"Ayah, apa kau mengetahui sesuatu?" tanya Adipati yang sepertinya curiga kedua orang tuanya mengetahui sesuatu. "Ekhem. Kami harus memastikannya dulu. Kalau begitu sebaiknya kami langsung pergi.""Biarkan aku ikut dengan kalian. Biar bagaimanapun, Sarah adalah istriku. Aku yang harus membalaskan dendam untuknya.""Kami tahu, tapi sebaiknya lakukan itu nanti. Untuk sekarang, kami yang akan bertindak. Karena kau belum waktunya kesana."Perkataan kedua orang tuanya pasti penuh dengan perhitungan. Tidak mungkin mereka melarangnya hanya karena cemas dia akan terluka. Pasti ada sesuatu yang lebih besar yang hanya bisa mereka hadapi berdua. Jika ia memaksa, ia hanya menghambat rencana kedua orang tuanya saja.Adipati mengangguk paham. Ia akan tinggal di rumah sakit dan kembali menjaga istrinya. Ia juga sedang menunggu hasil dari Romi, yang ia meminta untuk mencari ponsel Sarah yang menghilang."Sayang, kau harus cepat sehat," ucap Maya sembari menatap Sarah sebelum pergi."Terima kasih, Bu
Sontak mereka yang ada disana terdiam sekejap. Mereka mencoba mengingat, apakah mereka terlibat sebuah pekerjaan yang menyerang Dharmawangsa atau tidak."Apa maksudmu, Dharmawangsa? Tentu saja kami tidak akan pernah melakukan itu," sanggah Agustian cepat sembari menatap rekan lainnya bergantian. Rekan lainnya pun mengangguk setuju dengan ucapan Agustian, karena mereka merasa tidak memiliki masalah dengan Dharmawangsa."Apa telah terjadi sesuatu pada keluargamu?" tanya Pramudita kembali. Tampaknya ia sangat penasaran, anggota keluarga yang mana yang membuat Dharmawangsa sampai mengumpulkan mereka semua."Jika itu bukan kalian, maka kalian tidak perlu tahu masalah itu," jawab Maya cepat.Maya sangat tahu, bahwa mereka yang penasaran hanyalah karena ingin mengetahui semua titik lemah masing-masing anggota. Diantara mereka semua yang ada disana, hanya Roger Arthajaya yang tetap bergeming menikmati sampanye dan menjadi pendengar mereka.Ya, dia tidak suka banyak bicara seperti Dharmawang
Deg!Layla terbelalak ketika Maya menyebut nama keluarga Arthajaya. Keluarga yang ia kenal baik di masa lalu. Rasa terkejut juga marah bercampur menjadi satu. Bagaimana tidak, ternyata pelaku yang mencelakai Sarah berasal dari pihak keluarga besar suaminya."Tapi untuk menemukan pelakunya, kita harus berusaha sendiri. Setidaknya ini sudah lebih mudah. Ayah sudah meminta orang untuk membuat daftar anak buah yang dimiliki mereka.""Biarkan aku yang mengurus selanjutnya," pinta Adipati.Maya dan Dharmawangsa pun setuju. Setelah daftar nama itu terkumpul mereka akan memberikannya pada putranya. Mereka percaya, putranya dapat mengatasinya dengan mudah.Maya menatap Layla yang masih tertegun diam. Layla tidak menyangka, dirinya dan Sarah akan kembali berurusan dengan keluarga suaminya. Rasa penasaran mulai menggelayuti hatinya. Sejauh apa kedua besannya itu mengenal keluarga suaminya. Dan mungkinkah, mereka juga mengetahui masa lalunya? Sontak Layla juga menatap Maya. Dan keduanya pun sal
