“Anda harus berpihak pada saya, karena jika tidak saya akan melaporkan Anda ke pihak yang berwajib.” Ayuda langsung mengancam. Ia membuat si dokter tak berkutik bahkan untuk sekadar menjawab ucapannya. Wanita itu menoleh Aldi yang langsung meletakkan selembar cek ke meja. “Tulis nominal yang Anda inginkan sebagai bayaran, saya bisa memberi tiga kali lipat dari uang yang dijanjikan Wangi dan suaminya,”tukas Ayuda. “Ganti sel telur Wangi dengan sel telur saya!” “Ma-ma-maksud Anda?” dokter itu gemetaran, apa lagi saat Aldi mengeluarkan sepucuk senjata api dari kantung celana. “Berada di pihak saya, Anda akan mendapat banyak keuntungan. Uang dari Wangi, uang dari saya, dan …. “Ayuda sengaja menjeda lisan, dia minta pistol yang ada di tangan Aldi, lalu memainkannya tepat di depan muka sang dokter. “Nyawa!” Dokter itu membeku, karena terlalu syok dengan apa yang baru dia dengar. Namun, setelah dia pikir apa yang disebutkan oleh Ayuda barusan merupakam pilihan yang baik. “Ja-jadi Anda a
Diam-diam Arra mengirimkan sepatu dan tas sekolah untuk Randy. Gadis itu sengaja membelinya di sebuah market place agar bisa dikirim secara dropship dengan nama palsu. Meski dia sangat membenci Bowo, tapi Randy tetap lah adiknya. Sebisa mungkin Arra ingin membahagiakan meski mereka belum bisa bertatap muka.Arra tersenyum malam itu melihat status produk yang dibelinya sudah diterima sang adik. Ia masih sibuk dengan ponsel saat Yati tiba-tiba mengatakan hal yang membuatnya kurang nyaman.“Dir, kamu tahu istri ke dua suaminya artis itu? si Wangi? Wajahnya sangat mirip denganmu, coba saja kalau kamu melepas jilbab dan kacamata.”Arra tersenyum, dia bukannya tidak tahu tentang gosip yang beredar belakangan ini, tentang suami seorang artis ternama melakukan poligami. Arra jelas menyadari bahwa wajah wanita yang menjadi istri ke dua Jiwa itu sangat mirip dengannya, tapi dia tak memiliki prasangka, masih berpikir bahwa dia dan Ayuda hanya mirip belaka.“Iya mirip, coba nasib kami juga mirip.
“Haruskah? Sebenarnya Papa memintaku melakukan kencan buta dengan anak koleganya, apa harus aku setujui?”Raga malah melempar balik pertanyaan ke Ayuda, wanita itu tersenyum tipis sebelum menyampaikan pendapat.“Kenapa tidak kamu coba dulu?”Alih-alih melarang, Ayuda malah meminta Raga mencoba. Hal ini jelas bukan jawaban yang diinginkan oleh Raga, karena sebenarnya pria itu berharap dirinya akan melarang, tapi mengigat pertanyaan Ayuda di awal, seharusnya Raga tahu kalau wanita itu tidak memiliki perasaan padanya.“Baiklah, aku akan mencobanya,” jawab Raga, dia memalingkan muka menyembunyikan rasa kecewa sambil menenggak minumannya lagi.Sedangkan Ayuda merasa diuntungkan. Jika Raga mau melakukan kencan buta bisa dipastikan Jiwa dan Wangi akan kalang kabut.***Pagi itu, Ayuda menatap pantulan dirinya di depan cermin. Mengenakan crop tee berwarna putih, dia mengusap bagian perutnya yang terkespos. Ayuda mengambil suntikan hormon yang diberikan oleh dokter Thomas. Dia menelan saliva s
“Anda baik-baik saja ‘kan Nona?”Aldi nampak cemas dengan kondisi Ayuda, wanita itu bahkan harus menenggak beberapa vitamin di jam-jam tertentu. Bahkan agar tidak lupa, Ayuda sampai membuat pengingat di ponsel. Hal ini membuat Aldi merasa sangat kasihan. Haruskah Ayuda berbuat sampai sejauh ini untuk membalas rasa sakit hati. Wanita itu ternyata sangat pendendam. Sejujurnya Aldi ingin menyarankan Ayuda untuk menemui psikolog, dia takut atasannya itu malah akan semakin tertekan saat sudah mengandung anak Jiwa nantinya.“Kenapa aku tidak baik? Aku merasa sangat bersemangat.” Ayuda memulas senyum. Ia sibuk membubuhkan tanda tangan ke berkas yang baru saja disodorkan Aldi, setelah minum vitaminnya.“Apa Anda bisa menyuntikkan obat yang diberikan dokter itu?” telisik Aldi.“Bisa, aku menggunakan cermin untuk mencari titik yang tepat. Aku jauh lebih profesional dari apa yang kamu bayangkan.”Ayuda melempar senyuman manis, dia serahkan berkas yang baru saja ditandatangani kembali ke Aldi lan
