"Pak, Bu, kami berangkat dulu.""Baiklah, hati-hati di jalan. Salam buat keluarga kamu, Lang."Elang mengangguk. Setelah berjabat tangan dengan dua mertuanya, pria itu bersama sang istri segera masuk ke dalam mobil. Tak jauh dari sana, ada seseorang yang menatap pengantin baru itu dengan tatapan iri atas apa yang didapat oleh wanita muda yang usainya lebih tua sedikit dari sosok itu.Tak butuh waktu lama, mobil yang harganya terbilang sangat mahal itu melesat meninggalkan tiga orang yang ada di rumah dan juga beberapa mata tetangga yang menyaksikan kepergian pengantin baru tersebut."Pengantin baru mau kemana itu, Mbak Rum?" tanya salah satu tetangga yang rumahnya persis di hadapan rumah Ayunda. Jiwa ingin tahunya tidak bisa dia tahan, jadi tetangga itu nekat melempar pertanyaan."Mau menemui mertua Ayunda, Mbak. Mereka katanya hari ini mau pulang ke ibu kota," jawab Rumana santai dan apa adanya."Oh begitu. Mungkin sekalian bulan madu kali ya, Mbak. Keluarga Elang kan tinggal di hote
Amanda, wanita yang baru saja mengatakan sesuatu kepada Ayunda adalah wanita yang kemarin datang ke pernikahannya bersama dengan keluarga Elang. Ayunda tentu masih ingat sikap angkuh yang ditunjukan wanita itu sama persis dengan sikap yang kemarin saat mereka dikenalkan satu sama lain.Ucapan Amanda cukup membuat Ayunda tertegun. Hal itu membuat ingatan Ayunda kembali melayang pada foto Elang yang menjadi gambar latar di ponsel suaminya. Apa yang dikatakan Amanda, semakin meyakinkan Ayunda tentang wanita yang sudah mengisi hati Elang.Bukannya menunjukan sikap marah ataupun kecewa, Ayunda justru malah terssenyum dan bersikap ramah. Tentu saja sikap yang ditunjukan Ayunda membuat Amanda terperangah. Bukan sikap seperti itu yang ingin dilihat Amanda, tapi lebih ke sikap wanita yang sakit hati."Kenapa kamu malah tersenyum? Kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan?" Amanda kembali bersuara dengan sikap yang masih angkuh. Tatapannya begitu sinis dengan gerak tubuh yang seakan menunj
"Tuan, apa ada masalah?" tanya Aldi setelah beberapa saat melihat Elang terdiam begitu menerima telfon masuk entah dari siapa. Aldi penasaran karena wajah atasannya berubah tegang serta bahkan ada guratan kemarahan yang nampak menonjol pada rahang tegasnya. Bahkan Elang langsung mamutus hubungan telfon tersebut sebelum ada percakapan. "Eh, em... tidak, tidak ada," jawab Elang agak gugup. Pria itu langsung kembali fokus pada pekerjaannya yang sempat terhenti beberapa detik.Aldi mengangguk. Walaupun tidak puas dengan jawaban yang keluar dari mulut Elang, adik ipar dari bosnya itu tidak memiliki keberanian untuk kembali bertanya hanya karena rasa penasarannya. Aldi lantas ikut fokus dengan pekerjaannya yang juga sempat terjeda karena sikap atasannya tersebut.Namun, selang beberapa saat kemudian, fokus Aldi kembali terbagi gara-gara menyaksikan tingkah bosnya. Elang terlihat tidak fokus dengan pekerjaannya. Bahkan sesekali sang bos nampak gusar. Tapi lagi-lagi Aldi tidak bisa berbua
