"Bu, Yunda berangkat dulu ya?" wanita muda yang baru beberapa hari menikah itu, memeluk wanita yang telah melahirkannya, dengan pelukan yang sangat erat. Matanya memerah dengan diiringi tetesan air yang keluar dari dua sudut matanya."Ya, jaga diri kamu di sana baik-baik. Ingat, patuh sama suami kamu, selama itu masih dalam lingkup kebenaran," sebuah nasehat kembali meluncur dari bibir wanita yang sudah memiliki tiga anak. Wanita itupun tak kuasa menahan air yang keluar dari dua sudut matanya.Hari ini, setelah beberapa hari menjadi istri seorang pengusaha sukses, Ayunda memang harus pergi mengikuti suaminya dan tinggal bersama di kota besar. Rasa haru jelas sekali terlihat pada wajah wanita berusia 23 tahun lebih beberapa bulan tersebut.Bukan hanya dia, rasa haru juga menyelimuti kedua orang tua Ayunda, dan dua adik serta beberapa tetangga yang menyaksikan perpisahan Ayunda dengan orang tuanya. Karena ini adalah pertama kalinya Ayunda akan pergi jauh dengan status yang sudah berubah
"Mas Elang? Ayok Makan! Kenapa malah bengong?" ajakan Ayunda seketika membuyarkan otak Elang yang tanpa sadar memikirkan sesuatu sampai membuat pria itu terdiam untuk beberapa saat."Eh, iya, Ay," Elang sedikit tergagap begitu dia sadar sembari mengembangkan senyum canggung seperti kebingungan. Pria itu lantas bersiap diri untuk menyantap hidangan di depannya dengan hati dan pikiran yang masih mencernna sesuatu akibat sikap yang ditunjukkan sang istri setelah Elang menerima telepon.Keduanya lantas menyantap hidangan berupa nasi merah yang ditemani ikan bakar serta ayam goreng serundeng laos, di dampingi dua jenis sambal, yaitu sambal matah dan sambal bawang, serta ada tumis kangkung serta lalapan. Ada juga gorengan tempe sebagai pelengkap makanan.Tidak ada obrolan penting selama sepasang pengantin baru itu menikmati hidangan. Hanya obrolan ringan yang menjadi bahan perbincangan agar suasana tidak terlalu hening. Meski suasana rumah makan tersebut cukup ramai, tapi akan terlihat ane
Seorang wanita terlihat keluar dari mobilnya, setelah mobil yang dia kendarai terparkir dengan sempurna di halaman rumah yang dia datangi. Dari gayanya, jelas sekali wanita itu begitu nampak anggun, melangkah mendekati beberapa pasang mata yang menatap kepadanya.Wanita itu tersenyum begitu lebar, sembari melangkah dengan percaya diri, menunjukan sisi anggun dan elegan yang terpancar dalam dirinya.Namun begitu jarak langkah semakin dekat, wanita itu tertegun sampai langkah kakinya berhenti, kala matanya menangkap wajah seorang wanita yang berdiri di sisi pria yang ingin dia temui."Ayana! Bagaimana mungkin?" wanita itu bergumam dengan menatap tak percaya. Kepada sosok wanita lain yang juga sedang menatapnya. Untuk beberapa detik wanita itu terdiam dengan pikiran yang cukup berkecamuk. Tak lama setelah berhasil menguasai dirinya dari rasa terkejut, wanita itu kembali memancarkan senyum cerianya sembari mendekat ke arah pria yang berdiri dengan senyum yang cukup menawan."Hai, Lang,
"Gadis aneh. Padahal aku sudah memintanya untuk masuk, kenapa malah tidur di luar?" Elang menggerutu setelah merebahkan istrinya di atas ranjang. Sesekali pria itu tersenyum dan juga menggelengkan kepalanya, sembari menatap wajah lelap sang istri yang nampak lusuh.Pria itu termenung dengan mata yang lekat menatap wajah Ayunda. Istrinya masih terlihat cantik meski wajahnya kusam. Wanita itu memang belum sempat mandi atau sekedar mencuci muka setelah menempuh perjalanan jauh. "Wajah kamu memang sangat mirip Ayana, tapi, sifat dan tingkah kamu, jauh berbeda dengan mantan istriku, Ay," lagi-lagi Elang bergumam kala ingatannya kembali tertuju pada mantan istrinya.Elang menghela nafasnya yang tiba-tiba merasakan sesak. Mengingat mantan istrinya, secara langsung Elang juga mengingat kembali luka istrinya yang pernah dia torehkan, yang dulu sempat tidak disadari olehnya."Apa mungkin kamu diutus Tuhan, untuk menghukumku karena kesalahanku pada mendiang istriku, Ay?" Elang kembali bermonolo
