Share

Ternyata Duda

Author: Kocakaja
last update Last Updated: 2023-01-08 19:43:10

Betapa terkejutnya Helga begitu turun dari motor ojek online, dilihatnya sosok berumur tengah berbincang dengan sang kakek. Helga bisa menebak bahwa yang berdialog dengan Adi tak lain dan tak bukan adalah calon mertuanya, Hans Anderson. 

Mengetahui dirinya datang, sang kakek lantas melambai dan menyebut namanya. “Helga! Kemarilah!” titah Adi dan Hans yang memerhatikan ikut melihat ke arah Helga berada. Gadis itu pun makin cepat berjalan menuju teras. “Tuan Hans akan membawamu ke butik, pergilah bersamanya.”

Bagai disambar petir, tubuhnya tiba-tiba kaku. Helga bahkan hanya melotot menatap Adi, antara terkejut dan protes karena sungguh dadakan. Ia pikir sang kakek tengah memohon pada Hans untuk mengulur hari pernikahannya, tapi ternyata permintaan calon mertuanya yang tak ingin dia dengar. 

Hans mengajaknya dengan menunjuk mobil yang terparkir di halaman rumahnya. “Mari, masuk ke mobil, Nak,” ucap Hans. 

Gadis itu tak langsung setuju, tapi berlari ke arah Adi. “Bukankah ini terlalu cepat, Kek?” tanya Helga dengan suara bergetar dan meraih tangan sang kakek. “Bisa diulur lebih lama lagi?” tambahnya dengan tatapan memohon, dan hal itu semakin membuat Adi merasa bersalah padanya. “Aku pikir Kakek ingin mengajukan pertimbangan lagi, supaya pernikahan ini diundur lebih lama lagi.”

“Tidak ada yang perlu kau takutkan, Nak,” sahut Hans yang ikut mendekat. “Tidak ada yang harus kau khawatirkan. Kau masih bisa meneruskan pendidikan meskipun menikah dengan anakku.”

“Benar, Helga. Ikutlah Tuan Hans.”

“Aku ingin Kakek ikut,” jawabnya yang disetujui Hans. 

Pria itu pun meminta Helga masuk ke dalam mobil lebih dulu. Sementara dirinya dan Adi masuk kemudian. Ketiganya berangkat dengan menaiki mobil hitam elegan milik Hans yang tiga tahun lalu masih dikendarai oleh Adi. Karena alasan umur yang sudah menginjak angka lima puluh lima tahun, Hans memberhentikan Adi dan meminta bawahan sekaligus temannya itu untuk beristirahat.

Di dalam perjalanan itulah Helga baru teringat akan foto dari Nafa, di mana Hadyan tengah berada di pusat perbelanjaan bersama seorang perempuan. Tentunya Helga tersenyum senang, ia bisa menunjukkan foto itu pada Hans dan menjadikan cincin yang dipakai Hadyan sebagai alasan untuknya menolak pernikahan ini. 

Dengan muka semangat, ia pun meminta foto sang dosen pada Nafa. Jelas Nafa menghujaninya dengan berbagai pertanyaan sebelum mengirimkan foto itu padanya. Butuh kesabaran untuk memohon sampai Nafa akhirnya mengirimkan foto dua manusia bak sepasang suami istri yang harmonis tersebut, walau berujung Nafa menuntut penjelasan Helga. 

“Maaf Tuan Hans, saya ingin bertanya dan tolong jawab dengan jujur,” ujarnya sambil menatap layar ponsel yang menampilkan sosok Hadyan dengan sang wanita.

“Baiklah, tanya saja apa pun itu, aku akan menjawabnya, Nak.”

“Apakah pak Hadyan sudah menikah?” tanyanya yang membuat Hans menoleh ke belakang, ke arahnya, dengan tatapan bingung lalu tertawa kecil. “Mengapa Tuan tertawa?”

“Helga,” cegah Adi karena merasa sang cucu sudah berlebihan bertanya.

