Home / Romansa / Istri Muda Sang Presdir / Bab 1 : Direnggut Paksa

Share

Istri Muda Sang Presdir
Istri Muda Sang Presdir
Author: Adinasya Mahila

Bab 1 : Direnggut Paksa

Author: Adinasya Mahila
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Siapa kalian? Apa yang mau kalian lakukan, Ha?”

Gadis dengan tubuh ramping dan mata cokelat itu meronta. Dia bahkan berusaha menggigit tangan salah satu pria yang menariknya masuk ke dalam mobil dan langsung membekap mulutnya. Ayudara baru saja keluar dari hotel tempatnya menginap dan hendak pergi membeli makanan, tapi tiba-tiba saja dua orang pria tak dikenal menariknya paksa.

“Diamlah Nona Arra!” titah salah satu pria itu. Setelahnya memberi kode ke temannya - yang langsung menyumpalkan kain ke dalam mulut gadis yang biasa dipanggil Ayuda itu.

Ayuda tidak bisa lagi bergerak, di dalam mobil van mewah berwarna hitam itu kaki dan tangannya diikat. Dia bahkan tidak bisa melihat dengan jelas kemana mobil itu membawanya pergi. Dua pria yang mengapitnya ini seolah tidak memberinya kesempatan untuk melihat ke luar mobil. Ayuda terus mengumpat, tapi suaranya tak terdengar jelas karena kain yang ada dimulutnya. Ia kebingungan, terlebih mereka memanggilnya Arra, meski dia bernama Ayudara tapi tidak pernah ada yang memanggilnya dengan nama Arra selama ini.

“Siapa orang-orang ini? apa mereka orang suruhan musuh papa?” gumam Ayuda di dalam hati. Dia terus saja memberontak hingga membenturkan kepalanya ke dada pria yang dia yakini sedang menculiknya ini. Namun, alhasil kepalanya sendiri yang pusing.

Ayuda menyadari bahwa mobil itu menjauh dari kota. Ia melihat clutch merah yang dia bawa saat pria-pria ini menyeretnya berada di bawah kaki. Ia berusaha mendekatkan clutch itu dengan kaki, tapi ketahuan dan langsung dilempar oleh pria  yang duduk di samping kanannya ke belakang kursi.

“Sialan! siapa kalian? Apa kalian tidak tahu siapa aku?” Ayudara mengumpat, tapi sayang yang didengar oleh para pria itu hanya seperti gumaman.

Satu jam kemudian, lagi-lagi Ayuda dipaksa turun dari dalam mobil, dia diangkat bak karung semen oleh salah satu pria itu, sesaat setelah memasuki sebuah rumah besar. Ayuda yakin tempat itu adalah rumah singgah atau villa. Pria itu menaiki anak tangga, sedangkan satu temannya membuka salah satu pintu kamar yang ada di lantai itu. Ayuda dibanting ke ranjang, sumpalan di mulutnya dilepas dan dia mulai memaki dengan kecepatan cahaya.

“Dasar brengsek, apa yang kalian lakukan? siapa kalian? Bajingan! Apa kalian pikir aku akan melepaskan kalian setelah ini?”

Ayuda melonggarkan tali yang baru saja lepas dari tangan, dia membuka cepat ikatan kakinya lalu menjambak rambut pria yang membopongnya tadi, pria yang juga melepaskan ikatan tangannya.

“Agh … agh … agh, apa Anda sudah gila? sialan! bukankah VIP bilang dia lemah dan penakut.” Pria itu berbicara pada temannya, berharap agar segera ditolong sebelum Ayuda membuat rambutnya tercabut sampai akar dan kulit kepala.

Ayuda tercengang, matanya menyipit lalu menatap nyalang. “VIP? Siapa VIP? Katakan siapa yang menyuruh kalian melakukan ini padaku!” teriaknya.

