"Kamu mau pilih yang mana, Mbak?" tanya seorang wanita kepada wanita lain, yang sebenarnya usianya lebih muda daripada wanita yang bertanya. Hanya karena wanita itu menikahi kakak dari wanita yang melempar pertanyaan, jadi wanita itu dipanggil Mbak agar teerlihat lebih menghormati.Ayunda tertegun. Wanita berlesung pipi satu di sebelah kiri lantas tersenyum. "Nggak tahu, aku bingung," jawabnya kepada sang adik ipar yang masih setia memegang bahunya sebagai tanda kalau kedua wanita itu memang cukup akrab.Ayunda sendiri sebenarnya sedari tadi dia sedang diliputi banyak pikiran. Sejak pergi dengan sang mertua dan kedua adik wanita dari suaminya, wanita itu mendadak merasa bersalah karena telah membohongi mereka semua.Sejak meninggalkan rumah, keluarga Elang selalu menunjukan kehangatan dan kebaikan pada Ayunda. Dari mereka menunjukan usaha mereka yang terbilang cukup sukses, sampai mereka belanja bersama di sebuah mall terbesar, keluarga Elang selalu bersikap hangat layaknya keluarga.
"Kalian baru pada pulang?" tanya Marco dengan suara agak keras, menatap heran kepada istri, mertua dan dua iparnya yang sedang melangkah menuju ke arah tempat Marco berada. Marco tidak sendirian, ada dua pria yang sama herannya dengan kepulangan para wanita itu."Lah, emang yang Papi lihat bagaimana?" bukannya menjawab pertanyaan sang suami, Erlin malah melempar pertanyaan sembari duduk di dekat suaminya. Sedangkan dua wanita muda lainnya juga duduk di samping suami masing-masing, dan Laras memilih pamit menuju kamarnya."Astaga! Emang di Mall, kalian ngapain aja sih? Sampai di sana hampir seharian penuh?" balas Marco bernada protes sekaligus menyindir istrinya."Hampir seharian apaan," Erlin terlihat tidak terima, "Orang ini aja kita pulang saat langit masih cerah kok, pakai ngatain seharian. Perlu periksa mata apa gimana, Pi?""Iya nih, Mas Marco, berlebihan banget," Erna ikut bersuara, "Lagian, kita juga jarang, pergi bareng kayak gini. Apa lagi mumpung ada Ayunda. Toh anak-anak ju
Untuk beberapa detik, Ayunda tertegun begitu mendengar pertanyaan yang diajukan suaminya. Mata wanita itu menatap lekat sang suami yang juga sedang menatapnya. Tak lama setelahnya wanita itu menghembuskan nafasnya secara kasar."Pilihan yang sangat sulit," dengan tenang, Ayunda malah menjawab pertanyaan sang suami sambil memutuskan pandangan matanya dan memilih memandang ke arah lain. "Sulit apanya?" tanya Elang. Tentu saja pria itu sedikit terkejut dengan jawaban yang keluar dari mulut sang istri. Bukan itu jawaban yang diharapkan Elang, tapi istrinya malah memberikan jawaban yang membuat mata itu hampir tak berkedip karena kerkejut."Ya sult aja menurutku," kali ini Ayunda menjawab sembari menatap suaminya kembali. "Jika aku memilih pilihan yang pertama, tentu saja aku sangat rugi. Mas Elang kan, menikahiku karena wajahku yang mirip dengan Ayana. Yang ada Mas Elang akan terus meningatnya dan bakalan gagal move on. Dan, jika pilihan kedua yang aku pilih, taruhannya sudah pasti nama