Tanpa banyak bicara lagi, Helga pun menunjukkan foto itu pada Hans. Foto yang hampir menampilkan seluruh tubuh anaknya dan bergandengan dengan seorang wanita. “Tuan bisa lihat dengan sangat jelas bahwa itu adalah anak Tuan.”

“Apa maksudmu, Helga?” tanya Adi yang juga ikut menoleh. Begitu melihat ke arah handphone sang cucu, ia tak lagi bersuara.

“Lihat cincin yang dipakai mereka, bukankah ini sebuah cincin pernikahan? Mereka juga tampak bahagia. Oh, atau ... mungkinkah mereka menikah diam-diam tanpa sepengetahuan Tuan?”

Tiba-tiba mobil yang ditumpangi mereka berhenti. Disusul dengan suara sopir yang memberitahu bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan. “Mari kita turun, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu di dalam,” terang Hans dengan senyum penuh wibawa.

Helga yang merasa masih ada kesempatan untuk lepas dari perjodohan, dengan ragu-ragu turun setelah Adi dan Hans keluar. Ketiganya memasuki butik, dan disambut oleh pekerja di sana dengan sangat ramah. Hans pun meminta ruangan khusus, dan dengan cepat mereka di antar ke sebuah ruangan besar. 

Hans duduk di sebuah single sofa. Helga dan Adi diminta Hans untuk duduk di depannya. Adi yang merasa bersalah tiba-tiba menyeletuk, “Maaf, aku belum menceritakan semuanya pada cucuku.”

“Tidak apa-apa.”

“Jadi, apa benar pak Hadyan sudah menikah?”

“Benar, tapi itu dulu. Anakku sudah menduda cukup lama, bahkan sebelum Adi berhenti menjadi sopir pribadiku.”

Helga sungguh terkejut sekarang, ia baru tahu bahwa dosennya itu seorang duda, lebih tepatnya duda keren nan genit yang digandrungi seluruh mahasiswi, kecuali dirinya pastinya. “Lalu, untuk apa mereka masih mengenakan cincin pernikahan?” Helga sangat tak mengerti dengan jalan pikiran orang-orang itu. “Dan untuk apa mereka berdua berpisah jika masih saling mencintai?” 

“Kau salah, Nak. Anakku tidak mencintai wanita mana pun. Hatinya sudah mati sejak perselingkuhan yang dilakukan oleh mantan istrinya, Ilana Johnson,” balas Hans sembari melirik tangan Helga yang menggenggam ponsel. “Keduanya terlihat dekat demi anak mereka, dan kepentingan pekerjaan Ilana sebagai model di luar negeri. Di dalam foto itu seharusnya ada diriku yang tengah menggendong cucuku, Ivander."

Ingin sekali Helga membantah itu semua dan mengeluarkan segala keburukan Hadyan di kampus yang sering gonta-ganti perempuan. Namun, ia belum punya bukti apa pun. Bisa-bisa dirinya dianggap menyebar fitnah. Tahu begini ia ikut bergosip saja saat di kampus, agar foto-foto Hadyan bersama para gadis bisa dia kantongi.

“Jadi, aku harus menikahi anak Tuan yang duda beranak satu itu?”

“Ya, dan aku mohon padamu ... buatlah dia kembali seperti Hadyan yang dulu.” Hans bangkit dari sofa dan mendekati Helga dengan ekspresi penuh memohon. “Aku percayakan dia padamu. Kau pasti bisa menumbuhkan cinta di hatinya kembali, Nak Helga.” Sembari mengeluarkan gawai, Hans mengotak-atik sebelum memberikan ponselnya pada Helga lalu berkata, “Jika tidak, tolong pikirkanlah cucuku.”

Adi mengangguk dan merangkul sang cucu. “Dia bukan hanya membutuhkan kasih sayang orang tua, tapi juga teman dan perhatian, terutama cinta seorang ibu. Nasibnya hampir sama sepertimu, bedanya orang tuanya masih hidup.”