Dua pria itu hanya menatap tanpa mau menjawab, setelahnya bergegas keluar kamar dan mengunci Ayuda dari luar. Gadis itu menggedor-gedor pintu dan berteriak meminta untuk dibukakan. Namun, pria-pria tadi seolah menulikan pendengaran. Ayuda menoleh, dia memindai kamar itu lalu mendekat ke arah jendela, tapi sayangnya jendela itu ditralis besi.

“Apa yang terjadi? siapa yang berani menculikku?” Ayuda menyugar rambut frustrasi. Dia bahkan menghentakkan kaki karena kesal.

***

Ayuda masih berdiam diri di kamar, dia tidak tahu apa yang terjadi di luar sana, sesekali dia masih berusaha berteriak minta dilepaskan sambil menggedor pintu, tapi tetap saja tidak ada yang peduli. Perutnya bahkan kelaparan karena belum makan seharian ini.

“Apa ini alasan papa melarangku kembali?” gumam Ayuda. Ia hempaskan tubuhnya dan duduk di tepian ranjang sambil memijat kening, dia bahkan tak menyalakan lampu padahal hari sudah gelap. Hingga Ayuda samar mendengar suara dari luar kamar. Ia pun membeliakkan mata.

Ayuda berdiri, dia melihat seorang pria masuk. Pria itu mengunci pintu setelahnya menyalakan lampu kamar. Ayuda menunduk lalu merapatkan kelopak mata, peralihan gelap ke terang membuat matanya silau, dia sampai tidak melihat pria itu membuka botol lalu membuang tutupnya.

Pria itu mendekat, Ayuda mendengar dengan jelas derap langkah kaki. Namun, belum juga dia menoleh untuk menatap, pria itu sudah mencengkeram rahangnya dan mau tak mau Ayuda harus mendongak. Gadis itu kaget saat mendapati pria dengan wajah tegas tapi tampan menatapnya tajam. Pria itu memegang sebuah botol di tangan lalu menuangkan isi di dalamnya ke mulut Ayuda, tak hanya itu dia melepaskan cengkeraman di rahang dengan kasar, membuat Ayuda terduduk di tepian ranjang.

Ayuda reflek batuk-batuk, dia ketakutan berpikir cairan yang baru saja diberikan oleh pria itu adalah racun. Namun, dia kaget karena pria itu ikut menenggak cairan yang sama.

“Si-siapa kamu?” tanya Ayuda terbata, tubuhnya terasa lemas karena belum mendapat asupan makanan sejak siang.

Jiwa – pria itu tak berkata apa-apa, hanya nampak sibuk melepas jasnya lalu melempar ke sembarang arah. Ayuda pun menelan saliva, dia beringsut naik ke atas ranjang untuk menjauh, sedangkan Jiwa mulai melepas kancing kemeja, pria itu menunjukkan dada bidang dan lengannya yang kekar.

“Siapa kamu? Aku sama sekali tidak mengenalmu.” Ayuda memejamkan mata, dia menggigit bibir bawahnya merasakan sensasi aneh yang kini menggerayangi tubuh. “A-a-pa yang kamu berikan ke aku tadi?” tanyanya. Ayuda mulai menggesekkan pahanya dan menggeliat.

“Aku sudah membayar mahal, jadi kamu tidak bisa lari sampai kamu bisa memberi apa yang kami mau,” kata Jiwa dengan wajah memerah menahan birahi. Ia terus melucuti pakaiannya sampai tak tersisa sehelai pun yang melekat di badan.

“Mem-memberi? Ka-kami?” Ayuda terbata-bata. “A-a-apa maksudmu?” tanyanya.

Ayuda tak bisa meneruskan kalimatnya, Jiwa sudah naik ke atas ranjang bahkan membuka kemeja yang dikenakannya dengan kasar. Ayuda merasa aneh, dia tidak bisa menolak perlakuan Jiwa saat pria yang bahkan dia tidak tahu namanya itu melumat bibir. Ayuda memberontak, dia memukul dada Jiwa agar mau melepaskan, tapi entah kenapa ada dorongan yang tidak bisa Ayuda kendalikan dari dalam diri. Hingga pria itu tanpa aba-aba menarik penutup bagian bawah tubuhnya sampai ke betis.

