Beranda / Romansa / Istri Muda Sang Presdir / Bab 135 : Jangan Mengadu!

Share

Bab 135 : Jangan Mengadu!

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Lha kamu sendiri, ngapain ke sini?"

Sienna tak mau kalah. Meski sudah tahu dari Ayuda, tapi tetap saja tak menyangka kalau Raga akan datang ke club.

Belum habis rasa kaget Sienna, kini giliran Jiwa yang muncul dan berdiri di ambang pintu. Melihat suami Ayuda itu membuatnya mengingat momen memalukan pagi tadi.

"Ayuda!" Panggil Jiwa. Ia sudah hampir menerobos masuk ke dalam tapi dihalangi oleh Raga.

"Apa yang kamu lakukan? Jangan seperti anak kecil!" amuk Jiwa.

Ayuda yang menyaksikan memilih bersikap santai, dia silangkan kaki dan menyandarkan punggung dengan nyaman. Tangannya terlipat di depan dada memindai wajah sang suami.

"Pergi!"

Jiwa mendorong Raga dan akhirnya berhasil masuk. Ia berdiri di depan Ayuda, memandangi wajah sang istri lalu mengajaknya pulang. Tak lupa dia menyisir meja untuk memastikan apakah Ayuda menenggak minuman keras.

"Ayo pulang! Ibu hamil tidak baik berada di tempat seperti ini," bujuk Jiwa.

"Hamil?" Sienna bergumam, dia menunduk melihat perutnya lalu m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (15)
goodnovel comment avatar
Ra_eonni
moga beneran hamil deh biar ada temannya mb Yu
goodnovel comment avatar
Lkems Fhitria
otw menikah raga.........
goodnovel comment avatar
Fera Hikmaramayanti
otw menikah raga ... wkwkkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 136 : Kalung Berlian

    Sienna tak mungkin jujur bahwa sudah melakukan one night stand bersama Raga. Gadis itu hanya melirik Raga dan pamit ke Ayuda. Ia juga berterima kasih karena wanita itu dan Aldi tadi membantunya. "Memang apa yang terjadi tadi?" Raga bertanya. Ia penasaran juga bantuan apa yang diberikan kakak iparnya ke gadis barbar putri dari pemilik Rahwana hotel itu. Jiwa yang menjadi pengamat pun ikut tertarik dengan alasan Sienna. Namun, Ayuda tidak mau memberitahu. Ditatapnya wajah Jiwa lalu menoleh Raga. Ia kembali menanyakan kenapa Raga menyebut kata menikahi tadi."Sudahlah, jangan dibahas!" Raga memilih bungkam. Ia sambar mangkuk berisi kacang milik Ayuda, tapi tangannya lebih dulu terkena pukulan dari wanita itu. "Pesan sendiri! Ini punyaku!" Sewot Ayuda ke Raga. Ia terlihat masih tak memperdulikan keberadaan Jiwa di sana. Namun, Jiwa tetap menunggu. Ia ingin melihat seberapa jauh Ayuda bisa mengabaikannya. Wanita itu juga sudah mengungkapkan rasa. Jiwa yakin Ayuda hanya marah dan cemb

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 137 : Foto-foto

    Di sisi lain Aldi benar-benar dibuat kerepotan membawa Raga pulang. Bahkan setelah sampai ke rumah pun dia masih kesusahan. Semua pembantu sudah bisa dipastikan tidur di jam itu, merepotkan penjaga pun Aldi merasa kasihan. Akhirnya dia membawa Raga masuk meski ala kadarnya. Kadang dia seret dengan cara memegang bagian ketiaknya, kadang dia gendong di belakang.Napas Aldi putus-putus seperti orang yang baru saja selesai lari marathon. Ia membaringkan Raga di sofa ruang tamu dan hendak pergi. Di belakangnya penjaga rumah terlihat menggaruk bagian atas kepala.“Mas, bisa nggak dibawa naik sekalian ke kamar?”Aldi melongo, tapi melihat penjaga rumah yang sudah paruh baya Aldi merasa kasihan. Jika sampai penghuni rumah bangun, pasti penjaga itu yang akan diminta membopong sang tuan ke sana.Mereka berdua pun memapah Raga dengan cara mengapit tubuh pria itu, hingga saat berada di pertengahan anak tangga, Aldi mendengar suara ribut dan gedoran pintu yang sangat kencang.Aldi tercengang, dia