Sarah sangat terkejut dengan pengakuan ibunya. "Ibu, apa kau tidak pernah membalas perbuatan mereka yang keji itu?"Layla menggeleng. "Ibu tidak punya kekuatan apapun untuk membalas ataupun melawan mereka, Sayang. Ibu hanyalah orang miskin.""Tapi sekarang aku berada di pihakmu, Bu. Aku pasti akan membalas perbuatan mereka dan mengembalikan kehormatanmu," ujar Adipati dengan lantang.Sarah dan Layla sontak menatap Adipati. "Aku ingin melakukannya, Paman. Bagaimana caranya agar kita bisa membalas mereka?""Sarah. Ibu tidak ingin kamu terluka lagi," cegah Layla yang masih terlalu mencemaskan putrinya."Ibu, aku percaya pada suamiku. Dialah yang akan melindungiku."Adipati mengangguk, membenarkan. "Aku mendukung kalian," ucap Ali yang juga merasa sudah waktunya Layla mendapatkan haknya. Selama ini Ali sudah cukup menyaksikan penderitaan sang adik. Ingin rasanya Ali membalas dendam dari dulu pada keluarga itu karena dengan tega menelantarkan adik juga keponakannya. Namun seperti yang d
Belum sempat menjawab, Sarah sudah dibuat merasa geli ketika jari-jari Adipati menjelajahi area vital bawah miliknya. "Pa-man," desis Sarah.Pria itu hanya tersenyum nakal sambil terus meluncurkan serangan-serangan yang dia rindu untuk dilakukan."Aku sudah rindu untuk bercinta denganmu, Sayang," terus terang Adipati. Sejak Sarah sakit, dia sudah lama tidak mendapatkan kepuasan batin sama sekali. Dan sekarang, saat istrinya sembuh, Adipati yang sudah sangat merindukan Sarah dan juga merasa bahagia atas kesembuhan istrinya itu, merasa ingin melakukan hubungan untuk menumpahkan hasrat yang selama ini dipendam.Sekali lagi tubuh Sarah menggelinjang, saat satu jari Adipati lolos masuk ke pusat vital miliknya. "Ahhh," desah Sarah sambil memejamkan matanya.Lagi-lagi Adipati tersenyum puas dengan ekspresi wajah yang Sarah tunjukkan. Hasrat Adipati semakin bergelora, ia langsung menyingkap kaos yang dikenakan istrinya ke atas, sehingga terlihat jelas bra berukuran cup B maksimal berwarna h
"Tuan, saya sudah mendapatkan informasi dari semua daftar nama yang Anda kirimkan."Adipati langsung berdiri dari kursinya. "Bagus. Jemput aku sekarang.""Baik, Tuan."****Adipati mengambil jasnya yang tergantung, lalu menyampirkan ke lengan kirinya. Ia langsung keluar ruang kerjanya dengan tergesa.Sarah yang sedang berada di ruang tv bersama Layla mengernyit, kala melihat suami berjalan dengan cepat."Paman," panggil Sarah. Adipati sontak menghentikan langkahnya."Kau mau pergi kemana?" lanjut Sarah sembari menghampiri suaminya."Aku akan bertemu beberapa orang anak buah Arthajaya.""Apa kau akan pergi sendiri? Aku akan ikut denganmu." "Aku akan pergi bersama Romi. Aku tidak ingin melibatkanmu dahulu di masa kehamilan mu sekarang. Dan kau dilarang pergi kemanapun tanpa Ibu. Paham?!" Adipati memberi penekanan untuk memperingatkan Sarah agar tidak terjadi kejadian yang sama seperti sebelumnya.Sarah mencebik kesal, namun ia akhirnya mengangguk juga. Dia sudah berjanji akan menuruti
Tatapan Andreas semakin tajam. Demikian juga Adipati. Untuk beberapa saat mereka beradu tatap, lalu Andreas berdiri hendak meninggalkan meja itu.Namun belum sempat melangkah ia mengurungkan niatnya, karena ia merasakan pucuk pistol yang sudah di todongkan di pinggulnya oleh Romi yang duduk di belakangnya.Andreas tersenyum miring. Menyadari dirinya dikepung, akhirnya ia duduk kembali di kursinya.Andreas terlihat menghela napas. "Apa yang kalian inginkan?" "Aku sudah mengatakannya," balas Adipati sambil menyesap es americano kembali.Sedangkan Romi masih di kursinya dan sudah kembali menyimpan pistolnya."Aku hanya bekerja. Dan sesuai prosedur, membocorkan identitas pelanggan adalah pelanggaran."Adipati juga sangat paham tentang itu, tapi dia akan terus memburu Andreas untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan."Aku bisa membayarmu lebih darinya. Tapi aku yakin kau tidak akan tertarik padaku."Andreas tertawa mengejek. "Apa kau kira uang bisa membeliku?""Bisa, tapi saat kau tida