Ayuda menjerit tertahan, dia bahkan menggigit bibir Jiwa. Pria itu menjauhkan wajah mereka lalu meremas kembali rahang Ayuda.

“Bajingan, apa yang kamu lakukan?” tanya Ayuda dengan wajah sendu, dadanya naik turun menahan rasa sakit bercampur nafsu. Cairan dalam botol yang Jiwa berikan padanya ternyata obat perangsang.

Jiwa tak menjawab, dia malah mendorong pingang  hingga Ayuda kembali tercekat. Gadis itu mencengkeram lengannya kuat-kuat.

-

-

Ayuda merintih di bawah kendali Jiwa, dia tidak lagi memberontak karena efek obat perangsang itu membuatnya juga ingin dipuaskan. Begitu juga dengan Jiwa yang terus saja menumbuk Ayuda hingga peluh nampak membasahi keningnya.

“Brengsek! Apa yang kamu lakukan, ha?” Ayuda ingin marah, tapi tubuhnya serasa ingin terus dipuaskan. Obat perangsang itu mengambil alih kesadarannya.

Jiwa tak peduli. Ia terus menekan, hingga Ayuda lagi-lagi harus meremas sprei ranjang. Jiwa baru berhenti saat ke tiga kalinya berhasil menyirami Ayuda. Pria itu berguling ke samping, sedangkan Ayuda hanya diam tak bergerak karena kehabisan tenaga, hingga kakinya yang masih tertekuk perlahan lemas dan menyentuh ranjang.

“Jangan berani-berani kabur! Aku sudah bilang, semuanya akan selesai dengan cepat jika kamu hamil. Kamu bisa pergi dan mendapat kebebasanmu lagi,” ucap jiwa.

Comments (14)
goodnovel comment avatar
Bocil Kentang
Diculik pas Hang Out. Buat para Lanang ini plot nya kurang cerita ini, detail, saya ingin detail.
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
kasian ayuda gk tau apa apa
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
lumayan seru utk awal cerita,tapi sayang, berhubungan bukan atas dasar saling suka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 2 : Salah Sasaran

    Setelah puas bergulat di atas ranjang, Jiwa dan Ayuda jatuh ke alam mimpi. Paginya Ayuda terjaga dengan kepala yang terasa berputar, dia melihat pria yang baru saja merenggut kehormatannya masih terbaring di sampingnya. Ayuda masih mencoba berpikir apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa pria ini menyebut kata bayaran, kabur dan juga hamil. Ayuda tak menyangka dia akan mengalami hal semacam ini di hidupnya, padahal dia datang ke Indonesia untuk melakukan pekerjaan di perusahaan papanya yang sedang mengalami krisis.Beberapa menit kemudian Jiwa nampak bangun, pria itu menatap dingin Ayuda yang duduk menekuk kaki di atas sofa.“Aku akan datang lagi untuk membawamu ke dokter, jadi jangan melakukan hal-hal yang akan merugikan dirimu sendiri,” ancam Jiwa. Dia bangkit dan memunguti pakaiannya yang berceceran. Pria itu mengenakannya kembali tanpa peduli dengan perasaan gadis yang dia renggut kehormatannya dengan paksa itu .Ayuda hanya diam dan masih mencerna semuanya, dia bahkan harus rela mera