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 138 : Saling Membohongi

    Setelah semalam berhasil membujuk Wangi untuk tidak mengungkapkan rahasia ke Ayuda. Pagi itu Jiwa dikejutkan dengan perhatian istri pertamanya ke istri ke dua. Wangi sengaja meminta Audy mengosongkan jadwalnya lagi, setidaknya sampai Ayuda berangkat ke kantor karena dia ingin melakukan apa yang tertunda semalam. Ayuda bingung, dia memandangi satu persatu anggota keluarga yang terlihat lebih ramah padanya kecuali Linda. Mama mertuanya itu memasang muka masam sambil meliriknya sinis. "Ini aku siapkan buah untukmu." Wangi sudah dalam mode normal kembali. Dia menyodorkan buah juga susu hamil ke Ayuda. "Terima kasih, tapi mulai detik ini aku tidak akan mengkonsumsi makanan dan minuman dari kalian," tolak Ayuda. Ia ingin melakukan antisipasi dari pada harus berakhir masuk rumah sakit karena terkapar keracunan. "Sumpah! Aku tidak mungkin mencampurkan racun di dalamnya, bahkan semalam aku sudah menyiapkan buah dan susu tapi kamu pulang malam," kata Wangi. "Apa untuk itu kamu menggedor p

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 139 : Ngidam Part 1

    Ayuda menatap diri dari pantulan cermin di ruang kerjanya. Ia melihat bagian perut dari samping dan mengusapnya lembut. Bibir Ayuda menipis, dia merasa lucu mendapati perutnya sedikit membuncit.“Apa yang sedang dia lakukan di dalam sini? menghisap makanan dariku?” Ayuda menurunkan pandangan, dia tunjuk perutnya dengan telunjuk dan berkata lagi,”Hei, anak Jiwa, siapa yang akan kamu sayangi nanti aku atau daddymu yang menyebalkan itu?”Ayuda cemberut, dia kesal kenapa juga sudah memberi sebutan ‘daddy’ ke Jiwa. Matanya kini menyipit tajam melihat dirinya sendiri.“Jangan pikirkan pria itu, lakukan rencanamu dan akhiri semuanya segera!”Ayuda menyudahi apa yang dilakukannya sejak tadi, dia berjalan mendekat ke arah kursi kerja bersamaan dengan pintu ruangannya yang diketuk. Tak lama pintu itu pun terbuka.“Nona, apa Anda ada waktu? Saya ingin mengajak Anda melihat rumah yang Anda cari.”“Em ... Apa aku sudah tidak ada pekerjaan lagi?”Aldi mengangguk tanpa ragu, hingga Ayuda pun mengiya

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 140 : Ngidam Part 2

    [ Tidak Tuan, bukannya saya menolak rezeki, tapi saya tidak ingin merasa berhutang budi, saya akan membantu Anda dalam batas yang saya kehendaki] “Dan hal aneh yang diminta Nona dengan alasan ngidamnya adalah urusanmu,” ucap Aldi setelah mengirim pesan itu ke Jiwa. “Aku bahkan tidak ikut tanam benih, jadi untuk apa ikut repot.” Aldi hampir meletakkan ponsel ke dashboard, tapi sebuah pesan masuk lebih dulu, dan entah mengapa Aldi sama sekali tidak bisa mengabaikan, karena pengirimnya adalah Dira. [ Mas Al, aku ingin membawakan hadiah untuk Ayuda dari Jogja. Apa ada yang dia inginkan saat ini? tolong beritahu aku!] Aldi diam karena bingung untuk membalas, dia sudah mengetik pesan tapi dihapus lagi, seperti itu sampai hampir lima kali. Hingga akhirnya hanya sebuah kalimat klise yang dia pakai untuk membalas pesan Dira. [ Nanti aku kabari ] “Apa aku terlalu ketus? Bagaimana kalau dia pikir aku ketus?” Aldi menyesal setelah mengirim pesan itu, karena setelahnya Dira tak membalas lagi.

