Ayuda nampak pergi tanpa sarapan hari itu, dia ingin bergegas menemui seseorang karena memiliki tujuan terselubung. Ia melangkahkan kaki cepat dan hanya menyapa Raga yang begitu gagah mengenakan setelan kerjanya. “Mau ke mana?” “Ada urusan penting,” jawab Ayuda tanpa menoleh. Raga memulas senyum, tapi tak lama dihardik oleh Jiwa yang baru saja turun. “Berhenti perhatian pada istriku!” titah Jiwa, ucapannya itu terdengar oleh Wangi yang berjalan tepat di belakangnya. Layaknya orang yang tengah bermusuhan, semalam Jiwa dan Wangi tidur saling beradu punggung. Wangi tak percaya Jiwa tak mau membujuk atau sekadar meminta maaf padanya. Namun, sebelum turun untuk sarapan, Jiwa berkata Wangi bisa melakukan keinginannya membuat Ayuda mengandung anak mereka. Wangi pun memberikan pelukan mesra dan bahkan mengecup bibir Jiwa, tapi tak dia sangka sang suami akan membuatnya kesal lagi dengan menyebut Ayuda ‘istriku’. Di sisi lain, Ayuda sudah berada di dalam mobil yang dikemudikan Aldi. Ia har
“Pa-papa!”Randy berteriak memanggil nama Bowo yang baru saja membuat kopi di dapur. Remaja itu kaget mendapati Ayuda sudah berdiri di depan teras rumahnya. Baik Randy dan Bowo sudah tahu bahwa Ayuda bukanlah Arra. Mereka adalah dua orang yang sangat jauh berbeda.“Apa sih, teriak-teriak Pa – “Bowo gemetaran, bahkan isi kopi di cangkir yang dipegang hampir tumpah karena melihat Ayuda sudah berdiri dengan senyuman tipis, wanita itu bahkan mengangkat tangan kanannya lalu menyapa.“Pagi, Papa!”Bowo susah payah mendekat ke arah meja pajangan dan meletakkan kopinya. Ia benar-benar takut ke Ayuda. Pria itu berjalan mendekat sambil menunduk.“Ke-ke-kenapa datang ke sini?” Bowo tak mau menatap wajah Ayuda. Hingga Aldi menghardik dan memintanya untuk menegakkan kepala.“Apa aku tidak dipersilahkan untuk duduk?” tanya Ayuda sambil membuat gerakan dengan ekor mata menujuk kursi di ruang tamu.Bowo pun mundur dan mempersilahkan, sedangkan Randy memilih untuk buru-buru pergi karena takut ke soso
Hari itu, Ayuda datang ke rumah Bowo lagi. Bak private khusus yang dia ambil seperti bimbingan belajar, di sana Ayuda diajari bagaimana cara bermain judi kartu oleh Bowo. Apa yang harus dilakukan, berapa yang harus dia pertaruhkan jika kartu di tangannya seperti ini dan itu.“Bukankah seharusnya kamu kaya raya jika selalu menang berjudi? Tapi kenapa kamu melarat dan bahkan rela menjual anak tirimu?”Mulut Ayuda mungkin memang sudah diatur sedemikian rupa jika harus dihadapkan dengan orang yang dibenci. Ketus, galak, merendahkan. Padahal semua itu dia ucapkan dengan intonasi biasa saja.“Tidak tahu, kalau menang rasanya candu ingin menang dan menang lagi, alhasil malah kalah, ya begitulah namanya juga judi, apa kamu pernah lihat penjudi kaya?” sewot Bowo.“Mertuaku, Linda.”“Brrttt …. “ Aldi tak bisa menyembunyikan gelak tawa.“Itu beda,” ucap Bowo menyembunyikan rasa malu karena kalah mendebat Ayuda.Mereka masih terus bermain hingga tiba-tiba Ayuda tersenyum miring, bak pemain judi p
“Anda harus berpihak pada saya, karena jika tidak saya akan melaporkan Anda ke pihak yang berwajib.” Ayuda langsung mengancam. Ia membuat si dokter tak berkutik bahkan untuk sekadar menjawab ucapannya. Wanita itu menoleh Aldi yang langsung meletakkan selembar cek ke meja. “Tulis nominal yang Anda inginkan sebagai bayaran, saya bisa memberi tiga kali lipat dari uang yang dijanjikan Wangi dan suaminya,”tukas Ayuda. “Ganti sel telur Wangi dengan sel telur saya!” “Ma-ma-maksud Anda?” dokter itu gemetaran, apa lagi saat Aldi mengeluarkan sepucuk senjata api dari kantung celana. “Berada di pihak saya, Anda akan mendapat banyak keuntungan. Uang dari Wangi, uang dari saya, dan …. “Ayuda sengaja menjeda lisan, dia minta pistol yang ada di tangan Aldi, lalu memainkannya tepat di depan muka sang dokter. “Nyawa!” Dokter itu membeku, karena terlalu syok dengan apa yang baru dia dengar. Namun, setelah dia pikir apa yang disebutkan oleh Ayuda barusan merupakam pilihan yang baik. “Ja-jadi Anda a
Diam-diam Arra mengirimkan sepatu dan tas sekolah untuk Randy. Gadis itu sengaja membelinya di sebuah market place agar bisa dikirim secara dropship dengan nama palsu. Meski dia sangat membenci Bowo, tapi Randy tetap lah adiknya. Sebisa mungkin Arra ingin membahagiakan meski mereka belum bisa bertatap muka.Arra tersenyum malam itu melihat status produk yang dibelinya sudah diterima sang adik. Ia masih sibuk dengan ponsel saat Yati tiba-tiba mengatakan hal yang membuatnya kurang nyaman.“Dir, kamu tahu istri ke dua suaminya artis itu? si Wangi? Wajahnya sangat mirip denganmu, coba saja kalau kamu melepas jilbab dan kacamata.”Arra tersenyum, dia bukannya tidak tahu tentang gosip yang beredar belakangan ini, tentang suami seorang artis ternama melakukan poligami. Arra jelas menyadari bahwa wajah wanita yang menjadi istri ke dua Jiwa itu sangat mirip dengannya, tapi dia tak memiliki prasangka, masih berpikir bahwa dia dan Ayuda hanya mirip belaka.“Iya mirip, coba nasib kami juga mirip.
