sih, Ma?" Bella bertanya seperti orang bodoh dan sikap wanita itu justru semakin membuat sang Mama bertambah murka."Nggak perlu banyak drama
"Mas Erik!" suara Ayunda sedikit meninggi karena dia cukup terkejut dengan kedatangan tamu tak terduga, yang baru saja disebut namanya. Sudah pasti rasa heran tumbuh dalam benak wanita itu dan saat itu juga banyak pertanyaan yang bermunculan dalam pikirannya."Apa kabar, Ayund?" sapa pria yang sudah duduk di kursi, yang ada di teras rumah Ayunda. Pria itu bahkan langsung berdiri dan segera mengulurkan tangan, mengajak Ayunda untuk berjabat tangan. "Baik," jawab Ayunda agak tidak nyaman, meski dia membalas uluran tangan tamunya, lalu dia kembali mengajak pria itu untuk duduk. "Mas Erik tahu darimana rumah saya?" tanya wanita itu penuh selidik karena hal itu salah satu alasan yang membuat Ayunda heran."Dari orang-orang sekitar kota ini. Kebetulan aku sedang ada pekerjaan di kota ini, jadi ya aku sekalian aja pengin mampir. Tidak cukup sulit loh mencari alamat rumah kamu," jawab Erik nampak begitu tenang dengan senyum tipis yang masih terkembang."Terus, bagaimana Mas Erik tahu aku a
"Sayang?" gumam Ayunda lirih dengan kening berkerut. Wanita itu merasa heran serta takjub secara bersamaan, begitu mendengar kata sayang keluar dari mulut Elang. "Apa dia sudah gila?" gumamnya lagi merasa geli dan wanita itu menahan senyumnya agar tidak merekah.Ayunda sungguh terperangah kala menyaksikan sang suami dengan penuh rasa percaya diri mengucapkan kata sayang dalam acara konferensi persnya. Entah apa yang harus Ayunda lakukan saat ini, dia seketika diliputi rasa bingung. "Nggak usah pura-pura kaget gitu," celetuk Rumana yang diam-diam memperhatikan tingkah putrinya sampai Ayunda terkesiap dan menoleh ke arahnya saat itu juga."Apaan sih, bu?" sungut Ayunda menutupi rasa malunya. Wanita itu sedikit salah tingkah karena tatapan dan senyum sang ibu, benar-benar sedang meledeknya."Ya harusnya kamu seneng dong, kalau Elang beneran sayang sama kamu. Berarti dia memang nggak main-main waktu ngajak nikah kamu secara mendadak," ucap Rumana mencoba bersikap bijak dan sedikit mengh
Untuk beberapa detik lamanya, Elang masih berdiri, menatap layar lebar yang menampilkan beberapa foto wajah istrinya. Foto-foto yang Elang pamerkan saat menikmati waktu berdua bersama sang istri, meninggalkan kesan tersendiri dalam benak pria tersebut."Apa anda semua percaya dengan yang namanya tertarik pada pandangan pertama?" suara Elang memecah keheningan ruangan konferensi pers. Setelah tadi hampir semua terdiam karena menunggu Elang berbicara, saat ini ruangan tersebut kembali terdengar riuh begitu Elang mengeluarkan satu pertanyaan.Elang tersenyum, lalu pria itu berbalik badan dan melangkah pelan menuju tempat duduk yang sedari tadi dia gunakan. "Kalian pasti pernah merasakan tertarik kepada seseorang pada pandangan pertama kali bukan?" tanya Elang lagi sembari melangkah.Beberapa suara langsung berkomentar, mengiyakan pertanyaan pria tersebut. "Apa itu yang anda alami kepada istri anda yang sekarang?" tanya salah satu wartawan.Elang kembali menunjukkan senyum bahagianya de
Wanita yang sedari tadi duduk di antara para wartawan, seketika terkesiap kala Elang dengan sangat tenang menunjukan jari ke arahnya. Dia begitu terkejut dan tidak menyangka kalau Elang akan mengetahui kehadirannya dalam jumpa pers kali ini.Saat itu juga, semua mata dan kamera pun langsung mengarah kepada wanita yang namanya baru saja disebut oleh pria yang sekarang berdiri angkuh sembari menunjukkan senyum sinisnya. Bella seketika merasa terpojok dan terlihat begitu salah tingkah.Sungguh, apa yang dilakukan Elang saat ini membuat Bella syok luar biasa. Penyamaran yang menurutnya sempurna, nyatanya tidak bisa mengelabui mata Elang. Bella benar-benar dibuat terkecoh dengan sikap Elang yang sedari tadi nampak tidak memandang ke arahnya."Apa! Kamu menuduhku? Nggak salah?" karena sudah terlanjur tertangkap basah, Bella pun tidak memiliki pilihan lain selain membuka masker dan menunjukan dirinya. Wanita itu juga berpikir cepat untuk membela diri agar terlepas dari tuduhan yang Elang lay
"Wahh, foto apa itu?" seru beberapa orang kala mata mereka menyaksikan beberapa foto yang terpampang pada layar lebar. Bukan hanya orang-orang yang berada dalam satu ruangan pertemuan dimana dalam ruangan tersebut terdapat banyak wartawan, tapi suara penuh keterkejutan juga menggema dari berbagai pelosok, orang-orang yang menyaksikan tayangan konferensi pers seorang pemimpin perusahaan dari berbagai media."Elang? Kenapa dia bisa berbuat nekat seperti itu? Apa sebenarnya yang dia rencanakan?" gumam seseoang, yang sedari tadi duduk di antara para wartawan. Orang yang memilih kursi di deretan paling belakang tersebut benar-benar tercengang dengan apa yang dilakukan Elang saat ini.Berbagai tanggapan dan dugaan pun mulai bermunculan seiring terpampangnya beberapa foto tersebut. Ada yang mengomentarinya dengan cukup bijak, ada juga yang langsung menghina dan memaki serta menvonis dengan segala perkataan buruk. "Ma, kenapa Mas Elang menunjukan foto-foto itu? Apa Mas Elang mau nyari mati?