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 3 : Bukan Menjual Diri

    Aldi memilih untuk menunggu di lobi. Namun, sudah hampir satu jam di sana nyatanya Ayuda tidak kembali juga ke hotel. Aldi mulai gelisah, dia pun menghubungi sekretaris Affandi untuk membantu berbicara ke pria itu, siapa tahu Ayuda bisa dihubungi oleh papanya.“Apa?”Aldi terperanjat saat sekretaris Affandi yang bernama Hari memberitahunya bahwa saat ini Affandi juga panik, setelah menelepon putrinya tapi tidak ada jawaban.“Apa mungkin dia diculik?” tanya Hari. “Bagaimana kalau lapor polisi?”“Diculik? Lapor polisi, ini belum ada satu kali dua puluh empat jam, tentu polisi belum mau menerima laporan, sebaiknya aku minta saja pihak hotel membukakan pintu kamarnya,” kata Aldi. Pria itu bergegas menuju meja front office lagi dan mengatakan bahwa ada kejanggalan yang terjadi.Awalnya pihak hotel menolak, Aldi bahkan harus berdebat dengan manager hotel. Hingga dia mengancam jika ternyata Ayuda pingsan atau mengalami keadaan darurat di dalam kamar, maka pihak hotel harus beranggungjawab.M

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 4 : Visum

    BRAKSatu suara disusul dengan bunyi keras membuat Ayuda yang baru saja memejamkan mata terbangun. Ia mendengar suara ribut lantas bangkit dari atas kasur. Ayuda mendekat, tapi tanpa sengaja kakinya menginjak sisa pecahan vas bunga, dia pun meringis dan kakinya nampak mengeluarkan darah.“Brengsek! berani-beraninya kalian menyekap putriku!”Mendengar suara itu, wajah kuyu Ayuda berubah. Ada binar harapan di matanya mendengar suara garang pria yang sangat memanjakannya. Dengan sisa tenaga, Ayuda menggedor pintu sambil berteriak.“Papa, apa itu Papa? Papa tolong!”Tak lama setelah dia berteriak, suara ribut-ribut itu terdengar semakin dekat, hingga Ayuda mundur ke belakang karena melihat bayangan beberapa orang dari celah bawah pintu. Air mata gadis itu berlinang membasahi pipi, tapi seketika dia hapus karena tidak ingin terlihat lemah di depan orang lain. Ya, begitulah Ayuda, tidak ingin menunjukkan sisi rapuhnya sebagai seorang wanita.“Ayuda!” teriak Affandi setelah pintu didobrak p

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 5 : Rencana Ayuda

    Ayuda diam di kamar hotelnya. Ia termenung mencoba mencerna apa yang terjadi. Gadis itu benar-benar syok saat Affandi berkata dia memang memiliki saudara kembar. Papanya itu belum menjelaskan alasan memisahkan dia dan saudari kembarnya, yang jelas Ayuda merasa sangat kecewa dan marah ke Affandi. “Harusnya semua ini tidak terjadi kepadaku,” sesal Ayuda. Ia menekuk kedua kaki lalu menggunakan lututnya sebagai bantalan kepala. “Tapi jika bukan aku pasti dia yang akan mengalami semua hal buruk ini.” Ayuda diambang bimbang. “Bagaimana dia menjalani hidup sampai bisa dijual ke pria sakit jiwa itu?” gumam Ayuda lagi. Dia terus memikirkan nasib saudarinya, berharap bisa bertemu segera. “Di mana dia sekarang? Apa dia sengaja melarikan diri?” Ayuda kembali bertanya-tanya ke dirinya sendiri, hingga dia lelah dan memilih untuk merebahkan tubuhnya ke ranjang. _ _ “Kalian benar-benar tidak becus,” bentak Affandi. “Andai saja kalian mencari orang yang bisa membersihkan rumah dengan baik, pasti

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 6 : Halo, Tuan!

    Sore itu seorang pria berkaos hitam lusuh nampak duduk di depan Jiwa dan Wangi di sebuah restoran mewah. Pria yang merupakan ayah tiri gadis bernama Arra itu bernama Bowo. Pria yang sudah menjual anak tirinya sendiri demi uang itu gemetaran, saat Wangi berkata bahwa putri tirinya berani memukul kepala Jiwa menggunakan vas bunga sampai terluka.Wangi ingat, awal perkenalan mereka sekitar tiga bulan yang lalu, di mana saat itu dirinya dibantu sang manager mencari gadis yang bisa dijadikan alat untuk mengandung dan melahirkan anaknya dan Jiwa, tapi ternyata rencana yang sudah Wangi susun tidak berjalan mulus. Banyaknya prosedur yang dilalui, hingga dokter yang enggan melakukan tindakan medis melawan hukum karena mereka ingin memakai ibu pengganti. Alhasil, Wangi harus memaksa Jiwa menyetubuhi Arra. Dan jika ada satu wanita gila di dunia ini yang rela membiarkan perbuatan itu terjadi, dia adalah Wangi – si ambisius.“Kamu tahu, setelah membuat suamiku terluka anakmu kabur dari villa. Oran