Wangi nampaknya tak ingin menyerah begitu saja saat Ayuda membuatnya terlibat masalah. Wanita itu mencatat semua kerugian yang dialaminya karena Ayuda dan hendak menuntut balas nantinya.Banyak vendor yang urung mengajaknya kerjasama, sebuah rumah produksi membatalkan Wangi sebagai pemeran utama, belum lagi panggilan ke acara off air yang juga harus dicoret Audy di dalam daftar pekerjaan sang artis.Wangi benar-benar kehilangan pundi-pundi karena sang madu Ayuda, yang lebih pantas disebut racun. Hal ini membuat Wangi semakin ingin segera membuat Ayuda mengandung anaknya dan Jiwa. Wangi sudah merasa menjadi orang paling pintar dengan ide licik di kepala. Jika dulu rencannya dia akan berpura-pura hamil saat Arra hamil, maka sekarang dia tidak perlu melakukan itu karena anak yang dikandung Ayuda jelas adalah anak biologisnya dan Jiwa.“Ada untungnya juga ternyata,” gumam Wangi yang merasa dirinya berada di atas angin. Ia tak sadar bahwa Ayuda memiliki rencana tak kalah gila darinya.“Kam
Ayuda tak bisa berkata-kata, bukan karena terpesona tapi heran melihat penampilan Bowo. Malam itu, seperti dugaannya, Bowo memakai setelan yang sangat mencolok. Dia yang mengenakan gaun belahan tinggi sampai paha merasa tersaingi dan akan kalah dari Bowo. Ia yakin, pria itu akan menjadi pusat perhatian di La Royale.“Wah … ternyata ada juga orang yang cocok memakai setelan motif macan seperti ini,” cibir Ayuda.Bowo tak mau ambil pusing, dia tertawa dan bahkan mengerlingkan sebelah mata menggoda Ayuda. Terang saja wanita itu merasa jijik dan memintanya untuk tidak bertingkah berlebihan.“Pantas kalian memintaku untuk menunggu di pinggir jalan raya, ternyata kita harus memakai mobil panjang ini ke sana,” ucap Bowo sambil menepuk bagian jok mobil di sampingnya.Ayuda membuang muka, dia hampir menyambar botol wine tapi lebih dulu ingat pantangannya menghindari alkohol. Mobil yang ditumpanginya benar-benar mewah. Bagaimana tidak? sebuah limosin disewa Aldi untuk membawa Ayuda dan Bowo ke
Ayuda dan Bowo masih bersikap biasa saja saat Aldi mengajak mereka masuk ke ballroom setelah menunjukkan kartu VVIP ke penjaga. Namun, tak berselang lama mereka kebingungan melihat tempat itu sangat sepi. Aldi tersenyum miring lalu berjalan menuju bagian barat ballroom. Baik Ayuda dan Bowo hanya mengekor langkah pria itu.Selain letak La Royale yang tersembunyi, parkiran pengunjungnya pun disembunyikan, tapi entah kenapa Aldi malah menyewa limosin mahal untuk membawa Ayuda ke sana. Aldi nampak merogoh ponsel di kantung celana, dia seperti mengetikkan sesuatu lantas menoleh sang Nona.“Mereka harus melakukan pengecekan lebih dulu, mungkin tiga menit.”“Kenapa kamu membawa limo ke sini jika tempat ini sangat rahasia?” tanya Ayuda yang heran. “Bukankah itu sangat mencolok?”“Itu persyaratan dari mereka Nona, anggota baru setidaknya harus bisa menyewa limosin,” jawab Aldi.“Cih … apa setengah miliar tidak cukup untuk membuktikan? Dasar!”Ayuda membuang muka kesal, sedangkan Bowo hanya men
Aldi memastikan bahwa ponselnya dan Ayuda di simpan di tempat yang aman. Penjaga La Royale nampak curiga saat melihat satu ponsel yang tak lain adalah milik Bowo. Ponsel itu memiliki layar yang sudah retak, belum lagi model lama yang tidak mencerminkan dirinya sebagai orang kaya yang bisa membayar sejumlah uang untuk masuk ke sana.“Kenapa?” sinis Aldi. Sengaja agar fokus penjaga itu pecah.“Ponsel itu memiliki nilai yang sangat tinggi untuk dia, bahkan kornea matamu tidak sebanding dengan harganya, jaga baik-baik. Ada banyak data penting di sana.”Aldi menggertak sekaligus memberi perintah, dia yakin penjaga La Royale semuanya bermental preman. Untuk menghadapi tipikal orang seperti itu, jelas dibutuhkan keberanian dan sedikit bersilat lidah. Aldi melihat ponsel mereka dimatikan. Ia lalu meminta chip yang akan digunakan untuk berjudi ke petugas, senilai uang yang sudah dia bayarkan.Aldi baru memutar badan, tapi Bowo sudah merampas beberapa chip dan berlari menuju meja judi yang dia