“Apa selama ini pak Hadyan mengabaikan buah hatinya yang masih kecil ini?” Hans dan Adi mengangguk. Tampak raut wajah tak tega terpasang di muka Helga. Adi memandangi sang cucu sembari menepuk-nepuk pundaknya. “Siapa namanya?” tanya Helga setelah cukup lama memerhatikan foto dari sosok balita tampan bersama senyum mengembang di atas pangkuan Hans. 

“Ivander Gerald Anderson,” balas Hans yang membuat Helga berdiri dari tempat duduknya. Gadis itu menyerahkan benda pipih berwarna hitam pada sang pemilik dengan muka datar. Hans menerimanya lalu kembali membuka mulutnya. “Jadi, bagaimana? Kau akan menikah dengan anakku tanpa terpaksa?” tanya Hans masih dengan tatapan memohon. “Hanya kaulah gadis yang terlihat tulus di mataku, Nak.”

Adi ikut berdiri dan mendekat pada Helga. “Jangan lupakan biaya perkuliahanmu selama ini. Semua itu bantuan dari Tuan Hans, Helga. Kita berhutang budi padanya,” timpal Adi yang membuat Helga menghela napas lalu melepas pegangan tangan sang kakek di lengannya.

“Aku setuju.” Helga menjawab sambil membelakangi dua pria berumur yang sama-sama tersenyum lega. “Tapi dengan satu syarat,” sambungnya sebelum membuka pintu ruangan. 

Adi yang kaget memperingatkan, “Jangan melewati batas, Helga. Ingat diri, kita ini siapa.”

Hans tiba-tiba bertanya, “Apa syaratnya?” Pria itu penasaran. Dari awal ia sudah tertarik dengan Helga, dan ternyata dugaannya benar, Helga bukan gadis polos yang selalu menurut.

Related chapters

  • Istri Muda Pak Dosen   Menikah

    Helga balik badan sambil mengutarakan, “Karena calon suamiku sudah bercerai, aku ingin mereka tidak menunjukkan kemesraan di depan publik.”“Bagaimana bisa?! Kau jangan meminta yang aneh-aneh!” pekik Adi tampak murka. “Ingat, Helga ... selama ini kau dibantu Tuan Hans!”“Aku cuma meminta hakku sebagai calon menantunya. Bukankah itu masih menjadi hakku? Aku tidak mau calon suamiku dicap sebagai pria hidung belang,” terang Helga sebelum dia melewati pintu. “Selagi aku memilih gaun pernikahan, tolong pikirkan syaratku, Tuan Hans.”“Aku tidak bisa menyetujui syaratmu itu. Syaratmu sangat berpengaruh untuk karier mantan menantuku, dan dia tidak akan terima jika skandal perselingkuhannya muncul lagi.”“Lalu untuk apa aku dinikahi?” tanya Helga yang benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran keluarga Anderson itu, tidak ayah, tidak anak, ternyata semuanya sama saja. Terlihat bodoh hanya karena wanita.“Seperti kataku sebelumnya, jika kau keberatan menikah dengan putraku, tolong pikirka

    Last Updated : 2023-01-08
  • Istri Muda Pak Dosen   Istri yang Disimpan

    Acara pernikahan Helga dengan sang dosen masih berlanjut, namun kali ini lebih santai. Para kerabat Hans Anderson dan Hadyan Gavi Anderson dipersilakan menikmati hidangan yang ada. Beberapa dari mereka memilih untuk memberi selamat pada dua insan di atas panggung tersebut lebih dulu. Ditemani Ivander, pengantin baru itu menyalami kerabat mereka yang baris untuk memberi restu.Melihat Helga mengulurkan tangan, Ivander turut melakukan hal sama. Helga yang mengetahui itu tersenyum senang, otomatis merasa bahwa dirinya dijadikan panutan. Beberapa tamu yang bersalaman dengannya, membuat senyum tulus Helga terbingkai. Tiba di mana seorang wanita yang pakaiannya tak kalah seksi dengan gaun resepsi pernikahannya saat ini berdiri di depan sang suami.“Selamat untuk pernikahan kalian,” ucap wanita yang tersenyum lebar ke arah Hadyan, lalu memandang Helga. Tangannya terulur pada Hadyan dan menambahkan dengan suara berbisik, “Ingat, Honey ... pernikahan ini tidak boleh terekspos media, karena kit