“Haruskah? Sebenarnya Papa memintaku melakukan kencan buta dengan anak koleganya, apa harus aku setujui?”Raga malah melempar balik pertanyaan ke Ayuda, wanita itu tersenyum tipis sebelum menyampaikan pendapat.“Kenapa tidak kamu coba dulu?”Alih-alih melarang, Ayuda malah meminta Raga mencoba. Hal ini jelas bukan jawaban yang diinginkan oleh Raga, karena sebenarnya pria itu berharap dirinya akan melarang, tapi mengigat pertanyaan Ayuda di awal, seharusnya Raga tahu kalau wanita itu tidak memiliki perasaan padanya.“Baiklah, aku akan mencobanya,” jawab Raga, dia memalingkan muka menyembunyikan rasa kecewa sambil menenggak minumannya lagi.Sedangkan Ayuda merasa diuntungkan. Jika Raga mau melakukan kencan buta bisa dipastikan Jiwa dan Wangi akan kalang kabut.***Pagi itu, Ayuda menatap pantulan dirinya di depan cermin. Mengenakan crop tee berwarna putih, dia mengusap bagian perutnya yang terkespos. Ayuda mengambil suntikan hormon yang diberikan oleh dokter Thomas. Dia menelan saliva s
“Anda baik-baik saja ‘kan Nona?”Aldi nampak cemas dengan kondisi Ayuda, wanita itu bahkan harus menenggak beberapa vitamin di jam-jam tertentu. Bahkan agar tidak lupa, Ayuda sampai membuat pengingat di ponsel. Hal ini membuat Aldi merasa sangat kasihan. Haruskah Ayuda berbuat sampai sejauh ini untuk membalas rasa sakit hati. Wanita itu ternyata sangat pendendam. Sejujurnya Aldi ingin menyarankan Ayuda untuk menemui psikolog, dia takut atasannya itu malah akan semakin tertekan saat sudah mengandung anak Jiwa nantinya.“Kenapa aku tidak baik? Aku merasa sangat bersemangat.” Ayuda memulas senyum. Ia sibuk membubuhkan tanda tangan ke berkas yang baru saja disodorkan Aldi, setelah minum vitaminnya.“Apa Anda bisa menyuntikkan obat yang diberikan dokter itu?” telisik Aldi.“Bisa, aku menggunakan cermin untuk mencari titik yang tepat. Aku jauh lebih profesional dari apa yang kamu bayangkan.”Ayuda melempar senyuman manis, dia serahkan berkas yang baru saja ditandatangani kembali ke Aldi lan
Wangi nampaknya tak ingin menyerah begitu saja saat Ayuda membuatnya terlibat masalah. Wanita itu mencatat semua kerugian yang dialaminya karena Ayuda dan hendak menuntut balas nantinya.Banyak vendor yang urung mengajaknya kerjasama, sebuah rumah produksi membatalkan Wangi sebagai pemeran utama, belum lagi panggilan ke acara off air yang juga harus dicoret Audy di dalam daftar pekerjaan sang artis.Wangi benar-benar kehilangan pundi-pundi karena sang madu Ayuda, yang lebih pantas disebut racun. Hal ini membuat Wangi semakin ingin segera membuat Ayuda mengandung anaknya dan Jiwa. Wangi sudah merasa menjadi orang paling pintar dengan ide licik di kepala. Jika dulu rencannya dia akan berpura-pura hamil saat Arra hamil, maka sekarang dia tidak perlu melakukan itu karena anak yang dikandung Ayuda jelas adalah anak biologisnya dan Jiwa.“Ada untungnya juga ternyata,” gumam Wangi yang merasa dirinya berada di atas angin. Ia tak sadar bahwa Ayuda memiliki rencana tak kalah gila darinya.“Kam