Jiwa duduk di kursi empuknya sambil memegang amplop yang baru saja dia ambil dari mobil. Amplop itu diberikan oleh orang yang dia minta untuk memata-matai Wangi selama ini. Meski sudah tahu jika Wangi dekat dengan pria bernama Antony, tapi Jiwa sengaja tak pernah menanyakan hal itu.Awalnya dia pikir Wangi akan berhenti dengan sendirinya setelah dia sindir, tapi nyatanya wanita itu masih saja dekat dan kali ini entah kenapa Jiwa malah berharap semoga Wangi melewati batas, agar dia bisa memiliki alasan untuk berpisah. "Apa aku sudah gila berharap seperti itu?" Jiwa merasa sangat buruk. Ia pun membuka amplop itu untuk melihat isi di dalamnya. Beberapa lembar foto dan copy bill dari club VVIP yang Wangi datangi bersama Antony terpampang di sana beserta beberapa rincian lain. "Apa dia memakai uang bulanan dariku untuk membelikan hadiah pria lain?"Kening Jiwa mengernyit, dia mendapati catatan transaksi keuangan yang dilakukan oleh Wangi juga di dalam sana. Hingga dia melihat ada yang j
"Aku tau kalian sengaja membuat permainan konyol dan menjebakku malam itu."Sienna to the point, dia tak perlu berbasa-basi lagi ke gadis yang mengaku temannya tapi menusuk dari belakang. Teman Sienna itu saling lirik, dan tentu saja tidak langsung mengakui apa yang dituduhkan. Mereka berkelit, berkata sudah berusaha menahan tapi Sienna tidak mau mendengar karena mabuk. "Cih ... tidak perlu berbohong, aku yakin kalian mau menjadi temanku karena aku berasal dari keluarga kaya, 'kan?" cibir Sienna. "Dasar, rendahan!""Apa kamu bilang?"Teman Sienna tak terima dan terjadilah pertengkaran di antara mereka. Sienna dikeroyok, bahkan karena terlalu sebal dia menyiramkan minuman ke muka salah satu temannya. Itulah hal yang Ayuda lihat beberapa saat yang lalu dari tempatnya berdiri. Ada rasa ingin membantu Sienna yang dikeroyok oleh gadis-gadis itu. Namun, baru saja Ayuda akan mendekat, teman Sienna sudah bertindak brutal dengan menjambak. Ayuda ingin menolong, tapi dihalangi Aldi yang tak
Wangi sengaja mengosongkan jadwal pekerjaannya malam itu, dia meminta Audy menggeser jadwal pekerjaannya. Wangi ingin menemui Ayuda dan memberikan beberapa barang yang sudah dia siapkan karena madunya itu tengah mengandung. Tentu saja kebaikan Wangi ini bukan tanpa alasan. Sikapnya ini didasari atas pemahamannya, bahwa Ayuda kini tengah hamil anaknya dan Jiwa. Maka, untuk menunjukkan perhatiannya itu, Wangi membeli beberapa susu hamil dan multivitamin. Dia juga meminta Susi menyiapkan buah segar untuk diberikan ke Ayuda. Linda yang melihat Wangi berubah sikap seperti itu pun berhasil dibuat heran. Ia dekati sang menantu lalu bertanya kenapa repot-repot memerhatikan Ayuda. "Apa karena itu anak Jiwa jadi kamu juga perhatian padanya?" Linda bertanya sambil mengambil satu potongan buah dari piring yang sedang ditata secantik mungkin oleh Wangi. Hingga, Wangi mendelik karena kesal dengan tingkahnya. "Apa tangan Mama bersih? Aku tidak bisa memberikan makanan yang tidak higienis ke Ayu
Beberapa menit yang lalu, Jiwa pulang dan tak menemukan keberadaan Ayuda. Dia juga heran dengan wajah kecewa Wangi dan Linda. Mencoba mencari jawaban, Jiwa melihat adiknya yang baru saja dititipi hadiah untuk Ayuda dari sang papa. Jiwa pun memilih mengikuti langkah Raga hingga ke teras samping, dia sengaja menelinga setelah mendengar dari Linda bahwa semua orang sudah terkena virus Ayuda. Jiwa menajamkan pendengaran, dia mendengar Raga menyebutkan nama sang istri. Hingga dirinya memberanikan diri untuk merebut ponsel itu, dan bertanya di mana Ayuda sekarang karena ingin pergi menjemput. Jiwa dan Raga berdebat membahas kesopanan. Si sulung bahkan tak menyadari bahwa ponsel si bungsu masih tersambung sehingga Ayuda bisa mendengar perdebatan mereka dengan jelas. Awalnya hanya masalah kesopanan, tapi tak lama dua pria itu membahas hal lain - yang Ayuda tak mengerti. Wanita itu lantas memilih mematikan ponsel. Ia mengedikkan bahu ke arah Aldi yang menatap bingung. "Biarkan saja, mereka