    Last Updated : 2023-01-08
  • Istri Muda Pak Dosen   Malam Pertama

    Mau tidak mau, suka tidak suka, Hadyan menuruti perintah Helga. Perlahan-lahan tangan lelaki itu menjauh dari punggung Helga yang tak tertutupi oleh gaun mewah di tubuh ideal berkulit bersih nan mulus. Hadyan lantas mengalihkan fokusnya pada makanan yang tersedia di atas meja, dan memilih beef steak untuk mengisi perut kosongnya.Waktu yang berlalu di acara resepsi pernikahan Helga dan Hadyan terasa sangat lambat bagi mempelai wanita. Karena pernikahan dua manusia beda usia itu dilanjut dengan beberapa rangkaian acara seperti berdansa dan bernyanyi, warna langit di atas sana makin gelap. Pesta pun digelar hari itu juga, mengakibatkan pasangan yang baru sah itu merasa kelelahan, terutama si pengantin wanita.Rasa ingin cepat-cepat masuk ke kamar tidur tertunda saat rumah mewah terpampang di depan mata. Dari memasuki halaman saja Helga sudah dibuat tercengang dengan rumah Hadyan. Ternyata tempat tinggal Hadyan bersama keluarga kecilnya ini lebih besar dari rumah Hans yang sebelumnya dit

    Last Updated : 2023-01-08
  • Istri Muda Pak Dosen   Ibu Kandung Rasa Tiri

    Keesokan pagi harinya, Helga tidak melihat sosok sang dosen yang sudah menjadi suaminya. Di atas kasur berukuran besar, hanya dirinya yang terbaring di sana. Sedikit mengerang kesakitan, Helga berusaha duduk sambil membungkus penuh tubuhnya dengan selimut putih tebal. Perempuan berumur dua puluh satu tahun itu mengingat-ingat kembali kejadian semalam saat punggung bersandar pada kepala ranjang.Beberapa detik kemudian memori akan percintaan yang membuatnya kesakitan itu terputar kembali, juga perdebatannya dengan Hadyan. “Sial! Aku tidak percaya kenapa aku bisa ditaklukkan!” Mengacak-acak rambutnya yang sudah tidak rapi, Helga kecewa pada diri sendiri karena sadar kalau semalam kurang mampu menolak sentuhan Hadyan dan sang dosen sukses unboxing dirinya. “Oke ... semalam aku memang berhasil disentuh, tapi tidak akan ada malam-malam berikutnya!” Ia sungguh-sungguh pada ucapannya.Meringis ngilu, Helga pelan-pelan turun dari tempat tidur. Ia tak menyangka kalau malam pertama yang konon

    Last Updated : 2024-03-08
  • Istri Muda Pak Dosen   Cemburu?

    Helga yang sudah turun dari kursi, menoleh ke arah Ilana. Sambil tersenyum lebar, dia mengangguk. “Ya, aku wajib untuk merasa terbiasa, karena aku tahu kalau kalian berdua sebenarnya pasangan yang serasi. Sama-sama mura—ekhm, aku hampir kelepasan.”Ilana tampak marah, dengan tatapan tajam mengarah pada Helga. Sementara Hadyan masih sibuk sarapan, enggan meributkan hal yang baginya sepele. Helga yang melihat perubahan mimik wajah Ilana jelas merasa berhasil membuat Ilana geram padanya. Mengusap sekilas puncak kepala Ivander, Helga menambahkan, “Tidak jadi, ada anakku yang mendengar, dan aku tidak mau kepolosannya terkontaminasi.” Sesudah itu Helga benar-benar pergi ke dapur untuk membuat minuman dengan sepasang tangan di sisi tubuhnya terkepal kuat.Sesampainya di dapur, Sonya menatap Helga dengan perasaan tak enak hati. Helga melewatinya dan menuju lemari penyimpanan alat makan dan minum. Ia mengambil dua gelas, satu gelas besar untuk Ivander, dan yang sa