"Paman, bagaimana hasilnya?" tanya Sarah saat menyambut kedatangan suaminya."Dia pasti mau bekerja sama. Kita tinggal menunggu dia menghubungiku. Aku yakin, saat ini dia sedang bergelut dengan pemikirannya.""Apa maksud Paman?" Adipati hanya mengulas senyum melirik Romi. "Oh ya, bukankah kau merindukan Romi? Dia sudah ada disini." Romi yang mendengarnya tertegun. Apa dia tidak salah dengar? Istri dari tuannya merindukannya? Ia merasa canggung setelah mendengar perkataan tuannya. "Oh kau benar, Paman. Aku merindukan Paman Romi, karena biasanya Paman selalu ada disekitar kami. Namun beberapa waktu ini kau tidak ada rasanya ada yang berbeda."Romi mengulas senyum malu. Namun sekaligus senang karena kehadirannya rupanya dianggap berarti bagi keluarga tuannya."Terima kasih, Nyonya. Belakangan ini saya memang sangat sibuk. Bahkan untuk waktu berkencan saja saya tidak sempat.""Ah, maafkan aku, Paman. Karena diriku Paman sampai tidak bisa berkencan.""Itu tidak masalah, Nyonya. Aku memi
Sontak keduanya pun terkejut dan mengikuti instruksi untuk mengangkat tangan.Terlihat Sarah dan kedua orang tua Adipati muncul dari belakang para anggota polisi. Romi pun menyusul diantara mereka."Sarah?" lirih Anna terkejut. Adipati berdiri, lantas berjalan ke arah mereka meninggalkan Anna. Anna baru sadar, bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Adipati. "Adipati. Teganya kau melakukan ini padaku?"Seorang polisi menghampiri Anna dan memborgol kedua tangannya. Anna berusaha menghindar, namun sia-sia. Dia tidak akan bisa lari dari kepungan para petugas polisi."Anna, aku tahu anak itu bukanlah anakku. Dan aku tidak akan membiarkan rencana busukmu dengan pria brengsek itu berjalan dengan lancar."Anna terbelalak, dia mengingat kecerobohannya kala Adipati menunjukkan ponsel Anna, yang tadinya tergeletak di meja ruang tamu. Adipati menyerahkan barang bukti ponsel itu kepada seorang polisi. "Nyonya Anna, Anda resmi ditangkap karena tuduhan perencanaan pembunuhan pada Nyonya Sarah yang
"Ibu dan Ayah yang akan mengurusnya. Ibu rasa, ada sesuatu yang janggal yang sengaja Anna sembunyikan."Sarah mengangguk pelan. Dia tidak tahu lagi harus mengandalkan siapa jika bukan kedua mertuanya. Sarah percaya, apapun yang terjadi kedepannya adalah yanh terbaik bagi semuanya.Disisi lain, Adipati mendatangi kediaman kedua orang tua Anna. Mobil Adipati berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah milik Andre. Adipati menangkap keberadaan Romi yang juga sudah ada disekitar rumah Andre untuk menjalankan tugas darinya.Merasa sudah tidak perlu mencari kebenarannya lagi, Adipati menghubungi Romi, bermaksud meminta Romi menyelesaikan pekerjaannya. "Rom, pulanglah. Aku sudah tahu kenyatannya. Sisanya, biar aku yang tangani.""Tapi, Tuan.""Please.""Baik."Adipati menekan klakson mobilnya, tidak lama kemudia pintu gerbang sedikit terbuka. Muncul seorang petugas keamanan melongokkan separuh badannya, memeriksa siapa yang datang. Setelah mengetahui yang datang adalah Adipati, sontak me