"Apa yang ingin kalian bicarakan?" suara Laras tiba-tiba menggema, mengejutkan bagi sepasang suami istri yang sedari tadi menunggu kedatangan wanita itu. Dengan wajah datar, Laras melangkah menuju salah satu sofa mewah miliknya dan duduk di sana. Seusai janji, tak lama setelah makan bersama anak dan menantunya, Laras menemui tamunya.Sepasang suami istri yang tak lain adalah sepupu Laras sendiri nampak mengembangkan senyum mereka kala Laras datang. Sebelum menjawab pertanyaan dari Laras, keduanya nampak menoleh ke arah penghubung ruang tamu dan ruang tengah untuk memeriksa sesuatu."Semua anak-anak sudah ada di kamarnya masing-masing. Tidak akan ada yang menguping pembicaraan kita," ungkap Laras kala menyadari gelagat sang sepupu dan istrinya. Mendengar hal itu, Bonar dan Ratih seketika menjadi salah tingkah."Kalau ada yang menguping, sebenarnya juga nggak apa-apa kok, Mbak," balas Ratih basa-basi. Wanita itu masih bisa tersenyum untuk menutupi rasa panik di dalam benaknya."Tidak,"
"Kira-kira, bagaimana reaksi Elang dan Ayunda, jika mengetahui kabar itu ya, Pi?" tanya Ratih begitu dia dan suaminya sudah berada di dalam mobil, meninggalkan rumah orang tua Elang, setelah menjalankan rencana yang menurut wanita itu akan sangat menguntungkan dirinya."Apa mungkin, mereka akan menyangkal? atau malah sebaliknya? Mereka akan mengakui kalau pernikahan mereka itu memang terjadi karena adanya perjanjian?" Ratih terus berceloteh dengan wajah yang menunjukan kalau dirinya sedang sangat bahagia.Dari sikap yang ditunjukkan, jelas sekali kalau Ratih sudah tidak sabar ingin segera mengetahui hasil dari rencana yang baru saja dia jalankan bersama suaminya. Wanita itu sedikit merasa puas, meski hanya membayangkan reaksi Elang dan Ayunda kala disidang Laras nanti."Pi, apa besok kita datang lagi aja ke tempat Mbak Laras? Aku pengin lihat bagaimana reaksi Elang dan gadis kampung itu deh," Ratih seketika langsung memberi usulan, tanpa menyadari kalau sang suami sedari tadi lebih ba
"Mas, kamu mau pergi?" tanya Ayunda kala melihat suaminya tiba-tiba meraih kunci mobil yang tergeletak di atas nakas, dekat tempat tidur. Ayunda juga merasa heran karena suaminya tiba-tiba mengenakan jaket."Kamu belum tidur?" bukannya menjawab, Elang malah melempar pertanyaan begitu mendengar suara istrinya. Nampaknya pria itu terkejut kala sang istri tiba-tiba bertanya sampai gerakan tubuh Elang yang baru saja mengambil kunci mobil terhenti."Belum nih," balas Ayunda. Wanita bangkit dari rebahannya dengan mata terus menatap suaminya. Pandangan Ayyunda begitu menyelidik sampai Elang seperti tak bisa berkutik. "Mas Elang malam-malam begini mau kemana?"Elang menghembuskan nafasnya secara kasar. Untuk beberapa saat, pria itu terdiam dengan raut wajah yang menunjukan kalau dia sedang berpikir. Tak lama setelahnya Elang memilih duduk di tepi ranjang lalu menyalakan ponselnya."Nih, lihatlah," Elang menunjukan sesuatu dalam ponselnya kepada sang istri. Tentu saja hal itu semakin membuat s
Elang begitu geram pada sosok wanita yang duduk di hadapannya. Sosok yang dikenal dengan nama Amanda itu terkesan berbelit-belit. Kalau bukan karena rasa penasaran, pria itu pasti akan memilih tidur daripada menemui wanita menyebalkan pada malam seperti ini.Apa yang dirasakan Elang berbanding terbalik dengan perasaan Amanda sekarang. Wanita itu sudah seperti di atas angin kala dia berhasil membuat Elang datang menemuinya. Hal itu seakan membuat Amanda semakin yakin akan dugaan yang saat ini bersemayam dalam pikirannya.Sebelum melanjutkan ucapannya karena Elang yang sudah menuntut penjelasan dari Amanda, wanita itu memilih menyesap kopinya terlebih dahulu. Setelah itu, dengan senyum yang kembali terkembang tipis, wanita itu pun kembali bersiap diri untuk mengungkapkan dugaanya.Namun di saat Amanda hendak bersuara, Telinga wanita itu dikejutkan dengan suara dering sebuah ponsel. Amanda sontak melirik ponselnya dan itu sudah jelas bukan nada dering yang dia gunakan. Lalu Amanda segera