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 141 : Lebih Sakit Melihatmu Marah

    Jiwa menuju dapur, dia gulung kemejanya sampai siku. Matanya menyisir kulkas dan mencari di mana letak daun bawang dan telur. Diam-diam Ayuda ikut turun dan membuntutinya. Wanita itu tersenyum karena tiga orang pembantu termasuk Susi nampak berdiri tak jauh dari Jiwa yang kebingungan dengan mimik khawatir.“Tuan, Tuan mau membuat apa, biar saya buatkan,” ucap Susi.“Tidak! aku akan membuatnya sendiri. Di mana telur, minyak, tepung dan daun bawang?”Jiwa menoleh Susi. Pembantunya itu langsung berjalan mendekat dan dengan cekatan Susi mengambil satu persatu bahan dari tempatnya dan meletakkan di dekat kompor.“Tuan, tuan mau membuat apa?” Susi masih bertanya. Ia tak bisa membayangkan tangan mulus tuan mudanya terluka karena Jiwa sudah mengambil penggorengan dan minyak.“Sudah sana kembali ke belakang, bukankah sinetron yang kalian sukai sedang tayang,” usir Jiwa.Susi dan dua pembantu lainnya pun tak bisa membantah, mereka menuruti kemauan Jiwa dengan pergi ke tempat mereka masing-masin

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 142 : Berbicara Dengan Anakku

    “Tidak mau! aku tidak akan membuat anak ini dekat denganmu.” Ayuda melepaskan tangan Jiwa yang mengurungnya. Ia berjalan pergi tanpa menoleh sang suami yang hanya bisa diam. Jiwa yakin dada Ayuda berdebar-debar mendapatkan perlakuan seperti itu darinya. Hanya saja, sang istri terlalu tinggi hati untuk mau mengakui. “Aku sudah tidak menginginkan omelet, sebaiknya kamu segera mandi dan tidur. Ini sudah malam,”kata Ayuda dengan suara lantang tanpa menoleh. Jiwa malah tertawa, dia berjalan cepat mengejar Ayuda lalu menerobos masuk ke kamar milik wanita itu. Tingkahnya membuat Ayuda mengerutkan dahi. Ia tidak mau masuk ke dalam dan hanya berdiri di ambang pintu. Dengan nada galak dia meminta Jiwa keluar. “Pergi ke kamarmu sendiri, aku tidak mengizinkanmu tidur di sini!” “Biarkan aku bicara pada baby,”pinta Jiwa. “Setelah itu aku akan pergi.” Ayuda menelan ludah susah payah mendengar Jiwa memanggil calon anaknya ‘baby’. Ia tak mau menatap Jiwa yang berada di dalam kamar. Hatinya terus

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 143 : Terbongkar

    “Sienna, turun kamu!”Sienna baru saja mengirim pesan ke seseorang yang sengaja dia bayar untuk membalaskan rasa kesalnya ke Amara dan teman-temanya. Namun, sepertinya masalah baru sudah datang. Sang papa tahu tentang apa yang dia lakukan bersama Raga. Gadis itu merasa kesal, karena bahkan tembok di sekitarnya pun seperti memiliki mata, mulut dan telinga. Tidak ada yang bisa dia sembunyikan dari papanya terlalu lama.Mau tak mau Sienna harus menghadapi. Ia menuruni anak tangga dan Bisma langsung melemparkan beberapa lembar foto tepat mengenai mukanya. Sementara itu, Olivia kaget karena sang suami pulang dalam keadaan marah. Ia pungut satu lembar foto dari lantai. Wajahnya yang kebingungan nampak menatap sang putri.“Sienna, apa ini?” tanya Olivia dengan bibir bergetar.“Dia memang salah pergaulan, aku pikir kamu bisa mendidik putrimu dengan baik, tapi lihat! dia pergi ke club dan masuk ke kamar bersama pria dewasa,” amuk Bisma.“Kok jadi nyalahin aku sih, Mas? Emang Sienna cuma tanggu