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 7 : Membuat Keributan

    Terang saja Jiwa heran dengan tingkah gadis yang dirasanya sangat berani ini. Ia hampir menepis tangan Ayuda tapi gadis itu lebih dulu menjauhkan tangannya.“Kamu tidak akan bisa menyentuhku lagi kecuali aku yang menginginkannya,” ucap Ayuda. Ia kini menatap Wangi yang kebingungan. Dengan senyuman miring, dia menjinjitkan kaki lalu berbisik ke telinga Jiwa, matanya masih menatap ke arah wangi. Alih-alih berbicara lirih, dia malah sengaja mengeraskan suara.“Aku datang ke sini untuk meminta pertanggungjawaban.” Ayuda tersenyum, dia membuat Wangi geram dan mendorong pundaknya menjauh.“Berani-beraninya kamu!” Wangi mengangkat tangan ingin menampar Ayuda tapi gadis itu lebih dulu mencekal dan bahkan mencengekeram erat tangannya.“Apa kalian tahu siapa aku? aku bukan gadis yang … ““Sudah jangan bertengkar!” Jiwa memotong ucapan Ayuda karena tahu sang mama sedang menguping pembicaraan itu. Ia memberi kode ke Wangi dan istrinya itu pun paham, sedangkan Ayuda lagi-lagi tersenyum sinis.“Kit

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 8 : Menyebar Gosip

    Ayuda menatap keluar jendela mobil, senyum seringai terbit di bibirnya yang berpulas lipstick berwarna merah menyala . Ia sudah bertekad mengacaukan hidup Jiwa. Bukan hanya karena perbuatan pria itu yang salah sasaran dan merenggut paksa kehormatannya, tapi juga karena Ramahadi yang merupakan saingan bisnis papanya. Sejak awal Affandi sudah memintanya untuk mengambil alih perusahaan yang ada di Indonesia, tapi Ayuda masih gila belajar dan bahkan berniat mengambil S3 di Inggris.Kepulangannya ke Indonesia sejatinya untuk membantu sang papa menangani masalah. Affa Company yang didirikan oleh Affandi berpuluh-puluh tahun lalu sedang dilanda krisis, karena gejolak ekonomi yang tidak menentu belakangan ini. Namun, nahas Ayuda malah harus mengalami kejadian yang tak pernah dia sangka di hidupnya.Ayuda masih terus menatap jendela, dia mengingat ucapan Affandi kemarin saat dirinya mencecar pria itu dengan banyak pertanyaan, terutama kenyataan bahwa dia terlahir kembar.“Kamu memang memiliki

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 9 : Mau Dimadu

    PLAKSatu tamparan mendarat di pipi Jiwa. Pria itu keluar saat mendengar suara berisik di depan kamarnya tadi, dia tak menyangka papanya sudah berdiri di depan pintu dan langsung melayangkan tangan. Jiwa menoleh sambil memegangi pipinya yang terasa panas.“Bagaimana bisa kamu memperkosa anak Affandi, apa kamu sudah gila? sudah Papa bilang jangan minum-minum dan pergi ke club! Kalau kamu ingin bebas dan tidak mau Papa atur pergi seperti yang adikmu lakukan!” amuk Ramahadi. Ia pikir sang putra sulung berada di bawah pengaruh minuman keras saat melakukan perbuatan itu.Jiwa tak bisa membantah, dia seolah tak berdaya jika berhadapan dengan sang papa. Bahkan selama ini dia selalu mengikuti aturan dan perintah Ramahadi bagai kerbau yang dicocok hidungnya.“Semua ini salah paham, Pa!” Wangi mencoba membela sang suami, tapi Ramahadi terlanjur tak percaya dengan bukti-bukti yang sudah ditunjukkan Affandi padanya.“Puluhan tahun Affandi menjadi musuhku di dunia bisnis, dan kini dia berani datan

