Sienna tak mungkin jujur bahwa sudah melakukan one night stand bersama Raga. Gadis itu hanya melirik Raga dan pamit ke Ayuda. Ia juga berterima kasih karena wanita itu dan Aldi tadi membantunya. "Memang apa yang terjadi tadi?" Raga bertanya. Ia penasaran juga bantuan apa yang diberikan kakak iparnya ke gadis barbar putri dari pemilik Rahwana hotel itu. Jiwa yang menjadi pengamat pun ikut tertarik dengan alasan Sienna. Namun, Ayuda tidak mau memberitahu. Ditatapnya wajah Jiwa lalu menoleh Raga. Ia kembali menanyakan kenapa Raga menyebut kata menikahi tadi."Sudahlah, jangan dibahas!" Raga memilih bungkam. Ia sambar mangkuk berisi kacang milik Ayuda, tapi tangannya lebih dulu terkena pukulan dari wanita itu. "Pesan sendiri! Ini punyaku!" Sewot Ayuda ke Raga. Ia terlihat masih tak memperdulikan keberadaan Jiwa di sana. Namun, Jiwa tetap menunggu. Ia ingin melihat seberapa jauh Ayuda bisa mengabaikannya. Wanita itu juga sudah mengungkapkan rasa. Jiwa yakin Ayuda hanya marah dan cemb
Di sisi lain Aldi benar-benar dibuat kerepotan membawa Raga pulang. Bahkan setelah sampai ke rumah pun dia masih kesusahan. Semua pembantu sudah bisa dipastikan tidur di jam itu, merepotkan penjaga pun Aldi merasa kasihan. Akhirnya dia membawa Raga masuk meski ala kadarnya. Kadang dia seret dengan cara memegang bagian ketiaknya, kadang dia gendong di belakang.Napas Aldi putus-putus seperti orang yang baru saja selesai lari marathon. Ia membaringkan Raga di sofa ruang tamu dan hendak pergi. Di belakangnya penjaga rumah terlihat menggaruk bagian atas kepala.“Mas, bisa nggak dibawa naik sekalian ke kamar?”Aldi melongo, tapi melihat penjaga rumah yang sudah paruh baya Aldi merasa kasihan. Jika sampai penghuni rumah bangun, pasti penjaga itu yang akan diminta membopong sang tuan ke sana.Mereka berdua pun memapah Raga dengan cara mengapit tubuh pria itu, hingga saat berada di pertengahan anak tangga, Aldi mendengar suara ribut dan gedoran pintu yang sangat kencang.Aldi tercengang, dia
Setelah semalam berhasil membujuk Wangi untuk tidak mengungkapkan rahasia ke Ayuda. Pagi itu Jiwa dikejutkan dengan perhatian istri pertamanya ke istri ke dua. Wangi sengaja meminta Audy mengosongkan jadwalnya lagi, setidaknya sampai Ayuda berangkat ke kantor karena dia ingin melakukan apa yang tertunda semalam. Ayuda bingung, dia memandangi satu persatu anggota keluarga yang terlihat lebih ramah padanya kecuali Linda. Mama mertuanya itu memasang muka masam sambil meliriknya sinis. "Ini aku siapkan buah untukmu." Wangi sudah dalam mode normal kembali. Dia menyodorkan buah juga susu hamil ke Ayuda. "Terima kasih, tapi mulai detik ini aku tidak akan mengkonsumsi makanan dan minuman dari kalian," tolak Ayuda. Ia ingin melakukan antisipasi dari pada harus berakhir masuk rumah sakit karena terkapar keracunan. "Sumpah! Aku tidak mungkin mencampurkan racun di dalamnya, bahkan semalam aku sudah menyiapkan buah dan susu tapi kamu pulang malam," kata Wangi. "Apa untuk itu kamu menggedor p
Ayuda menatap diri dari pantulan cermin di ruang kerjanya. Ia melihat bagian perut dari samping dan mengusapnya lembut. Bibir Ayuda menipis, dia merasa lucu mendapati perutnya sedikit membuncit.“Apa yang sedang dia lakukan di dalam sini? menghisap makanan dariku?” Ayuda menurunkan pandangan, dia tunjuk perutnya dengan telunjuk dan berkata lagi,”Hei, anak Jiwa, siapa yang akan kamu sayangi nanti aku atau daddymu yang menyebalkan itu?”Ayuda cemberut, dia kesal kenapa juga sudah memberi sebutan ‘daddy’ ke Jiwa. Matanya kini menyipit tajam melihat dirinya sendiri.“Jangan pikirkan pria itu, lakukan rencanamu dan akhiri semuanya segera!”Ayuda menyudahi apa yang dilakukannya sejak tadi, dia berjalan mendekat ke arah kursi kerja bersamaan dengan pintu ruangannya yang diketuk. Tak lama pintu itu pun terbuka.“Nona, apa Anda ada waktu? Saya ingin mengajak Anda melihat rumah yang Anda cari.”“Em ... Apa aku sudah tidak ada pekerjaan lagi?”Aldi mengangguk tanpa ragu, hingga Ayuda pun mengiya
[ Tidak Tuan, bukannya saya menolak rezeki, tapi saya tidak ingin merasa berhutang budi, saya akan membantu Anda dalam batas yang saya kehendaki] “Dan hal aneh yang diminta Nona dengan alasan ngidamnya adalah urusanmu,” ucap Aldi setelah mengirim pesan itu ke Jiwa. “Aku bahkan tidak ikut tanam benih, jadi untuk apa ikut repot.” Aldi hampir meletakkan ponsel ke dashboard, tapi sebuah pesan masuk lebih dulu, dan entah mengapa Aldi sama sekali tidak bisa mengabaikan, karena pengirimnya adalah Dira. [ Mas Al, aku ingin membawakan hadiah untuk Ayuda dari Jogja. Apa ada yang dia inginkan saat ini? tolong beritahu aku!] Aldi diam karena bingung untuk membalas, dia sudah mengetik pesan tapi dihapus lagi, seperti itu sampai hampir lima kali. Hingga akhirnya hanya sebuah kalimat klise yang dia pakai untuk membalas pesan Dira. [ Nanti aku kabari ] “Apa aku terlalu ketus? Bagaimana kalau dia pikir aku ketus?” Aldi menyesal setelah mengirim pesan itu, karena setelahnya Dira tak membalas lagi.