"Jadi, itu benar?" desak Adipati.Anna membuang pandangan ke arah lain. Adipati merasa lemas. "Ternyata benar, Alicia adalah anakku?"Tanpa mereka ketahui, pembicaraan mereka terdengar oleh Sarah. "Siapa? Anak siapa?"Anna dan Adipati sontak menatap ke arah belakang. Adipati langsung berdiri dari kursinya. Adipati melihat raut keterkejutan Sarah lebih dari pada dirinya. "Sarah?""Sarah?", panik Anna.Sarah semakin melebarkan dua matanya ketika melihat Anna dihadapannya. Dan faktanya dia sedang duduk berdua bersama suaminya. Dalam pikiran Sarah mulai berkecamuk. Untuk apa Anna duduk disini. Dan mendengar kata anakku dari mulut suaminya, seperti ada sesuatu yang penting sedang mereka bicarakanSarah langsung menatap suaminya tajam. "Apa yang kalian bicarakan sebenarnya? Alicia, siapa dia?"Anna mengeratkan kedua bibirnya. Dia tidak berani mengatakan apapun. Sementara Adipati langsung menghampiri Sarah untuk menenangkannya. Sarah menampik pelukan Adipati, "Jelaskan saja sekarang pada
"Saya harap Anda menjadi bijak dalam mengambil keputusan.""Jangan cemas, Rom. Jika dia benar adalah anakku, aku akan mengajak Anna bicara baik-baik untuk masa depan anak itu."Adipati memberikan jawaban dengan hati tidak yakin. Romi bersedia menerima permintaan bosnya. Meskipun Romi merasa, bosnya sudah tidak seharusnya terlibat dengan kisah masa lalunya. Namun dia juga tidak tega melihat Adipati dalam keadaan seperti ini.Romi pamit undur diri dan langsung menjalankan tugasnya. *****"Papa, ayo kita main ke taman," pinta Reyhan dengan suara lembutnya. Ditatapnya wajah tampan versi mini dirinya dengan tersenyum. "Apa sudah dapat ijin dari Mama?"Reyhan mengangguk. Sesungguhnya anak itu belum mengatakan apapun pada Sarah. Seperti biasa, hari libur adalah saatnya bagi Sarah untuk me time sejenak. Dengan posisinya saat ini, mau tidak mau dia harus menjaga dan merawat dirinya. Dia selalu pergi ke klinik kecantikan langganannya dan menghabiskan waktu sekitar lima jam untuk treatment.
Maya sangat terkejut dengan ucapan Adipati. "Adhi, putraku. Apa kau tidak ingat, Anna telah selingkuh darimu saat itu?"Adipati bergeming. Tentu dia masih ingat, pernah menangkap basa Anna saat sedang bersama mantan kekasihnya saat itu. Bahkan dia lebih memilih pria itu dari pada dirinya.Namun, entah mengapa. Hati Adipati seolah merasa, anak perempuan kecil itu ada hubungannya dengan dirinya."Maafkan aku, Bu. Aku hanya, ah seharusnya aku tidak memikirkannya. Pasti pikiranku yang salah.""Jelas pikiranmu lah yang salah Adhi. Oh Tuhan. Benar firasat Sarah, kau sedang memikirkan Anna yang baru saja kembali dari luar negeri. Sementara kau mengabaikan keluargamu yang ada di sekitarmu. Apakah kau tidak melihat bagaimana wajah sedih Sarah ketika kau abaikan di meja makan tadi?""Mengenai itu,,,""Katakan pada Ibu. Apa Anna sudah menemuimu?""Bagaimana Ibu tahu?" jawab Adipati kelepasan. Maya menepuk keningnya. "Aku adalah ibumu. Jadi aku tahu apa yang ada di pikiranmu. Dan jika wanita itu
Anna langsung membekap mulut anaknya dan tersenyum canggung. Adipati yang terkejut pun mulai curiga, mengapa anak kecil itu memanggilnya dengan sebutan Papa."Papa? Apa maksudnya?""Maafkan anakku, dia mengira kau adalah ayahnya," ucapnya sembari melepaskan tangannya.Anak kecil itu tampak muram dan menundukkan wajahnya. Sesekali dia melirik Adipati. Namun saat Adipati menatapnya, Alicia buru-buru merunduk kembali."Oh ya, mungkin ini terakhir kalinya aku menyapamu. Setelah ini aku pasti tidak akan sempat untuk menyapamu. Aku sebenarnya terlalu malu. Namun atas perbuatanku di masa lalu, aku ingin meminta maaf padamu. Tolong sampaikan pada Sarah, aku minta maaf. Sekarang aku sudah memiliki kehidupan baruku. Semoga kalian juga selalu bahagia," ujar Anna sambil berdiri, bersiap untuk berpamitan pulang.Adipati juga turut berdiri. "Apa kau akan langsung pulang?"Anna menatap putrinya. "Ya, Alicia juga sepertinya sudah sangat lelah. Terima kasih sudah menyambutku dengan baik. Aku permisi