Latest chapter

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Ayuda Jiwa

    Pelukan, kasih sayang dan senyuman tulus kini bisa Jiwa rasakan setiap hari. Hidupnya sudah lengkap dengan kehadiran istri yang sangat dia cintai, juga putri cantik yang semakin hari semakin pintar. Jiwa berdiri sambil memegang cangkir kopi di tangan, dia memandang ke arah Nala yang sudah mulai belajar berjalan bersama bik Nini. Sementara itu, Ayuda bertelanjang kaki menemani dengan perut yang nampak membuncit. Nala, dia pasti terlihat seperti saudara kembar dengan adiknya nanti. “Nala pintarnya!” puji Ayuda, putrinya itu tertawa dan memeluk kakinya. Dia sedikit kesusahan untuk mengusap punggung sang putri karena terganjal perutnya yang sudah besar. Dengan bantuan bik Nini, Ayuda akhirnya bisa menggendong Nala. Namun, tak diduga Jiwa langsung berlari dan meminta Ayuda untuk tidak melakukan itu. “Sayang, kasihan adik Nala nanti,”ucap Jiwa. Bik Nini yang melihat tuannya sangat posesif pun tersenyum. Ia bahkan dibuat malu sendiri dengan tingkah Jiwa yang over protective. “Dari pada

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Aldi Dira

    Aura pengantin baru terpancar jelas dari wajah Dira. Kembaran Ayuda itu nampak sedang duduk bersama mertua dan saudara-saudara Aldi di teras sambil bercanda. Ibunda Aldi menceritakan bagaimana masa kecil pria itu, sampai aibnya yang masih suka minum susu menggunakan dot meski sudah kelas 5 SD.“Besok kalau kamu hamil banyak-banyak sugesti calon bayimu, jangan sampai kayak bapaknya.”Dira tertawa, dia tak sadar Aldi sedang memandanginya. Pria yang sudah resmi mempersuntingnya itu sibuk membantu merapikan kursi yang dipinjam dari RT untuk acara pengajian.“Lha … gimana nggak kayak bapaknya, Bu? Kalau aku hamil ‘kan memang anak mas Aldi, kalau nggak mirip nanti bisa-bisa malah menimbulkan fitnah,”kata Dira.“Maksudnya sifatnya yang jelek-jelek itu lho, Ra!”“Mas Aldi nggak punya sifat jelek, Bu. Mas Aldi itu sempurna buatku.”Aldi yang mendengar pujian sang istri seketika malu. Pipinya bahkan merona merah sedangkan Dira terlihat sangat santai meski orang-orang bersorak menggoda.“Ya begi

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Raga Sienna

    Pernikahan adalah impian setiap wanita, apalagi menikah dengan pria yang sangat dicintai. Begitu juga dengan Sienna, dia tidak pernah menyangka hatinya akan tertambat pada pria casanova seperti Raga. Meski tahu bagaimana sepak terjang pria itu, tapi Sienna yakin, suaminya itu kini sudah berubah. Ibarat panci bertemu tutupnya, mereka saling melengkapi. Membangun pernikahan yang sebenarnya mereka sendiri masih belum begitu yakin.Namun, Raga dan Sienna yakin mimpi-mimpi dan rencana akan mereka temukan seiring berjalannya waktu. Seperti saat ini. Mereka harus menunda bulan madu karena Sienna harus menghadapi ujian semester."Boleh aku bicara serius?" tanya Raga saat mereka berada di dalam salah satu kamar villa milik Ramahadi.Raga teringat akan Ayuda yang mual-mual tadi, setelah ditanya kakak iparnya itu menjawab dia memang belum datang bulan sejak melahirkan Nala. Kata Linda, kemungkinan besar Ayuda pasti hamil lagi."Bicara serius? Apa?"Sienna yang memakai paha Raga sebagai bantalan