"Bu, Yunda berangkat dulu ya?" wanita muda yang baru beberapa hari menikah itu, memeluk wanita yang telah melahirkannya, dengan pelukan yang sangat erat. Matanya memerah dengan diiringi tetesan air yang keluar dari dua sudut matanya."Ya, jaga diri kamu di sana baik-baik. Ingat, patuh sama suami kamu, selama itu masih dalam lingkup kebenaran," sebuah nasehat kembali meluncur dari bibir wanita yang sudah memiliki tiga anak. Wanita itupun tak kuasa menahan air yang keluar dari dua sudut matanya.Hari ini, setelah beberapa hari menjadi istri seorang pengusaha sukses, Ayunda memang harus pergi mengikuti suaminya dan tinggal bersama di kota besar. Rasa haru jelas sekali terlihat pada wajah wanita berusia 23 tahun lebih beberapa bulan tersebut.Bukan hanya dia, rasa haru juga menyelimuti kedua orang tua Ayunda, dan dua adik serta beberapa tetangga yang menyaksikan perpisahan Ayunda dengan orang tuanya. Karena ini adalah pertama kalinya Ayunda akan pergi jauh dengan status yang sudah berubah
"Mas Elang? Ayok Makan! Kenapa malah bengong?" ajakan Ayunda seketika membuyarkan otak Elang yang tanpa sadar memikirkan sesuatu sampai membuat pria itu terdiam untuk beberapa saat."Eh, iya, Ay," Elang sedikit tergagap begitu dia sadar sembari mengembangkan senyum canggung seperti kebingungan. Pria itu lantas bersiap diri untuk menyantap hidangan di depannya dengan hati dan pikiran yang masih mencernna sesuatu akibat sikap yang ditunjukkan sang istri setelah Elang menerima telepon.Keduanya lantas menyantap hidangan berupa nasi merah yang ditemani ikan bakar serta ayam goreng serundeng laos, di dampingi dua jenis sambal, yaitu sambal matah dan sambal bawang, serta ada tumis kangkung serta lalapan. Ada juga gorengan tempe sebagai pelengkap makanan.Tidak ada obrolan penting selama sepasang pengantin baru itu menikmati hidangan. Hanya obrolan ringan yang menjadi bahan perbincangan agar suasana tidak terlalu hening. Meski suasana rumah makan tersebut cukup ramai, tapi akan terlihat ane
Seorang wanita terlihat keluar dari mobilnya, setelah mobil yang dia kendarai terparkir dengan sempurna di halaman rumah yang dia datangi. Dari gayanya, jelas sekali wanita itu begitu nampak anggun, melangkah mendekati beberapa pasang mata yang menatap kepadanya.Wanita itu tersenyum begitu lebar, sembari melangkah dengan percaya diri, menunjukan sisi anggun dan elegan yang terpancar dalam dirinya.Namun begitu jarak langkah semakin dekat, wanita itu tertegun sampai langkah kakinya berhenti, kala matanya menangkap wajah seorang wanita yang berdiri di sisi pria yang ingin dia temui."Ayana! Bagaimana mungkin?" wanita itu bergumam dengan menatap tak percaya. Kepada sosok wanita lain yang juga sedang menatapnya. Untuk beberapa detik wanita itu terdiam dengan pikiran yang cukup berkecamuk. Tak lama setelah berhasil menguasai dirinya dari rasa terkejut, wanita itu kembali memancarkan senyum cerianya sembari mendekat ke arah pria yang berdiri dengan senyum yang cukup menawan."Hai, Lang,
"Gadis aneh. Padahal aku sudah memintanya untuk masuk, kenapa malah tidur di luar?" Elang menggerutu setelah merebahkan istrinya di atas ranjang. Sesekali pria itu tersenyum dan juga menggelengkan kepalanya, sembari menatap wajah lelap sang istri yang nampak lusuh.Pria itu termenung dengan mata yang lekat menatap wajah Ayunda. Istrinya masih terlihat cantik meski wajahnya kusam. Wanita itu memang belum sempat mandi atau sekedar mencuci muka setelah menempuh perjalanan jauh. "Wajah kamu memang sangat mirip Ayana, tapi, sifat dan tingkah kamu, jauh berbeda dengan mantan istriku, Ay," lagi-lagi Elang bergumam kala ingatannya kembali tertuju pada mantan istrinya.Elang menghela nafasnya yang tiba-tiba merasakan sesak. Mengingat mantan istrinya, secara langsung Elang juga mengingat kembali luka istrinya yang pernah dia torehkan, yang dulu sempat tidak disadari olehnya."Apa mungkin kamu diutus Tuhan, untuk menghukumku karena kesalahanku pada mendiang istriku, Ay?" Elang kembali bermonolo