"Roger!!!" Bentak Layla ketika melihat Roger yang membeku di tempat, memandangnya dengan tatapan mengerikan. Sontak Roger tersadar, rupanya kejadian tadi hanyalah dalam bayangan di benaknya. Layla langsung meraih vas bunga di nakas tepat di sampingnya berdiri, lalu mengarahkannya pada Roger untuk membela diri."Keluar sekarang, atau aku akan berteriak.""Layla tenanglah. Aku hanya salah masuk. Dan ingin memberikan buket bunga ini padamu," ujar Roger sambil menyodorkan buket pada Layla.Layla yang merasa terancam terus berupaya mengusir Roger dari sana. Layla takut akan niat Roger yang diam-diam menyelinap di rumahnya. "Keluar kamu, atau vas ini akan melayang ke wajahmu," ancam Layla dengan suara rendah namun penuh penekanan.Dalam paniknya, Layla tepat berusaha menggenggam handuk yang melekat di tubuhnya agar tidak sampai jatuh. Karena hal itu akan sangat memalukan.Roger mengangkat kedua tangannya, lalu meletakkan buket bunga itu ke lantai. "Baiklah. Aku akan keluar. Tapi aku akan m
"Aku berubah karena ulahmu sendiri. Jika kau tidak terima hidup denganku seperti ini, aku tidak keberatan kau keluar dari rumah. Tapi jika kau masih ingin hidup dalam kemewahan ini, terima saja sikapku dan jangan memprotes lagi," tegas Daniel.Linda terlihat terkejut dengan pilihan yang terlontar dari mulut suaminya. Entah kesalahan seperti apa yang dia lakukan, sampai dia berubah seperti ini. Menurut Daniel, Ini juga termasuk hukuman bagi Linda. Tidak memberitahukan kesalahannya, dan memperlakukannya dengan dingin. Namun sepertinya Linda tahu mengenai info tentang dirinya yang di dapatkan dari ayah Romi dan Andreas, selaku orang kepercayaan Daniel."Apa ada yang berbicara buruk tentangku padamu? Katakan padaku, apa yang Amir dan Alex katakan padamu? Apa kau lebih percaya mereka dari pada aku istrimu?""YA! Aku lebih percaya mereka dari pada kamu. Wanita yang memiliki niat busuk terhadapku dan keluargaku. Mulai sekarang, kau bisa tidur menggunakan kamar tamu. Itupun jika kau masih in
Layla menoleh ke arah suara. "Ada apa, Kak?""Sepertinya tadi ada tamu yang memencet bel pintu. Apa kau tahu siapa?"Mengetahui kedatangan Ali, Roger berusaha menyembunyikan dirinya di balik lemari besar tempat dimana Layla menyimpan peralatan makan yang terbuat dari keramik asal China, kenang-kenangan bersama suaminya dahulu. "Tanyakan saja pada pelayan, dari tadi aku disini untuk menidurkan Reyhan.""Aneh. Aku juga tidak melihat pelayan ada di depan.""Berarti kau hanya salah dengar, Kak.""Sepertinya begitu. Yasudah, kalau begitu."Setelah Ali pergi, Layla menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mengurus cucunya, Layla yang sedari pagi belum mandi merasa kegerahan. Kini Reyhan sudah sangat aktif seiring usia yang bertambah. Namun, Reyhan juga tampak semakin menggemaskan.Terdengar suara shower dari kamar mandi yang sedang deras mengguyur tubuh Layla. Usia Layla memang tidak muda lagi, namun kecantikan alami dan bentuk tubuh Layla masih terjaga dengan baik hingga saat