    Last Updated : 2024-03-10
  • Istri Muda Pak Dosen   Lihat Saja

    “Baguslah kalau diusir, berarti tahu etika kalau bertamu pagi-pagi sangat mengganggu,” lirih Helga sebelum menatap Ivander. Baru ingin menambah roti yang sudah teroles selai cokelat agar menjadi satu rangkap, Helga mendengar suara langkah kaki dari belakang.“Jangan salah sangka, aku tidak pernah mengusir tamuku,” ucap seseorang yang kembali bergabung. Lagi-lagi sanggup membuat kedua perempuan di sana tercengang. Meski begitu, Helga cepat-cepat menormalkan ekspresinya. Sementara Sonya segera meminta maaf karena asal bicara dan membereskan makanan sisa milik Ilana juga Hadyan, lalu pamit ke dapur. Helga yang memerhatikan Ivander, membantu mengelap mulut bocah tiga tahun itu karena kotor. Tanpa mengambil tisu, Helga menyeka cokelat di sudut bibir Ivander menggunakan punggung tangannya. Begitu telaten dan tak lupa untuk menyodorkan susu cokelat pada putra sambungnya.“Ilana terpaksa pergi karena mendadak ada pekerjaan. Jadi, satu minggu ini kau tid

    Last Updated : 2024-03-11
  • Istri Muda Pak Dosen   Itu Istrinya!

    “Entahlah,” jawab Helga seadanya. Masih melirik Nafa, dia bertanya, “Kamu tidak lihat aku sedang sibuk?”“Ya, aku lihat.” Nafa melirik sekilas ke layar laptop, lalu memandangi si pemilik laptop. “Omong-omong, Hel ... kenapa pak Hadyan hanya memberi tugas puisi untukmu? Lagi pula, dua bulan lalu kita sudah mendapat tugas itu.”“Hem. Aku tidak tahu.” “Segala tugas yang berkaitan tentang puisi sudah diselesaikan dari bulan lalu, 'kan? Pasti ada yang tidak beres dengan pak Hadyan.”Helga lagi-lagi membalas sesingkat mungkin. Ia sendiri menebak-nebak kalau apa yang dilakukan Hadyan itu hanya untuk mengerjainya saja. Bagaimana tidak? Dari sekian banyaknya mahasiswa di kelas, hanya dirinya yang diminta untuk membuat puisi. “Memang cari masalah,” batin Helga sambil membuka botol berisi air mineral. Sebelum merevisi laporannya yang kurang sempurna di mata sang dosen playboy, tubuhnya harus terhidrasi.“Tema puisinya romantis ...,” lirih Nafa. Tan

    Last Updated : 2024-03-12
  • Istri Muda Pak Dosen   Tidur Sendiri

    Sore harinya di saat jam sudah menunjukkan pukul tiga lebih, Helga yang berjalan di tengah-tengah kedua temannya merasa cukup resah. Bukan tanpa alasan, itu terjadi karena pesan dari Hadyan yang meminta dirinya untuk datang ke ruangan sang suami. Ditambah resah lagi saat Nafa mengatakan, “Aku pulang, Hel. Bersiaplah untuk pasang telinga.”“Semoga tugasmu sudah benar di mata kesayanganku,” sahut Emma menambahkan. Kali ini ucapan Emma membuat hatinya merasa sedikit aneh. Ada ketidaksukaan kala mendengar kata ‘kesayangan’ meluncur dari bibir sahabatnya. “Apakah perlu aku temani?”“Kau mau menemaniku menemui Pak Hadyan?”“Mau,” jawab perempuan berkemeja merah itu cepat. “Sangat mau!” Nafa yang mendengar balasan Emma itu menggeleng dan tertawa. “Kamu selalu suka kalau bertemu pak Hadyan.” Nafa melipat tangannya dan menambahkan, “Kalau aku sudah tidak terlalu mengidolakan begitu tahu dia ternyata milik orang.”“Boleh kalau ditawari jadi yang k