Elang terdiam. Matanya menatap lekat wanita yang sedang menikmati makan malamnya yang telar, tapi pikiran Elang berkelana, mencerna setiap kata yang terucap dari bibir wanita yang beberapa hari ini telah sah menjadi istrinya.Bella, nama wanita yang memang dari dulu dekat dengan Elang sejak usia mereka masih muda. Mereka saling kenal melalui teman Elang yang juga sepupu dari wanita itu. Hubungan mereka semakin akrab saat mengetahui orang tua keduanya telah menjalin kerja sama."Kalau Bella suka sama aku, kenapa dia tidak ngomong langsung? Malah waktu aku dekat dengan istriku dulu, dia sangat mendukung dan terlihat senang?" Elang mencoba menyangkalnya berdasarkan fakta yang dia ketahui dari sikap yang ditunjukan Bella selama ini.Ayunda lantas tersenyum dan sebelum menjawab, wanita itu terlebih dahulu menghabiskan makanannya yang tinggal beberapa suap lagi. Kurang dari satu menit, hidangan dalam piring telah dia habiskan."Ya elah, Mas, Mas Elang mungkin memang ahli dibidang bisnis. Ta
Kaget, itulah ekpresi yang ditunjukan Ayunda saat ini. Mata wanita itu menatap penuh tanya pada pria yang sedang bersandar pada ujung ranjang. Pria itu juga membalas tatapan sang istri dengan sorot mata penuh dengan rasa sesal."Apa aku boleh tahu apa yang terjadi pada istri Mas Elang dulu?" Ayunda memberanikan diri untuk bertanya. Apa yang dikatakan Elang terlanjur membuat wanita itu penasaran. Meski dia juga tidak terlalu berharap lebih, agar rasa penasarannya menghilang."Kalau Mas Elang mau menceritakannya ya terimakasih, tapi kalau berat, jangan dipaksain," Wanita itu benar-benar mencoba mengerti. Ayunda hanya berpikir tidak mau terlalu jauh mengetahui kehidupan pribadi suaminya.Elang menghela nafasnya perlahan. Lalu dia mengalihkan pandangan matanya ke layar ponsel yang kembali berdering. "Angkat saja, Mas. Mungkin ada hal penting yang memang akan dia bicarakan," Ayunda mencoba memberi saran, walaupun dia agak sebal karena dering ponsel itu mengganggu rasa penasarannya yang in
"Mas Elang, sarapan sudah siap," Ayunda sengaja bersuara agak keras sembari membawa nampan berisi minuman saat langkah kakinya menapaki ruang tamu. Dengan menahan rasa kesal, wanita itu berusaha tenang kala matanya menyaksikan suaminya bercengkrama dengan teman wanitanya.Setelah tadi mendapat pesan dari pekerja pria di rumah tersebut, Ayunda memutuskan dirinya yang membuat minuman untuk tamu di rumah itu. Tamu tak tahu diri, pagi-pagi sudah datang menghampiri suami orang dengan alasan yang tidak masuk akal.Elang dan tamunya, yang saat itu tengah ngobrol, serentak menoleh dan memandang kedatangan Ayunda. Jika Elang terlihat senang, tamunya malah menunjukkan ketidak sukaannya karena kedatangan Ayunda dianggap sebagai penggangu."Elang nanti sarapan di kantor, seperti biasanya, iya kan, Lang?" dengan percaya diri, tamu wanita bernama Bella itu membalas ucapan Ayunda. Bella sengaja berkata seperti itu agar Ayunda tahu kalau wanita tersebut mengenal Elang lebih dari siapapun."Itu dulu,
Acara sarapan pagi itu berlangsung cukup panas. Bukan karena udaranya yang membuat gerah, tapi karena perlakuan Ayunda kepada suaminya, mampu membuat wanita yang menjadi tamu di sana, begitu geram dengan hati yang dipenuhi rasa iri dan cemburu.Ditambah lagi setiap pertanyaan serta sindiran yant dilayangkan oleh Bella, mampu dibalas oleh Ayunda dengan sukses dan sangat elegan, menjadikan rasa kesal dalam benak Bella semakin besar karena selalu kalah dalam berkata."Mas mandi dulu ya, Sayang," entah sudah keberapa kalinya, Elang menggunakan kata sayang kepada istrinya di pagi ini. Pria itu sungguh memanfaatkan kesempatan langka tersebut sampai Ayunda berkali-kali dibuat gugup dan terkejut karena perlakuannya."Ya udah, sana, nanti setelah ini aku nyusul," Ayunda pun membalas dengan sikap yang dibuat sewajar mungkin agar terlihat seperti pasangan penuh cinta. Sedangkan wanita yang menyaksikan adegan itu hanya mampu menahan kekesalannya tanpa bisa berbuat apapun.Elang melenggang ringan