"Kamu baru pulang?" tanya seorang wanita, yang baru saja keluar dari area dapur dan hendak menuju ruang tengah. Wanita itu bertanya kepada wanita lain yang tinggal bersamanya dan sepertinya wanita tersebut memang baru pulang.Wanita yang baru pulang itu nampak kaget sampai langkah kakinya terhenti. Lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara yang sangat dia kenal. "Loh, Mbak belum tidur?" tanya wanita itu sedikit heran kala menatap kakak sepupunya yang masih terjaga di jam segini."Nggak bisa tidur aku," balas Ratih, wanita yang sekarang sudah duduk di ruang tengah. Dia memeriksa ponselnya sejenak, lalu kembali menatap adik sepupunya. "Kamu sendiri dari mana aja? Kok tumben baru pulang jam segini?"Sang sepupu tersenyum tipis lalu wanita itu merubah langkah kakinya menuju sofa yang sama dengan Ratih dan duduk di sana. "Habis ketemu sama temen, eh malah ada gangguan," jawab Amanda tiba-tiba merasa kesal."Siapa? Suami orang?" terka Ratih asal. Namun tebakan wanita itu sediki
Elang dan Ayunda kini sudah bisa bernafas lega. Setelah tadi berbicara cukup lama dengan orang tua Ayunda, akhirnya Malik dan Rumana mengerti dan memahami alasan Elang menikahi anak mereka.Pada akhirnya, Elang memilih jujur, tentang surat tanah yang dijadikan jaminan untuk mengajak Ayunda menikah. Menurut Elang, dia memang lebih baik jujur saat itu juga karena kalau Elang memilih berbohong, Elang takut akan ada kejadian tidak terduga seperti beberapa hari terakhir ini.Tentu saja Rumana dan Malik cukup kecewa kala mendengar kejujuran dari mulut sang menantu. Bahkan Rumana sempat menangis saat dia tahu dari mulut anaknya sendiri, kalau Ayunda mau menikah dengan Elang semata-mata hanya karena ingin menyelamatkan harta berharga milik orang tuanya.Setelah terjadi sedikit perdebatan, akhirnya secara perlahan, Elang mampu meyakinkan orang tua Ayunda kalau dia akan bertanggung jawab penuh atas kebahagiaan istrinya. Elang juga dengan lantang mengatakan kalau pernikahan yang dia jalani bersa
Untuk beberapa saat Ayunda terdiam sembari menatap salah satu sahabatnya, yang baru saja melempar pertanyaan kepadanya. Ayunda tertegun untuk beberapa saat lalu dia berpikir mengenai pertanyaan tersebut dan berusaha mencari jawaban yang tepat.Tak lama setelahnya Ayunda tersenyum dan melempar pandangannya kepada dua sahabatnya. "Kalaupun selamanya Mas Elang tetap memandangku sebagai mantan istrinya yang meninggal, bukankah itu merupakan hal yang bagus?"Sekarang gantian dua sahabatnya yang tertegun mendengar penuturan Ayunda. "Hal yang bagus? Apa maksudmu?" tanya Yanti.Ayunda masih setia dengan senyumnya yang terkembang. "Bayangkan saja, selama Mas Elang menjadi duda, dia selalu tenggelam dalam bayangan istrinya, bukankah setidaknya itu sesuatu yang bagus? Hal itu menunjukan betapa setianya Mas elang pada satu nama wanita. Lalu, apa aku harus terlalu mempermasalahkan jika Mas Elang menganggapku hanya sebagai pelepas rindu pada mantan istrinya?"Untuk beberapa saat Maya dan Yanti menu