    Last Updated : 2024-03-12

Latest chapter

  • Istri Muda Pak Dosen   Calon Adik

    Hari berganti hari, tetap dilalui Hadyan dan Helga dengan waspada meskipun dua minggu ini Hans tinggal bersama mereka. Selama itu pula mereka tidak melihat adanya kejanggalan, bahkan Hans semakin dekat dengan Ivander.Hal itu juga yang membuat Helga berusaha menerima kebaikan Hans lagi, dan mengesampingkan pikiran negatif tentang sang ayah mertua. Seperti sore ini contohnya, saat ia tengah mengajari Ivander berhitung.Hans yang melihat Helga sibuk mengajar cucunya, tiba-tiba saja membawakan potongan buah apel dan mangga dari dapur.Setelah Sonya memotong kedua buah itu dan memasukkannya ke dalam mangkuk besar, Hans bersikeras membawakannya kepada menantu dan sang cucu.“Wah, apa itu?!” seru Ivander yang melihat langkah Hans mendekat ke posisinya dan Helga duduk.Keduanya tengah duduk di atas karpet bulu sambil bersandar pada sofa yang ada di belakang tubuh mereka. Sementara Hans yang berjalan mendekat itu tersenyum lebar melihat antusias Ivand

  • Istri Muda Pak Dosen   Tinggal Serumah

    Seseorang yang diketahui Hadyan dan Helga sebagai sopir pribadi Hans tiba-tiba mengeluarkan koper dari bagasi mobil. Ia menyeret koper hitam tersebut dan berjalan menuju Hans.“Papa menyesal. Papa tidak ingin mengganggu kebahagiaan kalian, tapi Papa ingin tinggal serumah denganmu dan menantu Papa, Gavi.”“Semudah itu Papa menyesal?” Hadyan berdecih. “Aku tidak percaya.”Bagaimana bisa dia percaya akan perubahan sang papa yang tiba-tiba? Dia bukan anak kemarin sore yang mudah dibohongi. Terlebih-lebih Hans telah memintanya pergi dari rumah maupun berhenti bekerja di resto. Semua harta milik Hans wajib dikembalikan atas perintah pria itu sendiri, padahal dirinya adalah anak kandung Hans.“Papa sungguh meminta maaf pada kalian berdua, Helga,” balasnya yang membuat Helga berdeham singkat dan melirik Hadyan. “Papa sadar, kebahagiaan yang sebenarnya adalah melihat orang terdekat Papa bahagia dan menemani Papa sampai akhir hidup Papa,

  • Istri Muda Pak Dosen   Mengusik?

    Helga tidak berhenti menatap kagum pada rumah minimalis pemberian Hadyan. Rumah baru mereka tidak besar maupun megah, tetapi tampak asri di bagian depan. Halaman yang tidak terlalu luas itu bisa dipakai untuk memarkir mobil sekaligus motor besar sang suami. Sisi lain halaman rumahnya terdapat taman kecil yang ditumbuhi bunga melati juga kembang sepatu. Helga pun bisa bersantai di taman itu karena tersedia bangku yang terbuat dari kayu beserta meja bulatnya. Walau tidak besar, tapi entah mengapa Helga bisa bernapas lega dan sangat senang ketika memandang rumah itu.“Tidak ada yang bisa mengganggumu lagi,” lirih Hadyan. Sepasang tangannya melingkar di pinggang Helga. Dengan dagu yang diletakkan ke pundak kiri sang istri, ia lanjut berkata, “Maaf, karena aku terlambat mengajakmu pindah kemari, Baby.”“Kita pindah ke sini hari ini saja sudah membuatku senang,” sahut Helga yang membuat pelukan di pinggangnya mengencang.Ivander yang tengah berkeliling