Elang terdiam. Matanya menatap lekat wanita yang sedang menikmati makan malamnya yang telar, tapi pikiran Elang berkelana, mencerna setiap kata yang terucap dari bibir wanita yang beberapa hari ini telah sah menjadi istrinya.Bella, nama wanita yang memang dari dulu dekat dengan Elang sejak usia mereka masih muda. Mereka saling kenal melalui teman Elang yang juga sepupu dari wanita itu. Hubungan mereka semakin akrab saat mengetahui orang tua keduanya telah menjalin kerja sama."Kalau Bella suka sama aku, kenapa dia tidak ngomong langsung? Malah waktu aku dekat dengan istriku dulu, dia sangat mendukung dan terlihat senang?" Elang mencoba menyangkalnya berdasarkan fakta yang dia ketahui dari sikap yang ditunjukan Bella selama ini.Ayunda lantas tersenyum dan sebelum menjawab, wanita itu terlebih dahulu menghabiskan makanannya yang tinggal beberapa suap lagi. Kurang dari satu menit, hidangan dalam piring telah dia habiskan."Ya elah, Mas, Mas Elang mungkin memang ahli dibidang bisnis. Ta
Elang dan Ayunda kini sudah bisa bernafas lega. Setelah tadi berbicara cukup lama dengan orang tua Ayunda, akhirnya Malik dan Rumana mengerti dan memahami alasan Elang menikahi anak mereka.Pada akhirnya, Elang memilih jujur, tentang surat tanah yang dijadikan jaminan untuk mengajak Ayunda menikah. Menurut Elang, dia memang lebih baik jujur saat itu juga karena kalau Elang memilih berbohong, Elang takut akan ada kejadian tidak terduga seperti beberapa hari terakhir ini.Tentu saja Rumana dan Malik cukup kecewa kala mendengar kejujuran dari mulut sang menantu. Bahkan Rumana sempat menangis saat dia tahu dari mulut anaknya sendiri, kalau Ayunda mau menikah dengan Elang semata-mata hanya karena ingin menyelamatkan harta berharga milik orang tuanya.Setelah terjadi sedikit perdebatan, akhirnya secara perlahan, Elang mampu meyakinkan orang tua Ayunda kalau dia akan bertanggung jawab penuh atas kebahagiaan istrinya. Elang juga dengan lantang mengatakan kalau pernikahan yang dia jalani bersa
Untuk beberapa saat Ayunda terdiam sembari menatap salah satu sahabatnya, yang baru saja melempar pertanyaan kepadanya. Ayunda tertegun untuk beberapa saat lalu dia berpikir mengenai pertanyaan tersebut dan berusaha mencari jawaban yang tepat.Tak lama setelahnya Ayunda tersenyum dan melempar pandangannya kepada dua sahabatnya. "Kalaupun selamanya Mas Elang tetap memandangku sebagai mantan istrinya yang meninggal, bukankah itu merupakan hal yang bagus?"Sekarang gantian dua sahabatnya yang tertegun mendengar penuturan Ayunda. "Hal yang bagus? Apa maksudmu?" tanya Yanti.Ayunda masih setia dengan senyumnya yang terkembang. "Bayangkan saja, selama Mas Elang menjadi duda, dia selalu tenggelam dalam bayangan istrinya, bukankah setidaknya itu sesuatu yang bagus? Hal itu menunjukan betapa setianya Mas elang pada satu nama wanita. Lalu, apa aku harus terlalu mempermasalahkan jika Mas Elang menganggapku hanya sebagai pelepas rindu pada mantan istrinya?"Untuk beberapa saat Maya dan Yanti menu