"Kamu ingin bertemu dengan istri Elang?" sontak, Laras langsung bertanya kembali begitu mendengar permintaaan mantan besannya. Dengan kening berkerut dan mata agak menyipit, Laras menatap lawan bicaranya, menuntut alasan dibalik permintaan tamunya itu.Rebeca mengangguk yakin. Wanita berwajah blesteran itu mambalas tatapan Laras dan tatapannya sukar untuk diartikan. "Aku ingin melepas rindu pada anakku, Jeng," ucap Rebeca lirih dan wanita itu sedikit menunduk.Laras semakin menunjukan wajah terkejutnya. Namun setelah pikirannya mencerna untuk beberapa saat, kepala Laras mengangguk beberapa kali sebagai tanda kalau dia memahami tujuan tamunya meski ada perasaan sedikit curiga."Asal tidak ada niat lain, saya sendiri tidak keberatan kamu menemui menantuku," Laras menjawabnya dengan tenang dan pelan, tapi sukses membuat lawan bicaranya menatapnya penuh tanya."Apa maksud kamu?" Rebeca bertanya dengan wajah terlihat bingung."Selama ini, aku sering mendengar, kamu selalu menyalahkan anakk
"Mama!" Bella sedikit memekik kala matanya menangkap sosok wanita yang sudah melahirkannya, berada dalam ruang kerjanya. Dari sorot mata sang mama, Bella dengan jelas melihat amarah yang besar dan Bella bisa menebak kalau amarah itu tertuju kepadanya.Di sana juga ada sosok pria yang menatap Bella dengan pandangan yang cukup membuat Bella semakin gelisah. Bella tidak menyangka kalau pria yang baru saja dia hubungi melalui telephone, ada di kantornya, membuat wanita itu diliputi penuh tanda tanya juga."Mama ngapain di sini?" tanya Bella dengan sikap yang dibuat setenang mungkin. Meski dia sudah tahu tujuan wanita yang akrab dipanggil Marina berada di kantornya, tapi Bella memang harus bisa bersikap biasa saja."Maksud kamu apa, berbuat seperti itu kepada Elang?" Marins langsung melempar pertanyaan yang menjadi sumber kemarahannya. "Berbuat apa sih, Ma?" Bella bertanya seperti orang bodoh dan sikap wanita itu justru semakin membuat sang Mama bertambah murka."Nggak perlu banyak drama
"Mas Erik!" suara Ayunda sedikit meninggi karena dia cukup terkejut dengan kedatangan tamu tak terduga, yang baru saja disebut namanya. Sudah pasti rasa heran tumbuh dalam benak wanita itu dan saat itu juga banyak pertanyaan yang bermunculan dalam pikirannya."Apa kabar, Ayund?" sapa pria yang sudah duduk di kursi, yang ada di teras rumah Ayunda. Pria itu bahkan langsung berdiri dan segera mengulurkan tangan, mengajak Ayunda untuk berjabat tangan. "Baik," jawab Ayunda agak tidak nyaman, meski dia membalas uluran tangan tamunya, lalu dia kembali mengajak pria itu untuk duduk. "Mas Erik tahu darimana rumah saya?" tanya wanita itu penuh selidik karena hal itu salah satu alasan yang membuat Ayunda heran."Dari orang-orang sekitar kota ini. Kebetulan aku sedang ada pekerjaan di kota ini, jadi ya aku sekalian aja pengin mampir. Tidak cukup sulit loh mencari alamat rumah kamu," jawab Erik nampak begitu tenang dengan senyum tipis yang masih terkembang."Terus, bagaimana Mas Erik tahu aku a
"Sayang?" gumam Ayunda lirih dengan kening berkerut. Wanita itu merasa heran serta takjub secara bersamaan, begitu mendengar kata sayang keluar dari mulut Elang. "Apa dia sudah gila?" gumamnya lagi merasa geli dan wanita itu menahan senyumnya agar tidak merekah.Ayunda sungguh terperangah kala menyaksikan sang suami dengan penuh rasa percaya diri mengucapkan kata sayang dalam acara konferensi persnya. Entah apa yang harus Ayunda lakukan saat ini, dia seketika diliputi rasa bingung. "Nggak usah pura-pura kaget gitu," celetuk Rumana yang diam-diam memperhatikan tingkah putrinya sampai Ayunda terkesiap dan menoleh ke arahnya saat itu juga."Apaan sih, bu?" sungut Ayunda menutupi rasa malunya. Wanita itu sedikit salah tingkah karena tatapan dan senyum sang ibu, benar-benar sedang meledeknya."Ya harusnya kamu seneng dong, kalau Elang beneran sayang sama kamu. Berarti dia memang nggak main-main waktu ngajak nikah kamu secara mendadak," ucap Rumana mencoba bersikap bijak dan sedikit mengh