  • Istri Muda Pak Dosen   Lembaran Baru

    Kini Helga sudah bisa bernapas lega, selain sidang akhir dan yudisium sudah dilaksanakan, waktu untuk wisuda telah ditentukan. Tahun depan istri muda Hadyan tersebut bisa lulus kuliah dengan gelar sarjana. Berkat hobi membaca ditambah dengan jurusan yang digelutinya, Helga bisa menjadi editor di salah satu perusahaan penerbit buku.Meski sibuk bekerja, Helga tidak pernah lupa menyempatkan waktu untuk Ivander. Ia tetap mengantar Ivander ke sekolah seperti biasa. Di hari libur pun Helga mengajak Ivander dan Hadyan berjalan-jalan.Seperti pagi ini contohnya. Tempat untuk menghabiskan waktu bersama yang dipilihkan Helga kali ini berbeda. Bagaimana tidak, Helga mengajak mereka berkemah selama dua hari satu malam.Di wisata perkemahan, ketiganya sampai dengan selamat dan segera memasuki tenda yang sudah disediakan. “Ivander jangan main dulu dong,” kata Helga saat bocah itu hendak bermain dengan mobil-mobilan. “Tolong bantu Mama menyiapkan sosis dan bakso dulu, y

  • Istri Muda Pak Dosen   Pindah Rumah

    “Mana mungkin!” balas Helga seraya tertawa pelan sebelum rasa mual itu kembali menyerang. Lalu mengelap mulutnya dengan punggung tangan. “Aku pasti cuma kelelahan.”“Kalau begitu kita ke rumah sakit.”“Gak perlu, Pak Hadyan.” Mendengar panggilan menyebalkan itu, Hadyan mencium kilat bibir Helga.Refleks, Helga memukul lengan Hadyan. “Astaga! Gimana kalau Ivander lihat?!” Sonya yang datang kembali bersama Ivander, memberikan minyak angin untuk Helga. Tidak hanya itu, Sonya juga membawakan sebotol air mineral, dan diterima oleh Hadyan. Pasangan itu pun mengucapkan terima kasih.“Mama oke?”“Ya, Mama Helga oke, Ivander. Kita bisa berangkat sekarang!”“Yes!” pekik bocah itu lalu menunjuk motor. “Boleh naik motor, Papa?”Hadyan tak langsung menjawab, tetapi melirik sang istri. Seolah-olah meminta pendapat Helga lebih dulu. Helga yang mengerti arti tatapannya lantas tersenyum.“Aku sama sekali tidak keberatan kalau ha

  • Istri Muda Pak Dosen   Hamil?

    Beberapa saat kemudian Ilana pergi dari sana sesudah mendapat jawaban dari Helga. Dirinya menahan kesal, karena Helga sama sekali tidak takut dan cenderung menantang. Hal itu membuat Ilana geram, dan memilih pergi dari rumah Hadyan.Akan tetapi, sebelum itu ia telah menunjukkan foto Hadyan yang sudah bersujud di kaki sang ayah. Bukan hanya itu, Ilana juga memperlihatkan foto Hadyan lainnya yang sudah terluka. Ia sempat mengancam Helga. “Silakan saja laporkan ke pihak berwajib. Lakukan visum kalau memang mau, tapi aku juga tidak tinggal diam,” kata Ilana setelah Helga kaget melihat foto Hadyan yang ada di ponselnya. “Aku bisa melaporkan Gavi mengenai perjanjian yang sudah dia sepakati sebelumnya bersamaku. Ada hitam di atas putih sebelum dia menikahimu,” jelas Ilana yang membuat Helga bertanya-tanya setelah kepergian mantan istri Hadyan itu.Helga tentu saja terkejut mendengar penjelasan Ilana mengenai perjanjian antara ibu kandung Ivander tersebut dengan