"Lha kamu sendiri, ngapain ke sini?" Sienna tak mau kalah. Meski sudah tahu dari Ayuda, tapi tetap saja tak menyangka kalau Raga akan datang ke club. Belum habis rasa kaget Sienna, kini giliran Jiwa yang muncul dan berdiri di ambang pintu. Melihat suami Ayuda itu membuatnya mengingat momen memalukan pagi tadi. "Ayuda!" Panggil Jiwa. Ia sudah hampir menerobos masuk ke dalam tapi dihalangi oleh Raga. "Apa yang kamu lakukan? Jangan seperti anak kecil!" amuk Jiwa. Ayuda yang menyaksikan memilih bersikap santai, dia silangkan kaki dan menyandarkan punggung dengan nyaman. Tangannya terlipat di depan dada memindai wajah sang suami. "Pergi!" Jiwa mendorong Raga dan akhirnya berhasil masuk. Ia berdiri di depan Ayuda, memandangi wajah sang istri lalu mengajaknya pulang. Tak lupa dia menyisir meja untuk memastikan apakah Ayuda menenggak minuman keras. "Ayo pulang! Ibu hamil tidak baik berada di tempat seperti ini," bujuk Jiwa."Hamil?" Sienna bergumam, dia menunduk melihat perutnya lalu m
Sienna tak mungkin jujur bahwa sudah melakukan one night stand bersama Raga. Gadis itu hanya melirik Raga dan pamit ke Ayuda. Ia juga berterima kasih karena wanita itu dan Aldi tadi membantunya. "Memang apa yang terjadi tadi?" Raga bertanya. Ia penasaran juga bantuan apa yang diberikan kakak iparnya ke gadis barbar putri dari pemilik Rahwana hotel itu. Jiwa yang menjadi pengamat pun ikut tertarik dengan alasan Sienna. Namun, Ayuda tidak mau memberitahu. Ditatapnya wajah Jiwa lalu menoleh Raga. Ia kembali menanyakan kenapa Raga menyebut kata menikahi tadi."Sudahlah, jangan dibahas!" Raga memilih bungkam. Ia sambar mangkuk berisi kacang milik Ayuda, tapi tangannya lebih dulu terkena pukulan dari wanita itu. "Pesan sendiri! Ini punyaku!" Sewot Ayuda ke Raga. Ia terlihat masih tak memperdulikan keberadaan Jiwa di sana. Namun, Jiwa tetap menunggu. Ia ingin melihat seberapa jauh Ayuda bisa mengabaikannya. Wanita itu juga sudah mengungkapkan rasa. Jiwa yakin Ayuda hanya marah dan cemb
Di sisi lain Aldi benar-benar dibuat kerepotan membawa Raga pulang. Bahkan setelah sampai ke rumah pun dia masih kesusahan. Semua pembantu sudah bisa dipastikan tidur di jam itu, merepotkan penjaga pun Aldi merasa kasihan. Akhirnya dia membawa Raga masuk meski ala kadarnya. Kadang dia seret dengan cara memegang bagian ketiaknya, kadang dia gendong di belakang.Napas Aldi putus-putus seperti orang yang baru saja selesai lari marathon. Ia membaringkan Raga di sofa ruang tamu dan hendak pergi. Di belakangnya penjaga rumah terlihat menggaruk bagian atas kepala.“Mas, bisa nggak dibawa naik sekalian ke kamar?”Aldi melongo, tapi melihat penjaga rumah yang sudah paruh baya Aldi merasa kasihan. Jika sampai penghuni rumah bangun, pasti penjaga itu yang akan diminta membopong sang tuan ke sana.Mereka berdua pun memapah Raga dengan cara mengapit tubuh pria itu, hingga saat berada di pertengahan anak tangga, Aldi mendengar suara ribut dan gedoran pintu yang sangat kencang.Aldi tercengang, dia
Setelah semalam berhasil membujuk Wangi untuk tidak mengungkapkan rahasia ke Ayuda. Pagi itu Jiwa dikejutkan dengan perhatian istri pertamanya ke istri ke dua. Wangi sengaja meminta Audy mengosongkan jadwalnya lagi, setidaknya sampai Ayuda berangkat ke kantor karena dia ingin melakukan apa yang tertunda semalam. Ayuda bingung, dia memandangi satu persatu anggota keluarga yang terlihat lebih ramah padanya kecuali Linda. Mama mertuanya itu memasang muka masam sambil meliriknya sinis. "Ini aku siapkan buah untukmu." Wangi sudah dalam mode normal kembali. Dia menyodorkan buah juga susu hamil ke Ayuda. "Terima kasih, tapi mulai detik ini aku tidak akan mengkonsumsi makanan dan minuman dari kalian," tolak Ayuda. Ia ingin melakukan antisipasi dari pada harus berakhir masuk rumah sakit karena terkapar keracunan. "Sumpah! Aku tidak mungkin mencampurkan racun di dalamnya, bahkan semalam aku sudah menyiapkan buah dan susu tapi kamu pulang malam," kata Wangi. "Apa untuk itu kamu menggedor p