Bab terbaru

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Ayuda Jiwa

    Pelukan, kasih sayang dan senyuman tulus kini bisa Jiwa rasakan setiap hari. Hidupnya sudah lengkap dengan kehadiran istri yang sangat dia cintai, juga putri cantik yang semakin hari semakin pintar. Jiwa berdiri sambil memegang cangkir kopi di tangan, dia memandang ke arah Nala yang sudah mulai belajar berjalan bersama bik Nini. Sementara itu, Ayuda bertelanjang kaki menemani dengan perut yang nampak membuncit. Nala, dia pasti terlihat seperti saudara kembar dengan adiknya nanti. “Nala pintarnya!” puji Ayuda, putrinya itu tertawa dan memeluk kakinya. Dia sedikit kesusahan untuk mengusap punggung sang putri karena terganjal perutnya yang sudah besar. Dengan bantuan bik Nini, Ayuda akhirnya bisa menggendong Nala. Namun, tak diduga Jiwa langsung berlari dan meminta Ayuda untuk tidak melakukan itu. “Sayang, kasihan adik Nala nanti,”ucap Jiwa. Bik Nini yang melihat tuannya sangat posesif pun tersenyum. Ia bahkan dibuat malu sendiri dengan tingkah Jiwa yang over protective. “Dari pada

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Aldi Dira

    Aura pengantin baru terpancar jelas dari wajah Dira. Kembaran Ayuda itu nampak sedang duduk bersama mertua dan saudara-saudara Aldi di teras sambil bercanda. Ibunda Aldi menceritakan bagaimana masa kecil pria itu, sampai aibnya yang masih suka minum susu menggunakan dot meski sudah kelas 5 SD.“Besok kalau kamu hamil banyak-banyak sugesti calon bayimu, jangan sampai kayak bapaknya.”Dira tertawa, dia tak sadar Aldi sedang memandanginya. Pria yang sudah resmi mempersuntingnya itu sibuk membantu merapikan kursi yang dipinjam dari RT untuk acara pengajian.“Lha … gimana nggak kayak bapaknya, Bu? Kalau aku hamil ‘kan memang anak mas Aldi, kalau nggak mirip nanti bisa-bisa malah menimbulkan fitnah,”kata Dira.“Maksudnya sifatnya yang jelek-jelek itu lho, Ra!”“Mas Aldi nggak punya sifat jelek, Bu. Mas Aldi itu sempurna buatku.”Aldi yang mendengar pujian sang istri seketika malu. Pipinya bahkan merona merah sedangkan Dira terlihat sangat santai meski orang-orang bersorak menggoda.“Ya begi

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Raga Sienna

    Pernikahan adalah impian setiap wanita, apalagi menikah dengan pria yang sangat dicintai. Begitu juga dengan Sienna, dia tidak pernah menyangka hatinya akan tertambat pada pria casanova seperti Raga. Meski tahu bagaimana sepak terjang pria itu, tapi Sienna yakin, suaminya itu kini sudah berubah. Ibarat panci bertemu tutupnya, mereka saling melengkapi. Membangun pernikahan yang sebenarnya mereka sendiri masih belum begitu yakin.Namun, Raga dan Sienna yakin mimpi-mimpi dan rencana akan mereka temukan seiring berjalannya waktu. Seperti saat ini. Mereka harus menunda bulan madu karena Sienna harus menghadapi ujian semester."Boleh aku bicara serius?" tanya Raga saat mereka berada di dalam salah satu kamar villa milik Ramahadi.Raga teringat akan Ayuda yang mual-mual tadi, setelah ditanya kakak iparnya itu menjawab dia memang belum datang bulan sejak melahirkan Nala. Kata Linda, kemungkinan besar Ayuda pasti hamil lagi."Bicara serius? Apa?"Sienna yang memakai paha Raga sebagai bantalan