"Kamu ingin bertemu dengan istri Elang?" sontak, Laras langsung bertanya kembali begitu mendengar permintaaan mantan besannya. Dengan kening berkerut dan mata agak menyipit, Laras menatap lawan bicaranya, menuntut alasan dibalik permintaan tamunya itu.Rebeca mengangguk yakin. Wanita berwajah blesteran itu mambalas tatapan Laras dan tatapannya sukar untuk diartikan. "Aku ingin melepas rindu pada anakku, Jeng," ucap Rebeca lirih dan wanita itu sedikit menunduk.Laras semakin menunjukan wajah terkejutnya. Namun setelah pikirannya mencerna untuk beberapa saat, kepala Laras mengangguk beberapa kali sebagai tanda kalau dia memahami tujuan tamunya meski ada perasaan sedikit curiga."Asal tidak ada niat lain, saya sendiri tidak keberatan kamu menemui menantuku," Laras menjawabnya dengan tenang dan pelan, tapi sukses membuat lawan bicaranya menatapnya penuh tanya."Apa maksud kamu?" Rebeca bertanya dengan wajah terlihat bingung."Selama ini, aku sering mendengar, kamu selalu menyalahkan anakk
"Mama!" Bella sedikit memekik kala matanya menangkap sosok wanita yang sudah melahirkannya, berada dalam ruang kerjanya. Dari sorot mata sang mama, Bella dengan jelas melihat amarah yang besar dan Bella bisa menebak kalau amarah itu tertuju kepadanya.Di sana juga ada sosok pria yang menatap Bella dengan pandangan yang cukup membuat Bella semakin gelisah. Bella tidak menyangka kalau pria yang baru saja dia hubungi melalui telephone, ada di kantornya, membuat wanita itu diliputi penuh tanda tanya juga."Mama ngapain di sini?" tanya Bella dengan sikap yang dibuat setenang mungkin. Meski dia sudah tahu tujuan wanita yang akrab dipanggil Marina berada di kantornya, tapi Bella memang harus bisa bersikap biasa saja."Maksud kamu apa, berbuat seperti itu kepada Elang?" Marins langsung melempar pertanyaan yang menjadi sumber kemarahannya. "Berbuat apa sih, Ma?" Bella bertanya seperti orang bodoh dan sikap wanita itu justru semakin membuat sang Mama bertambah murka."Nggak perlu banyak drama
"Mas Erik!" suara Ayunda sedikit meninggi karena dia cukup terkejut dengan kedatangan tamu tak terduga, yang baru saja disebut namanya. Sudah pasti rasa heran tumbuh dalam benak wanita itu dan saat itu juga banyak pertanyaan yang bermunculan dalam pikirannya."Apa kabar, Ayund?" sapa pria yang sudah duduk di kursi, yang ada di teras rumah Ayunda. Pria itu bahkan langsung berdiri dan segera mengulurkan tangan, mengajak Ayunda untuk berjabat tangan. "Baik," jawab Ayunda agak tidak nyaman, meski dia membalas uluran tangan tamunya, lalu dia kembali mengajak pria itu untuk duduk. "Mas Erik tahu darimana rumah saya?" tanya wanita itu penuh selidik karena hal itu salah satu alasan yang membuat Ayunda heran."Dari orang-orang sekitar kota ini. Kebetulan aku sedang ada pekerjaan di kota ini, jadi ya aku sekalian aja pengin mampir. Tidak cukup sulit loh mencari alamat rumah kamu," jawab Erik nampak begitu tenang dengan senyum tipis yang masih terkembang."Terus, bagaimana Mas Erik tahu aku a
"Sayang?" gumam Ayunda lirih dengan kening berkerut. Wanita itu merasa heran serta takjub secara bersamaan, begitu mendengar kata sayang keluar dari mulut Elang. "Apa dia sudah gila?" gumamnya lagi merasa geli dan wanita itu menahan senyumnya agar tidak merekah.Ayunda sungguh terperangah kala menyaksikan sang suami dengan penuh rasa percaya diri mengucapkan kata sayang dalam acara konferensi persnya. Entah apa yang harus Ayunda lakukan saat ini, dia seketika diliputi rasa bingung. "Nggak usah pura-pura kaget gitu," celetuk Rumana yang diam-diam memperhatikan tingkah putrinya sampai Ayunda terkesiap dan menoleh ke arahnya saat itu juga."Apaan sih, bu?" sungut Ayunda menutupi rasa malunya. Wanita itu sedikit salah tingkah karena tatapan dan senyum sang ibu, benar-benar sedang meledeknya."Ya harusnya kamu seneng dong, kalau Elang beneran sayang sama kamu. Berarti dia memang nggak main-main waktu ngajak nikah kamu secara mendadak," ucap Rumana mencoba bersikap bijak dan sedikit mengh