Jiwa menuju dapur, dia gulung kemejanya sampai siku. Matanya menyisir kulkas dan mencari di mana letak daun bawang dan telur. Diam-diam Ayuda ikut turun dan membuntutinya. Wanita itu tersenyum karena tiga orang pembantu termasuk Susi nampak berdiri tak jauh dari Jiwa yang kebingungan dengan mimik khawatir.“Tuan, Tuan mau membuat apa, biar saya buatkan,” ucap Susi.“Tidak! aku akan membuatnya sendiri. Di mana telur, minyak, tepung dan daun bawang?”Jiwa menoleh Susi. Pembantunya itu langsung berjalan mendekat dan dengan cekatan Susi mengambil satu persatu bahan dari tempatnya dan meletakkan di dekat kompor.“Tuan, tuan mau membuat apa?” Susi masih bertanya. Ia tak bisa membayangkan tangan mulus tuan mudanya terluka karena Jiwa sudah mengambil penggorengan dan minyak.“Sudah sana kembali ke belakang, bukankah sinetron yang kalian sukai sedang tayang,” usir Jiwa.Susi dan dua pembantu lainnya pun tak bisa membantah, mereka menuruti kemauan Jiwa dengan pergi ke tempat mereka masing-masin
“Tidak mau! aku tidak akan membuat anak ini dekat denganmu.” Ayuda melepaskan tangan Jiwa yang mengurungnya. Ia berjalan pergi tanpa menoleh sang suami yang hanya bisa diam. Jiwa yakin dada Ayuda berdebar-debar mendapatkan perlakuan seperti itu darinya. Hanya saja, sang istri terlalu tinggi hati untuk mau mengakui. “Aku sudah tidak menginginkan omelet, sebaiknya kamu segera mandi dan tidur. Ini sudah malam,”kata Ayuda dengan suara lantang tanpa menoleh. Jiwa malah tertawa, dia berjalan cepat mengejar Ayuda lalu menerobos masuk ke kamar milik wanita itu. Tingkahnya membuat Ayuda mengerutkan dahi. Ia tidak mau masuk ke dalam dan hanya berdiri di ambang pintu. Dengan nada galak dia meminta Jiwa keluar. “Pergi ke kamarmu sendiri, aku tidak mengizinkanmu tidur di sini!” “Biarkan aku bicara pada baby,”pinta Jiwa. “Setelah itu aku akan pergi.” Ayuda menelan ludah susah payah mendengar Jiwa memanggil calon anaknya ‘baby’. Ia tak mau menatap Jiwa yang berada di dalam kamar. Hatinya terus
“Sienna, turun kamu!”Sienna baru saja mengirim pesan ke seseorang yang sengaja dia bayar untuk membalaskan rasa kesalnya ke Amara dan teman-temanya. Namun, sepertinya masalah baru sudah datang. Sang papa tahu tentang apa yang dia lakukan bersama Raga. Gadis itu merasa kesal, karena bahkan tembok di sekitarnya pun seperti memiliki mata, mulut dan telinga. Tidak ada yang bisa dia sembunyikan dari papanya terlalu lama.Mau tak mau Sienna harus menghadapi. Ia menuruni anak tangga dan Bisma langsung melemparkan beberapa lembar foto tepat mengenai mukanya. Sementara itu, Olivia kaget karena sang suami pulang dalam keadaan marah. Ia pungut satu lembar foto dari lantai. Wajahnya yang kebingungan nampak menatap sang putri.“Sienna, apa ini?” tanya Olivia dengan bibir bergetar.“Dia memang salah pergaulan, aku pikir kamu bisa mendidik putrimu dengan baik, tapi lihat! dia pergi ke club dan masuk ke kamar bersama pria dewasa,” amuk Bisma.“Kok jadi nyalahin aku sih, Mas? Emang Sienna cuma tanggu