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 223 : Adik Nala (TAMAT)

    Tiga bulan kemudianHari yang membahagiakan untuk semua orang akhirnya tiba. Ramahadi mengajak seluruh keluarganya pergi ke villanya yang dulu digunakan Ayuda untuk bersembunyi.Raga baru seminggu menikah dengan Sienna. Bulan madu mereka pun tertunda karena Sienna harus menghadapi ujian semester minggu ini. Raga tidak mau kalau sampai kuliah istrinya itu terganggu hanya karena bulan madu - yang sejatinya sudah sering mereka lakukan sebelum menikah.Affandi juga hadir, dia menerima undangan dari Ramahadi dengan penuh suka cita. Awalnya Affandi ingin mengajak Dira ke sana, tapi putrinya itu lebih dulu menerima ajakan dari sang mertua untuk berkumpul di rumah keluarga besar Aldi.Ayuda nampak memangku Nala, dia menyusui putrinya sambil menatap keluar jendela di mana papanya tengah sibuk mengobrol dengan sang mertua. Ayuda menepuk pantat Nala lembut, dia menoleh kaget kala Jiwa keluar dengan membawa buku - yang dulu selalu menjadi teman saat dirinya merasa kesepian tinggal sendiri di sana

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 222 : Sayang!

    Di saat putra putri mereka sedang berdua dan kembali meleburkan asa, Affandi dan Ramahadi duduk bersama. Ramahadi tak menyangka pria yang seumur hidup terus menganggapnya musuh kini mengajaknya bicara. Affandi bahkan mengeluarkan satu kata yang dia rasa mustahil untuk didengar. “Maaf!” Ramahadi tentu tak bisa percaya begitu saja, setelah hampir berpuluh-puluh tahun menganggapnya musuh, kini Affandi mengucap kata maaf dan terdengar begitu sangat tulus. “Aku tahu perbuatanku salah, dan selama ini aku terlalu malu untuk mengakuinya. Mungkin, pertemuan Ayuda dan Jiwa adalah takdir yang memang sudah ditetapkan, hingga akhirnya aku bisa sadar,”ungkap Affandi panjang lebar. Hening, Ramahadi tak langsung membalas permintaan maaf Affandi. Ia mencoba mencerna dulu, menimbang apakah pria itu tulus atau hanya sekadar meminta maaf agar dirinya tak lagi menaruh prasangka. “Aku sudah lelah bekerja, aku ingin menyerahkan perusahaan ke anak-anakku, dan aku ingin hidup tenang bermain bersama cucu,”

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 221 : Penuh Kasih

    Terkesan nakal, tapi begitulah naluri manusia dewasa. Mereka memiliki birahi yang butuh disalurkan. Ayuda tahu perbuatannya membuat Jiwa semakin ingin menerkamnya. Namun, bukankah itu yang mereka inginkan? Ayuda memindai manik mata Jiwa, di sana terlihat penuh cinta, berbeda dengan tatapan mata pria itu saat pertama kali menyentuhnya. Tak ada perasaan hangat seperti ini, Jiwa bahkan mencekoki dirinya obat perangsang agar nafsunya tersalurkan tanpa perlu ikatan seperti saat ini. Jiwa membelai pipi Ayuda, mencium setiap bagian wajahnya seolah setiap incinya tak ingin terlewatkan untuk dia cicipi. Pria itu menghentikan sapuan bibir di hidung bangir sang istri, sorot matanya seolah meminta izin. “Bisakah aku bisa melakukannya jauh lebih dari ini.” Ayuda tersenyum tipis, tangannya menarik tengkuk Jiwa hingga bibir mereka kembali bertaut. Mereka sama-sama memejamkan mata, menyelami setiap perasaan cinta yang membara. Perlahan tangan Ayuda melonggar dan beralih membuka kancing kemeja Jiw