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 223 : Adik Nala (TAMAT)

    Tiga bulan kemudianHari yang membahagiakan untuk semua orang akhirnya tiba. Ramahadi mengajak seluruh keluarganya pergi ke villanya yang dulu digunakan Ayuda untuk bersembunyi.Raga baru seminggu menikah dengan Sienna. Bulan madu mereka pun tertunda karena Sienna harus menghadapi ujian semester minggu ini. Raga tidak mau kalau sampai kuliah istrinya itu terganggu hanya karena bulan madu - yang sejatinya sudah sering mereka lakukan sebelum menikah.Affandi juga hadir, dia menerima undangan dari Ramahadi dengan penuh suka cita. Awalnya Affandi ingin mengajak Dira ke sana, tapi putrinya itu lebih dulu menerima ajakan dari sang mertua untuk berkumpul di rumah keluarga besar Aldi.Ayuda nampak memangku Nala, dia menyusui putrinya sambil menatap keluar jendela di mana papanya tengah sibuk mengobrol dengan sang mertua. Ayuda menepuk pantat Nala lembut, dia menoleh kaget kala Jiwa keluar dengan membawa buku - yang dulu selalu menjadi teman saat dirinya merasa kesepian tinggal sendiri di sana

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 222 : Sayang!

    Di saat putra putri mereka sedang berdua dan kembali meleburkan asa, Affandi dan Ramahadi duduk bersama. Ramahadi tak menyangka pria yang seumur hidup terus menganggapnya musuh kini mengajaknya bicara. Affandi bahkan mengeluarkan satu kata yang dia rasa mustahil untuk didengar. “Maaf!” Ramahadi tentu tak bisa percaya begitu saja, setelah hampir berpuluh-puluh tahun menganggapnya musuh, kini Affandi mengucap kata maaf dan terdengar begitu sangat tulus. “Aku tahu perbuatanku salah, dan selama ini aku terlalu malu untuk mengakuinya. Mungkin, pertemuan Ayuda dan Jiwa adalah takdir yang memang sudah ditetapkan, hingga akhirnya aku bisa sadar,”ungkap Affandi panjang lebar. Hening, Ramahadi tak langsung membalas permintaan maaf Affandi. Ia mencoba mencerna dulu, menimbang apakah pria itu tulus atau hanya sekadar meminta maaf agar dirinya tak lagi menaruh prasangka. “Aku sudah lelah bekerja, aku ingin menyerahkan perusahaan ke anak-anakku, dan aku ingin hidup tenang bermain bersama cucu,”

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 221 : Penuh Kasih

    Terkesan nakal, tapi begitulah naluri manusia dewasa. Mereka memiliki birahi yang butuh disalurkan. Ayuda tahu perbuatannya membuat Jiwa semakin ingin menerkamnya. Namun, bukankah itu yang mereka inginkan? Ayuda memindai manik mata Jiwa, di sana terlihat penuh cinta, berbeda dengan tatapan mata pria itu saat pertama kali menyentuhnya. Tak ada perasaan hangat seperti ini, Jiwa bahkan mencekoki dirinya obat perangsang agar nafsunya tersalurkan tanpa perlu ikatan seperti saat ini. Jiwa membelai pipi Ayuda, mencium setiap bagian wajahnya seolah setiap incinya tak ingin terlewatkan untuk dia cicipi. Pria itu menghentikan sapuan bibir di hidung bangir sang istri, sorot matanya seolah meminta izin. “Bisakah aku bisa melakukannya jauh lebih dari ini.” Ayuda tersenyum tipis, tangannya menarik tengkuk Jiwa hingga bibir mereka kembali bertaut. Mereka sama-sama memejamkan mata, menyelami setiap perasaan cinta yang membara. Perlahan tangan Ayuda melonggar dan beralih membuka kancing kemeja Jiw