Untuk beberapa detik lamanya, Elang masih berdiri, menatap layar lebar yang menampilkan beberapa foto wajah istrinya. Foto-foto yang Elang pamerkan saat menikmati waktu berdua bersama sang istri, meninggalkan kesan tersendiri dalam benak pria tersebut."Apa anda semua percaya dengan yang namanya tertarik pada pandangan pertama?" suara Elang memecah keheningan ruangan konferensi pers. Setelah tadi hampir semua terdiam karena menunggu Elang berbicara, saat ini ruangan tersebut kembali terdengar riuh begitu Elang mengeluarkan satu pertanyaan.Elang tersenyum, lalu pria itu berbalik badan dan melangkah pelan menuju tempat duduk yang sedari tadi dia gunakan. "Kalian pasti pernah merasakan tertarik kepada seseorang pada pandangan pertama kali bukan?" tanya Elang lagi sembari melangkah.Beberapa suara langsung berkomentar, mengiyakan pertanyaan pria tersebut. "Apa itu yang anda alami kepada istri anda yang sekarang?" tanya salah satu wartawan.Elang kembali menunjukkan senyum bahagianya de
Wanita yang sedari tadi duduk di antara para wartawan, seketika terkesiap kala Elang dengan sangat tenang menunjukan jari ke arahnya. Dia begitu terkejut dan tidak menyangka kalau Elang akan mengetahui kehadirannya dalam jumpa pers kali ini.Saat itu juga, semua mata dan kamera pun langsung mengarah kepada wanita yang namanya baru saja disebut oleh pria yang sekarang berdiri angkuh sembari menunjukkan senyum sinisnya. Bella seketika merasa terpojok dan terlihat begitu salah tingkah.Sungguh, apa yang dilakukan Elang saat ini membuat Bella syok luar biasa. Penyamaran yang menurutnya sempurna, nyatanya tidak bisa mengelabui mata Elang. Bella benar-benar dibuat terkecoh dengan sikap Elang yang sedari tadi nampak tidak memandang ke arahnya."Apa! Kamu menuduhku? Nggak salah?" karena sudah terlanjur tertangkap basah, Bella pun tidak memiliki pilihan lain selain membuka masker dan menunjukan dirinya. Wanita itu juga berpikir cepat untuk membela diri agar terlepas dari tuduhan yang Elang lay
"Wahh, foto apa itu?" seru beberapa orang kala mata mereka menyaksikan beberapa foto yang terpampang pada layar lebar. Bukan hanya orang-orang yang berada dalam satu ruangan pertemuan dimana dalam ruangan tersebut terdapat banyak wartawan, tapi suara penuh keterkejutan juga menggema dari berbagai pelosok, orang-orang yang menyaksikan tayangan konferensi pers seorang pemimpin perusahaan dari berbagai media."Elang? Kenapa dia bisa berbuat nekat seperti itu? Apa sebenarnya yang dia rencanakan?" gumam seseoang, yang sedari tadi duduk di antara para wartawan. Orang yang memilih kursi di deretan paling belakang tersebut benar-benar tercengang dengan apa yang dilakukan Elang saat ini.Berbagai tanggapan dan dugaan pun mulai bermunculan seiring terpampangnya beberapa foto tersebut. Ada yang mengomentarinya dengan cukup bijak, ada juga yang langsung menghina dan memaki serta menvonis dengan segala perkataan buruk. "Ma, kenapa Mas Elang menunjukan foto-foto itu? Apa Mas Elang mau nyari mati?