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 220 : You Are Mine

    Dira masih berada di pelukan Ayuda, meski tak mau membalas pelukan saudaranya, tapi Dira menyandarkan kepala ke pundak ibunda Nala itu. Ia masih tergugu, tak menyangka satu orang datang lagi ke rumahnya dan masuk dengan wajah kebingungan. Aldi menjadi pusat perhatian semua orang, sampai Ayuda melonggarkan pelukan dan Dira memanggil dengan manja nama pria itu.“Mas Al!”“Ra, kenapa kamu menangis?” tanya Aldi bingung, dia hanya diberitahu Affandi akan datang, tapi jika tahu akan membuat calon istrinya menangis, tentu saja Aldi akan melarang. Alih-alih berada di sana tepat waktu, Aldi terjebak lampu merah beberapa kali.“Pak, ini bukan seperti yang Anda janjikan, bukankah ….”Aldi menjeda kata, Dira yang masih sesenggukan mendekat dan memberitahu Aldi kalau Affandi baru saja berkata akan menikahkannya.“Benarkah?” Aldi nampak bahagia. Ia raih tangan Affandi dan menggoyang-goyangkannya beberapa kali.Meski awalnya kesal, tapi Dira tertawa melihat kelakuan Aldi. Ayuda lega karena yakin Dir

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 219 : Kejutan Untuk Dira

    Setelah Jiwa berangkat ke kantor, Ayuda tak langsung pergi ke rumah Dira. Ia malah berdiri di depan lemari baju, bingung memilih pakaian mana yang cocok dia kenakan untuk malam spesial yang Jiwa katakan tadi. Ayuda menekuk bibir ke dalam lalu memajukannya lagi, bunyi decapan lidahnya membuat bik Nini yang baru saja masuk untuk menata baju Nala keheranan.“Non, cari apa?”Ayuda menggeleng, wanita itu sedang berpikir mana mungkin memakai gaun yang sama di depan Jiwa. Apalagi dia sama sekali tidak memiliki satu pun baju tempur selain piyama satin yang sering dia pakai karena praktis saat menyusui Nala.“Seharusnya aku pergi shopping kemarin,”ucap Ayuda.Bik Nini tentu saja semakin heran, dia sejajari Nonanya itu dan kembali bertanya,”Non cari apa?”“Linger … “ Ayuda keceplosan, matanya melotot menoleh bik Nini dan melempar senyuman canggung.Pembantunya itu pun menarik sudut bibir, tersenyum aneh sambil menaikturunkan alis mata. Bik Nini berhasil membuat Ayuda merasa malu, dia pasti tahu

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 218 : Apa Sudah?

    Sejak pagi, Jiwa terus saja menampakkan wajah riang. Ia memandangi sang istri yang sibuk melakukan tugas merawat putrinya seperti biasa. Jiwa membuat Ayuda salah tingkah setelah semalam wanita itu menjawab pertanyaannya dengan kata ‘ya’.“Apa sudah?”“Berhenti bertanya apa sudah – apa sudah,”amuk Ayuda. Pipinya merona merah karena Jiwa bersikap sangat agresif. “Aku mau bertemu papa dan Dira dulu, kamu cepat bersiap sana untuk pergi bekerja!”Jiwa tak menggubris ucapan Ayuda, dia malah melingkarkan tangan di pinggang wanita itu yang sedang menggendong putrinya.“Jiwa!” bentak Ayuda.“Malam ini aku akan memberi bonus ke Bik Nini untuk menjaga Nala, kita bisa pakai apartemenku untuk melakukan itu.”“Melakukan apa?” Ayuda dengan sengaja menggoyangkan pinggang untuk membuat Jiwa melepaskan tangan. Namun, pria itu terlalu kuat dan membuatnya berakhir pasrah karena Nala ada di pelukannya.“Jangan berpura-pura! aku tahu kamu tidak sepolos itu, bahkan saat tidur kamu sesekali nakal dengan meng

DMCA.com Protection Status