  • Istri Muda Pak Dosen   Permintaan Ilana

    “Oleh karena dia anakku, aku ingin dia pergi bersamaku. Papa tidak mungkin menyeretmu, Helga. Papa cuma ingin Hadyan yang pergi berlutut di kaki ayah Ilana. Hanya itu saja, agar bisnis kami diselamatkan, Helga.”“Aku tidak butuh bisnis kita, Pa. Aku sudah cukup dengan pendapatan resto dan gajiku sebagai dosen. Itu semua jauh dari kata cukup,” ujar Hadyan. Helga pun turut bersuara. “Iya, Pa. Papa, coba mengertilah. Harta memang tidak selamanya berada di kehidupan kita, kemewahan bisa hilang kapan saja. Aku dan Hadyan sudah cukup dengan semua yang kami miliki, Pa,” kata wanita muda itu yang memberanikan diri untuk menatap Hans lekat-lekat.“Sudah berapa kali aku tegaskan pada Papa, dan aku mohon ... berhenti meracuniku dengan harta ataupun kemewahan, karena aku tidak ingin kehilangan keluarga kecilku.” “Kenapa Papa jadi begini?” tanya Helga sangat pelan dan menatap Hans dengan tatapan tak percaya.Sungguh, tidak pernah ia kira kalau Hans

  • Istri Muda Pak Dosen   Dipaksa?

    Seperti janjinya pada Ivander, Helga membantu putranya itu menggarap pekerjaan rumah. Tentunya bukan Helga yang mengerjakan, tapi cuma mengajari bagaimana caranya menulis angka, menuntun jari Ivander sebentar saja setelah itu membiarkan bocah itu yang menyelesaikan sampai tuntas. Bukan hanya itu, tapi Helga juga menemani Ivander mewarnai dua buah mobil di kertas gambar. Sesekali menyuapi Ivander dengan biskuit dan mendengarkan cerita di sekolah dari mulut mungilnya.“Mama Helga minta maaf, ya, karena sudah lama enggak pernah menemani Ivander.”“Iya, Mama.” Bocah itu mengangguk mantap begitu tatapannya dengan sang mama bertemu. Melihat mata ibu tirinya berkaca-kaca, tanpa ragu Ivander merentangkan tangan lalu memeluk leher Helga. “Terima kasih, Sayang.” Dikecupnya puncak kepala Ivander. Rasa rindu yang masih tersisa itu benar-benar menguap setelah beberapa jam dia menatap Ivander dan berinteraksi dengan putranya itu. Mendengar

  • Istri Muda Pak Dosen   Kurang Ajar!

    Hadyan tertawa pelan. Ia mengelus-elus tangan Helga yang melingkar di perutnya kala lampu merah membuat motornya terhenti. Senang sekali rasanya ketika berhasil menggoda sang istri yang sudah beberapa hari ini tidak pernah dilakukan.“Kita tidak akan bercerai, ‘kan?” tanya Hadyan. Pria itu ingin memastikan bahwa Helga tidak punya niat lagi untuk berpisah darinya. “Aku sudah pernah gagal, jadi aku tidak ingin gagal membangun rumah tangga untuk kedua kalinya.”“Sebenarnya keputusan itu ada di tangan Bapak sendiri. Kalau Pak Hadyan tidak berulah dengan masa lalu atau perempuan di luaran sana, aku tidak akan kabur lagi.”“Aku bukan bapakmu atau dosenmu. Saat ini aku suamimu, Helga.”“Iya, Hadyan.”“Panggil aku dengan nama khusus. Beri aku panggilan sayang, Helga ... apa kamu tidak bisa memberikan panggilan sayang untuk suamimu sendiri?”“Hubungan kita belum sedekat itu.”“Aku sudah bilang kalau aku mencintaimu. Apa itu belum

DMCA.com Protection Status