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 220 : You Are Mine

    Dira masih berada di pelukan Ayuda, meski tak mau membalas pelukan saudaranya, tapi Dira menyandarkan kepala ke pundak ibunda Nala itu. Ia masih tergugu, tak menyangka satu orang datang lagi ke rumahnya dan masuk dengan wajah kebingungan. Aldi menjadi pusat perhatian semua orang, sampai Ayuda melonggarkan pelukan dan Dira memanggil dengan manja nama pria itu.“Mas Al!”“Ra, kenapa kamu menangis?” tanya Aldi bingung, dia hanya diberitahu Affandi akan datang, tapi jika tahu akan membuat calon istrinya menangis, tentu saja Aldi akan melarang. Alih-alih berada di sana tepat waktu, Aldi terjebak lampu merah beberapa kali.“Pak, ini bukan seperti yang Anda janjikan, bukankah ….”Aldi menjeda kata, Dira yang masih sesenggukan mendekat dan memberitahu Aldi kalau Affandi baru saja berkata akan menikahkannya.“Benarkah?” Aldi nampak bahagia. Ia raih tangan Affandi dan menggoyang-goyangkannya beberapa kali.Meski awalnya kesal, tapi Dira tertawa melihat kelakuan Aldi. Ayuda lega karena yakin Dir

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 219 : Kejutan Untuk Dira

    Setelah Jiwa berangkat ke kantor, Ayuda tak langsung pergi ke rumah Dira. Ia malah berdiri di depan lemari baju, bingung memilih pakaian mana yang cocok dia kenakan untuk malam spesial yang Jiwa katakan tadi. Ayuda menekuk bibir ke dalam lalu memajukannya lagi, bunyi decapan lidahnya membuat bik Nini yang baru saja masuk untuk menata baju Nala keheranan.“Non, cari apa?”Ayuda menggeleng, wanita itu sedang berpikir mana mungkin memakai gaun yang sama di depan Jiwa. Apalagi dia sama sekali tidak memiliki satu pun baju tempur selain piyama satin yang sering dia pakai karena praktis saat menyusui Nala.“Seharusnya aku pergi shopping kemarin,”ucap Ayuda.Bik Nini tentu saja semakin heran, dia sejajari Nonanya itu dan kembali bertanya,”Non cari apa?”“Linger … “ Ayuda keceplosan, matanya melotot menoleh bik Nini dan melempar senyuman canggung.Pembantunya itu pun menarik sudut bibir, tersenyum aneh sambil menaikturunkan alis mata. Bik Nini berhasil membuat Ayuda merasa malu, dia pasti tahu

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 218 : Apa Sudah?

    Sejak pagi, Jiwa terus saja menampakkan wajah riang. Ia memandangi sang istri yang sibuk melakukan tugas merawat putrinya seperti biasa. Jiwa membuat Ayuda salah tingkah setelah semalam wanita itu menjawab pertanyaannya dengan kata ‘ya’.“Apa sudah?”“Berhenti bertanya apa sudah – apa sudah,”amuk Ayuda. Pipinya merona merah karena Jiwa bersikap sangat agresif. “Aku mau bertemu papa dan Dira dulu, kamu cepat bersiap sana untuk pergi bekerja!”Jiwa tak menggubris ucapan Ayuda, dia malah melingkarkan tangan di pinggang wanita itu yang sedang menggendong putrinya.“Jiwa!” bentak Ayuda.“Malam ini aku akan memberi bonus ke Bik Nini untuk menjaga Nala, kita bisa pakai apartemenku untuk melakukan itu.”“Melakukan apa?” Ayuda dengan sengaja menggoyangkan pinggang untuk membuat Jiwa melepaskan tangan. Namun, pria itu terlalu kuat dan membuatnya berakhir pasrah karena Nala ada di pelukannya.“Jangan berpura-pura! aku tahu kamu tidak sepolos itu, bahkan saat tidur kamu sesekali nakal dengan meng

DMCA.com Protection Status