Untuk beberapa detik lamanya, Elang masih berdiri, menatap layar lebar yang menampilkan beberapa foto wajah istrinya. Foto-foto yang Elang pamerkan saat menikmati waktu berdua bersama sang istri, meninggalkan kesan tersendiri dalam benak pria tersebut."Apa anda semua percaya dengan yang namanya tertarik pada pandangan pertama?" suara Elang memecah keheningan ruangan konferensi pers. Setelah tadi hampir semua terdiam karena menunggu Elang berbicara, saat ini ruangan tersebut kembali terdengar riuh begitu Elang mengeluarkan satu pertanyaan.Elang tersenyum, lalu pria itu berbalik badan dan melangkah pelan menuju tempat duduk yang sedari tadi dia gunakan. "Kalian pasti pernah merasakan tertarik kepada seseorang pada pandangan pertama kali bukan?" tanya Elang lagi sembari melangkah.Beberapa suara langsung berkomentar, mengiyakan pertanyaan pria tersebut. "Apa itu yang anda alami kepada istri anda yang sekarang?" tanya salah satu wartawan.Elang kembali menunjukkan senyum bahagianya de
Wanita yang sedari tadi duduk di antara para wartawan, seketika terkesiap kala Elang dengan sangat tenang menunjukan jari ke arahnya. Dia begitu terkejut dan tidak menyangka kalau Elang akan mengetahui kehadirannya dalam jumpa pers kali ini.Saat itu juga, semua mata dan kamera pun langsung mengarah kepada wanita yang namanya baru saja disebut oleh pria yang sekarang berdiri angkuh sembari menunjukkan senyum sinisnya. Bella seketika merasa terpojok dan terlihat begitu salah tingkah.Sungguh, apa yang dilakukan Elang saat ini membuat Bella syok luar biasa. Penyamaran yang menurutnya sempurna, nyatanya tidak bisa mengelabui mata Elang. Bella benar-benar dibuat terkecoh dengan sikap Elang yang sedari tadi nampak tidak memandang ke arahnya."Apa! Kamu menuduhku? Nggak salah?" karena sudah terlanjur tertangkap basah, Bella pun tidak memiliki pilihan lain selain membuka masker dan menunjukan dirinya. Wanita itu juga berpikir cepat untuk membela diri agar terlepas dari tuduhan yang Elang lay
"Wahh, foto apa itu?" seru beberapa orang kala mata mereka menyaksikan beberapa foto yang terpampang pada layar lebar. Bukan hanya orang-orang yang berada dalam satu ruangan pertemuan dimana dalam ruangan tersebut terdapat banyak wartawan, tapi suara penuh keterkejutan juga menggema dari berbagai pelosok, orang-orang yang menyaksikan tayangan konferensi pers seorang pemimpin perusahaan dari berbagai media."Elang? Kenapa dia bisa berbuat nekat seperti itu? Apa sebenarnya yang dia rencanakan?" gumam seseoang, yang sedari tadi duduk di antara para wartawan. Orang yang memilih kursi di deretan paling belakang tersebut benar-benar tercengang dengan apa yang dilakukan Elang saat ini.Berbagai tanggapan dan dugaan pun mulai bermunculan seiring terpampangnya beberapa foto tersebut. Ada yang mengomentarinya dengan cukup bijak, ada juga yang langsung menghina dan memaki serta menvonis dengan segala perkataan buruk. "Ma, kenapa Mas Elang menunjukan foto-foto itu? Apa Mas Elang mau nyari mati?